038_ Dduk Dduk

310 41 63
                                    

Wendy menenangkan Seulgi yang masih menangis di pundaknya. Sudah beberapa tisu miliknya dihabisin Seulgi buat menyeka air mata

Wendy memang sudah mendengar yang diceritakan Seulgi. Kenapa Seulgi menangis pun Wendy sudah tahu jawabannya. Walaupun dia juga nggak lihat sendiri apa yang telah Ahong perbuat hingga membuat sahabat baiknya itu nangis sesenggukan.

“Dari kapan Gi?” Wendy bertanya dengan suara lirih.

“Apa?” balas Seulgi.

“Dari kapan lo suka sama Ahong?” Wendy sebagai sahabat tentu tahu kalo sebenarnya Seulgi udah lama suka sama Hoon.

Seberapa keras pun Seulgi mengelak, Wendy tentu nggak bisa dibohongin tentang masalah perasaan. Dia juga perempuan.

“Dari kelas tiga SMA,” jujur Seulgi.

Wendy melirik sekilas ponsel Seulgi yang diletakan di kasurnya. Berkali-kali sudah benda itu layarnya berkedip-kedip, menampilkan sebuah panggilan masuk dari Hoon.

Seulgi nggak mau mengangkatnya, jadi Wendy hanya bisa menghela nafas saat dering ponsel itu terus saja berbunyi.

Seulgi juga nggak mau pulang ke rumahnya, dia nggak mau ketemu sama Aru, makanya dia meminta pada Wendy agar dia pulang ke rumahnya Wendy dulu. Dia tahu pasti nanti Aru bakal datang ke rumahnya.

“Dia sama sekali nggak tau?” tanya Wendy lagi.

Seulgi menggeleng lemah di pundaknya Wendy. Jujur saja Wendy sebenarnya sudah gerah karena mereka belum berganti kostum sejak pulang dari kampus tadi. Tapi karena sahabatnya ini tengah sangat bersedih, jadi Wendy kuat-kuatin aja dulu.

Wendy nggak menyalahkan Seulgi karena sahabatnya itu terlalu bebal suka sama orang yang jelas-jelas nggak pernah tahu perasaan kita sebelumnya.

Tapi Wendy sebal aja mengetahui Seulgi sudah sangat lama memendam perasaannya sendirian tapi si Ahong anakan singa itu dengan kurang ajarnya nggak peka-peka.

Ini nih yang Wendy takutin dari dulu kalo Seulgi beneran suka sama Hoon. Sebagai cewek tentu Wendy tahu Seulgi hanya tidak tahu bagaimana caranya mengungkapkan perasaannya, apalagi dikasusnya Seulgi, dia suka sama temen sendiri.

Dan Hoon, Wendy udah hafal sifat orang itu. Selain suka ngerdus dan kelewat humble sama cewek lain, dia ini juga rada-rada nggak peka. Atau mungkin juga Hoon memang hanya menganggap Seulgi sebatas adik perempuannya saja barangkali.

Tapi Seulgi tetaplah seorang cewek dengan sejuta kelemahan emosionalnya. Pada akhirnya juga dia yang sakit sendiri setiap lihat Hoon jalan sama cewek lain, kalo gini siapa yang harus disalahin?

“Kenapa sih Gi lo sampe suka sama dia, lo kan tau sendiri dia sukanya nyepik sana-sini,” komentar Wendy, dan hal itu justru memicu tangisan Seulgi lebih deras lagi.

“Gue nggak tahu Wen,” Jawab Seulgi, suaranya setengah merengek.

“Gue juga nggak  tahu kenapa suka sama dia....gue....gue nggak tahu,” Seulgi nggak peduli lagi sekarang ia di rumahnya siapa, dia hanya ingin menumpahkan semua rasa sesak yang ia rasakan sejak tadi. Seulgi menangis sejadi-jadinya.

Wendy hanya diam mendengarkan bagaimana sahabatnya itu menumpahkan segala isi hatinya. Gila aja sih, tiga tahun itu nggak sebentar, dan tentunya Seulgi udah berulang kali mengalami fase seperti ini.

Wendy yakin Seulgi suka nangis sendirian hanya saja ia terlalu memendamnya rapat-rapat hingga tidak ada seorang pun yang tahu termasuk Wendy.

"Gue nggak tahu kenapa selalu nangis setiap liat dia sama cewek lain Wen," curhat  Seulgi.

AIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang