051_ Missed Call

155 25 8
                                    

Jinu melirik sekilas kantin rumah sakit yang malam itu lenggang. Di tangannya ada nampan yang berisi makanan untuknya. Memang sih sudah terlambat untuk makan malam mengingat ini sudah terlampau larut, tapi daripada dia nggak makan terus nanti sakit kan nggak lucu.

Jinu memilih kursi kantin yang paling dekat dari pintu masuk. Setelah ini dia mau langsung pulang karena jam piketnya memang sudah habis.

Jinu duduk dan memakan makanannya dalam diam, sebenarnya dia nggak terlalu suka makan di jam malam seperti ini. Tapi mau gimana lagi.

"Boleh ikut duduk disini nggak?"

Jinu menghentikan kunyahan di mulutnya lalu mendongak. Persis seperti yang ia kira. Jinu nggak bohong kalo dia memang hafal sama suara itu.

"Duduk aja"

Yeri, orang yang tadi menyapa Jinu tersenyum lantas duduk dihadapan Jinu.

"Tumben kesini?" Tanya Jinu.

"Gue mau jemput mamah," balas Yeri.

Jinu mengangguk, lalu sibuk makan lagi. Mereka kembali dalam hening. Nggak mencekam sih, tapi ya agak kaku gitu.

"Kak Jinu kenapa belum pulang?" Tanya Yeri, Jinu terdiam sebentar sambil menghabiskan makanan di mulutnya.

"Habis ini mau pulang kok, biasanya kalo sampe rumah langsung tidur, jadi yah mending gue makan dulu disini"

"Emangnya nggak sempet makan tadi sore?"

"Ya mau gimana lagi"

"Kok gitu? Kakak kan dokternya, kalo nanti ikut sakit gimana? Kok bisa sih teledor gitu?"

Jinu bukannya menjawab justru tersenyum aneh sambil menyenderkan bahu di kursi.

"Lo khawatir yah sama gue?" Tanya Jinu dengan jail.

"Emangnya kenapa kalo gue khawatir?"

"Ya tandanya lo masih suka kan sama gue?" Ledek Jinu.

Yeri hanya berdecih, lalu tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya.

"Siapa suruh gue ajak balikan waktu itu nggak mau," ungkap Jinu tersenyum meledek.

"Apaan sih lo kak"

Melihat Yeri yang mulai kesal membuat Jinu akhirnya hanya bisa tersenyum.

"Sorry," ungkap Jinu masih sambil tersenyum.

"Gimana kuliah lo?" Tanya Jinu kemudian.

"Baik"

"Papah lo udah nggak kepikiran lagi pengin punya anak sarjana kedokteran?"

Yeri terdiam sesaat, berpikir sejenak sebelum akhirnya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Bagus deh," ungkap Jinu.

Tak berselang lama, Yeri tiba-tiba menerima telepon. Sepertinya dari mamahnya.

"Kak, gue pulang duluan yah, mamah udah mau pulang," ujar Yeri.

Cewek itu membenahi penampilannya sebentar sebelum beranjak pergi.

"Eh Yer," panggil Jinu menahan Yeri yang akan melangkah.

"Ada apa?"

"Ada yang mau gue bilang sama lo," ungkap Jinu.

Yeri menyerit bingung, raut wajahnya terpampang jelas kalo dia curiga.

"Enggak kok, gue bukannya mau ngajak lo balikan," terang Jinu, dia sedang mencoba meyakinkan Yeri tetapi yang terjadi Yeri justru tertawa.

Jinu jadi serba salah. Kan jadi gini, dia malu sendiri. Kenapa coba langsung nyeletuk kaya tadi.

AIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang