041_ Orkestra Patah Hati

166 39 133
                                    

"Kamu gak pulang aja? Kamu belum tidur kan?"

Seulgi hanya menggeleng  menjawab pertanyaan dari ibunya. Pandangannya sibuk pada makanan di pangkuannya. Itu sarapan untuk ibunya.

"Kamu udah makan?"

Seulgi kali ini mendongak dan menatap ibunya sambil tersenyum.

"Aru lagi beli sarapan kok," balas Seulgi. Mendengar itu membuat ibu Seulgi mengangguk.

Aru memang menemaninya semalaman tadi, dan sekarang cowok itu sedang pergi keluar mencari sarapan untuk mereka berdua.

"Gimana kuliah kamu?"

Seulgi terdiam sebentar mendengar pertanyaan ibunya. Dia tak langsung menjawab dan itu membuat sang ibu terus-terusan menatapnya. Barangkali sedang menunggu jawabannya Seulgi.

"Baik," Seulgi menjawabnya singkat saja. Lalu dia segera menyendokkan makanan untuk menyuapi ibunya.

"Ibu makan dulu," kata Seulgi, dia menyodorkan sesendok makanan kepada ibunya. Ibunya menurut lalu memakan makanannya dalam hening.

Seulgi juga ikut terdiam. Dia tidak tahu harus berkata apa, walaupun sebenarnya dia punya banyak pernyataan untuk ibunya. Tapi Seulgi rasa ini bukan waktunya untuk bertanya.

"Kamu yang giat belajarnya yah, kamu tenang aja ibu bakal usahain kamu bisa tamat kuliah," ibu Seulgi tiba-tiba berkata demikian setelah menelan makanannya.

Tangan Seulgi yang memegang sendok makan bergetar. Cukup, Seulgi nggak mau membebani ibunya lagi.

Dia mendongak menatap ibunya. Lalu dia tersenyum walaupun sebenarnya dia menahan tangisannya.

"Ibu nggak perlu repot-repot lagi, Seulgi yang bakal nyari uang buat bayar kuliah, kalo pun nggak cukup, Seulgi berhenti aja," kata Seulgi akhirnya. Kontan hal itu membuat ibunya mengerutkan dahi.

"Gi, ibu mau kamu selesain kuliah kamu, dan itu bukan ngerepotin ibu, karena kamu masih tanggung jawab ibu,"  ibunya berujar sembari tersenyum di akhir kalimatnya.

"Ugi nggak mau ibu sakit," kata Seulgi. Detik berikutnya dia menangis di depan ibunya.

"Mulai sekarang biar Ugi yang kerja sama ngerawat ibu," imbuh Ugi disela tangisannya.

Ibunya sekali lagi tersenyum, dia lalu mengusap jemari Seulgi yang ada di samping ranjang.

"Ibu udah berjuang sejauh ini, masa kamu mau berhenti sih?"

Perkataan ibunya barusan seolah menampar Seulgi. Dia pikir akan sangat egois jika dia mengecewakan ibunya sebagai balasan untuk semua yang perempuan itu lakukan. Tapi di sisi lain dia juga nggak mau ibunya terus-menerus bekerja hanya untuknya.

"Tapi Ugi nggak mau ibu sakit kaya gini, jadi mulai sekarang biar Ugi aja yang cari uang," ungkap Seulgi. Tetapi ibunya justru menggeleng dengan tegas.

"Kamu tahu? Semuanya sudah ada jalannya, kalo pun ibu sakit itu bukan salah kamu," kata ibunya. Seulgi tidak bisa berkata-kata lagi. Yang mampu ia lakukan hanya menangis.

"Kamu harus tamat kuliah," jelas sang ibu pasti. Tapi Seulgi masih gamang.

"Tapi biar Ugi yang bayar biayanya, ibu nggak perlu kerja lagi," kata Seulgi.

"Kamu cukup belajar aja," sanggah ibunya.

Seulgi menggeleng mendengar itu. Dia sudah berhenti menangis. Dia mau ibunya lihat itu, kalo Seulgi juga punya kemauan yang kuat.

"Kalo gitu biar Ugi bantuin ibu cari uang, Ugi bakal nerusin kuliah kalo ibu nggak sakit lagi," kata Seulgi. Ibunya hanya tersenyum menyadari watak anaknya yang keras kepala itu.

AIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang