037_ Dejavu

280 42 115
                                    

Semua pemain sudah bersiap-siap di belakang panggung. Lima belas menit lagi teater akan ditampilkan, tak ayal para pemain teater ini dirudung gugup.

Dan di sebuah ruangan kecil dibalik panggung, Seulgi meremas perutnya sendiri. Hari ini tamu bulannya datang.  Hal itu membuat Seulgi sangat sensitif.

Daritadi dia tak berhenti mengeluh karena kepanasan dengan kostum yang ia kenakan, dia ngomel-ngomel mulu sama Wendy, dan berkali-kali tanya kapan teaternya akan dimulai.

“Wen, bawa kipas gak?” tanyanya pada Wendy yang tengah membenahi riasannya.

“Bawa tuh, di tas,” jawab Wendy yang masih tak mengalihkan perhatian dari cermin.

Langsung saja, tanpa basa-basi Seulgi membongkar isi tasnya Wendy dan mengambil sebuah kipas darisana.

Setelah selesai dengan riasannya, Wendy menoleh pada Seulgi. Dia memperhatikan baik-baik sahabatnya yang tengah menggunakan kipasnya secara brutal itu.

“Lagi dapet?” Tanya Wendy.

“Iya nih baru hari ini, gak enak banget,” keluh Seulgi.

Wendy tersenyum prihatin. Bagi cewek, dapet pas lagi acara penting itu emang bikin risih banget.

“Yang sabar Gi, bentar lagi mulai kok,” ujar Wendy menenangkan. Dan Seulgi mengangguk mengiyakan.

“Oh iya, gimana ibu lo? Udah bisa dihubungin,”tanya Wendy, kemarin Seulgi cerita kalo ibunya susah untuk dihubungin.

“Udah, malem tadi ibu yang telepon gue,” jawab Seulgi.

“Dia baik-baik aja kan?” Tanya Wendy, sebagai sahabat tentu dia  juga merasakan kekhawatiran yang sama dengan Seulgi.

“Katanya dia sibuk sama kerjaannya, jadinya gak sempet angkat telepon dari gue,” jawab Seulgi.

Tiba-tiba raut wajahnya murung lagi. Dan itu tak luput dari perhatiannya Wendy.

“Tapi, gue masih takut ibu sakit Wen,” Seulgi akhirnya mengungkapkan kegelisahannya.

Wendy menenangkan Seulgi, ditepuknya berkali-kali punggung cewek itu agar merasa tenang kembali.

“Lo tenang ok, ibu lo pasti baik-baik aja,” ucap Wendy, Seulgi mengangguk dan akhirnya mau tersenyum lagi. Wendy memang selalu ada untuknya.

Tak diduga, seseorang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan itu. Kontan Seulgi dan Wendy menoleh secara bersamaan. Seketika pupil mereka membesar.

Penglihatan mereka seolah menggambarkan takjub karena melihat sesuatu.

Yeri. Orang yang baru masuk itu, belum mengeluarkan sepatah suara pun sampai pujian dari Wendy masuk ke sensor pendengarannya.

“Aihhh, lo cantik banget sumpah,” puji Wendy.

Hari ini, Yeri benar-benar bikin pangling dengan kostum putri saljunya dan riasan di wajah yang semakin membuatnya terlihat menawan hari ini.

“Kak....” ucap Yeri terputus.

“Lo kenapa Yer?” Seulgi yang memahami gerak-gerik cemas dari Yeri segera menarik tangan cewek itu agar duduk di sebelahnya.

“Gue...gue takut kak,” balas Yeri dengan helaan nafas yang terdengar berat.

“Takut kenapa?” Seulgi mencoba bertanya dengan suara yang tenang.

“Gue, gue gugup banget,” kata Yeri.

Wajahnya walaupun dihiasi oleh make up, tapi tak membuat raut pucatnya tak terlihat. Fix, Yeri tengah dilanda demam panggung.

AIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang