035_ Apa iya?

263 39 13
                                    

Kini tepat dua hari sebelum pentas. Besok adalah gladi bersih. Semuanya makin sibuk. Dan properti juga sudah mulai dipasangi di panggung auditorium.

Seulgi selalu membantu Yeri, dari semua penghafalan dialog, gestur tubuh dan termasuk mimik wajahnya.

Terkadang keduanya berlatih bersama, entah di kampus maupun di rumahnya Seulgi. Sudah dari dua hari yang lalu Seulgi kembali berangkat ke kampus walaupun masih harus mengenakan tongkat bantu.

Setiap pulang kuliah dia langsung bergabung dengan lainnya untuk latihan, kadang dia hanya membantu Yeri dan anak-anak properti, alasannya karena dia kebagian peran yang sangat mudah, jadi latihannya bisa ia atur sendiri.

Hari ini Seulgi punya jadwal untuk melepaskan gips dari kakinya. Kebetulan karena hari ini jadwal latihan dimajuin jam satu siang tadi, makanya sore ini ia ditemani Wendy dan Yeri bisa datang ke rumah sakit.

“Waktu itu kita mau jengukin ibunya Chanwoo kan yah?” tanya Seulgi di sela mereka menunggu di ruang tunggu.

“Setahu gue sih waktu itu June, Yoon, Jihyun, sama Kyungsoo yang baru jengukin, gak tau yang lain,” jawab Wendy.

“Padahal gue udah janji mau ikut,” ujar Seulgi. Dia tiba-tiba teringat janjinya untuk menjenguk ibunya Chawoo, tapi berhubung dia sakit kemarin dia jadi gak ikut jengukin.

“Waktu itu sih gue diajakin sama mereka,” kata Wendy mengingat-ingat.

“Terus? Kenapa lo gak ikut?” heran Seulgi.

“Habisnya gue males sama cowok semua,” jawab Wendy.

“Jihyun kan cewek Wen,” Seulgi hampir saja berteriak kesal kalo tak ingat mereka ada di rumah sakit.

“Dia mah akte lahirnya doang yang cewek, kalo lo jalan sama dia juga pasti pada ngiranya dia cowok lo,” balas Wendy.

Seulgi mencibirnya, menurutnya alasan yang diberikan Wendy itu gak masuk akal.

“Kalo lo Yer?”

Yeri yang diam aja daritadi tiba-tiba gelagapan diserang pertanyaan.

“Kenapa?” tanyanya setelah beberapa saat.

“Kenapa lo gak ikut jengukin waktu itu?” tanya Seulgi.

“Oh, waktu itu gue gak tau kalo kalian mau jengukin,” jawab Yeri.

Seulgi coba mengingat-ingat, dan sepertinya memang benar. Setaunya waktu mereka mendiskusikannya dulu, Yeri tak ada disana.

“Oh iya, lo kan gak ada waktu itu,” Ujar Seulgi sambil tersenyum.

Yeri membalasnya juga hanya dengan tersenyum. Tapi yang heboh justru Wendy.

“Bilang aja lo takut ketemu sama bang Jinu kan?” Wendy yang duduknya di tengah-tengah antara Seulgi dan Yeri itu menyenggol bahu Yeri menggunakan bahunya.

“Kok jadi bawa-bawa kak Jinu sih?”ujar Yeri nahan kesel.

Wendy benar-benar gak berhenti godain Yeri sejak mereka latihan tempo hari itu.

“Ya ampun  Yer, akhirnya lo mau juga sebut namanya Bang Jinu,” ujar Wendy heboh.

Dia tampaknya benar-benar terharu sampai-sampai mengguncang-guncang bahunya Yeri.

“Kak Wendy, lo bisa gak sih berhenti ledekin gue,” kata Yeri kesel.

“Ini langka banget gak sih? Akhirnya gue denger lo nyebut namanya Jinu, iya gak Gi?”  Wendy masih gak mau berhenti, dia sampe minta dukungan Seulgi.

AIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang