047_ Buat Lo

161 35 23
                                    

Ugi tengah melamun sambil membersihkan lensa kamera miliknya. Dia sedang di rumah. Sendirian tentu saja.

Niatnya sih sore nanti dia mau pulang ke rumah ibunya. Syukur sekarang ibunya sudah berangsur lebih baik.

Kamera yang sudah ia bersihkan itu ia letakan di sebuah kotak. Hari ini merupakan hari terakhir kamera ini jadi miliknya. Kemungkinan besok kamera ini sudah berpindah tangan.

Sesuai janjinya, kamera itu akan ia berikan kepada seseorang. Bukan bermaksud sebagai hadiah, hanya saja itu sudah jadi amanat dari mendiang kakaknya.

Lagipula siapa orang yang mau memberi kamera bekas yang sudah lama itu. 

Saat ini masih pagi, sekitar pukul sembilan saat ponselnya tiba-tiba berdering. 

Ugi bergegas mengecek, siapa tahu itu dari Wendy yang memang hari ini minta ditemani Ugi pergi entah kemana.

Ternyata bukan Wendy, tapi Aru.

"Halo?" Ugi yang menyapa pertama kali.

"Dimana?"

"Di rumah"

"Nggak jadi ke rumah ibu lo?"

"Jadi kok, tapi nanti sore"

"Kenapa nggak siang aja?"

"Enggak, siang ini gue kerja di kafenya Chen"

"Oh gitu"

"Ngapain sih nanya-nanya?"

"Jangan kemana-mana, gue mau ke rumah lo sekarang"

Ugi memandangi ponselnya sendiri dengan heran. Tiba-tiba saja sambungan teleponnya dimatikan begitu saja.

Aru tuh memang suka seenaknya sendiri. Tau ah, Ugi meletakkan ponselnya lagi. Lalu dia beranjak ke kamar mandi.

Daripada cuma bengong nungguin Aru, lebih baik dia mandi dulu saja biar nanti sewaktu Wendy datang dia tidak terburu-buru.

.....

Ugi memandangi langit-langit kamarnya. Dia sudah selesai mandi kok. Bahkan sekarang lagi rebahan di kasur.

Tumben sekali Aru belum nyampe, biasanya sih kalo dia telepon mau datang ke rumahnya, nggak ada dua puluh menit, tiba-tiba orang itu sudah ketuk-ketuk pintu.

Ugi saja tadi selesai mandi dua puluh menit, dan kalo dihitung-hitung sekarang sudah dua puluh menit lagi semenjak ia selesai mandi.

Wendy juga tidak ada kabarnya. Lama-lama Ugi jadi mengantuk. Gimana nggak ngantuk, orang Ugi aja sekarang cuma rebahan dan lagi, kipas anginnya menyala membuat efek sepoi-sepoi menghampirinya.

Biar aja deh kalo nanti Wendy datang Ugi masih ketiduran, paling nanti juga sahabatnya itu teriak-teriak menggelegar.

Kalo Aru sih nanti paling-paling juga,

Ckreeeek

Ugi terperanjat, dia tersentak dari tidurnya. Belum tidur juga sih, tapi tadi matanya sudah akan terpejam, tapi seketika mendengar pintu kamarnya dibuka tiba-tiba membuatnya kaget bukan kepalang.

Kantuknya hilang, sekarang berganti dengan detak jantungnya yang berdegup tak karuan.

"Lo tuh nggak sopan banget, ketuk pintu dulu bisa kan?" rutuk Ugi kepada seseorang yang baru masuk.

"Lo aja yang teledor, siapa suruh nggak kunci gerbang sama pintu depan, untung aja gue yang masuk bukan orang lain," balas Aru dengan sembrono.

Iya tepat sekali, orang itu Aru, yang sekarang tengah ditatap tajam sama Ugi.

AIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang