039_ Kayaknya Deh

203 40 59
                                    

"Maaf gue telat, tadi habis ke tempat fotokopi dulu"

Seulgi dan Wendy kompak mengangguk saat Yeri sudah duduk di hadapan mereka.

Geng jadi-jadian ini memang udah janjian ketemuan di kafe deket kampus. Kebetulan Yeri lagi free habis ini, yaudah mereka ajak gabung aja karena makin banyak orang makin manteb gibahnya.

"Kok lo baru keliatan sih?" Semprot Wendy langsung. Ini udah terhitung dua hari sejak pementasan hari lalu. Saat Yeri tiba-tiba hilang dan sekarang baru muncul batang hidungnya.

"Gue nggak kemana-mana kok," balas Yeri.

"Heleh, gue teleponin tadi juga nggak lo angkat kok," bantah Wendy, mulutnya masih sibuk ngemil kacang yang ia beli di kafetaria tadi.

"Hehe, kalo itu sih gara-gara gue ada kelas, gue silent hp nya," Jawab Yeri sambil tersenyum.

"Kemarin? Gue samperin ke kelas lo, kok nggak ada?"

"Kemarin gue nggak berangkat," kata Yeri.

"Bolos? Kok nggak ajak-ajak gue sih?" Balas Wendy sambil gebrak meja heboh.

Yeri cuma meringis menahan malu melihat tingkah seniornya itu.

"Kemarin gue pergi sama orang tua gue," balas Yeri lalu disusul satu senyuman cerianya.

"Family time ceritanya?" Goda Wendy.

"Nggak kok, cuma pergi ke acara saudara," balas Yeri.

"Yang penting mereka bisa sempetin waktu buat lo," kas Wendy lalu tersenyum senang.

Yeri ikut tersenyum, kayanya memang cewek itu lagi senang-senangnya. Mungkin keluarganya tengah membangun keharmonisan lagi barangkali.

Fokus Yeri tiba-tiba teralih pada satu manusia yang satu meja dengannya dan Wendy. Manusia yang daritadi kerjaannya bengong nafas bengong nafas mulu.

Yeri melirik Wendy, lalu melirik Seulgi, kemudian melirik Wendy lagi seolah bertanya ada apa sama Seulgi.

Wendy jawab dengan angkat bahu, lalu cewek itu menyenderkan bahunya ke sandaran kursi kafe.

"Masih belum berani angkat telepon dari dia?" Ujar Wendy tiba-tiba.

Yeri tentu cuma bisa angkat alis, karena pertanyaan itu bukan untuknya melainkan untuk Seulgi.

"Angkat aja kali Gi," kata Wendy lagi.

"Nanti aja," akhirnya Seulgi buka suara juga walaupun pandangannya masih kosong menatap ke jendela.

"Si Ahong telepon gue mulu loh, masa gue bohong terus sih," kata Wendy.

"Lo bilang apa sama dia?" Tanya Seulgi.

"Gue bilang aja lo lagi alergi ketemu sama dia," Wendy menjawab dengan candaan garing yang membuat Seulgi jadi cemberut.

Setelah curhat berlarut-larut sama Wendy kemarin, Seulgi akhirnya menyadari satu hal. Menurut Wendy, tinggal ungkapin aja toh kalaupun ternyata Hoon nggak punya rasa juga sama Seulgi, mereka nggak bakal tiba-tiba jadi musuh ya kan?

"Yaudah sih, bilang aja sama dia," kata Wendy untuk kesekian kalinya.

"Enggak ah, malu Wen"

"Malu gimana sih?" ceplos Wendy.

"Ya malu aja, nanti gue diketawain sama dia"

Mendengar jawaban Seulgi barusan, Wendy jadi memutar bola matanya jengah.

"Kenapa sih? Ka Seulgi lagi berantem sama ka Ahong?" Yeri buka suara.

Seulgi segera melirik ke arah Yeri, dia kasih tatapan seolah-olah semuanya baik-baik saja.

AIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang