𝙵𝚛𝚒𝚎𝚗𝚍 𝚉𝚘𝚗𝚎
🍁
Suara kicauan burung terdengar jelas di telinga Aurel. Aurel membuka matanya perlahan dan bangun dari tidurnya menuju balkon.
"Good morning," gumam Aurel dengam merenggangkan tubuhnya sejenak sebelum pergi menuju kamar mandi.
Aurel melirik balkon kamar Arsen. Pintu itu masih tertutup dengan rapat. Pasti masih tertidur, Aurel sangat hafal kebiasaan cowok itu.
Karena jam sudah menunjukan pukul enam pagi. Aurel bersiap untuk sekolah.
Lima belas menit kemudian, Aurel telah selesai mandi dan berpakaian sekolah. Aurel berjalan ke meja rias memakai bedak tipis dan lipstik warna yang senada dengan bibir, agar tidak terlihat pucat.
"Ayoo, berangkat sekolah," gumam Aurel dan langsung keluar kamar menuju lantai bawah, tepatnya ruang makan.
Tiba di tangga, Aurel menghentikan langkahnya sejenak dan menghela napas panjang saat dirinya melihat ayahnya dan ibu. Ralat wanita tua yang sangat Aurel benci, karena sampai kapanpun Aurel tidak akan pernah mau mengakui kalau wanita tua itu adalah ibu-nya. Wanita tua yang sedang bersama ayahnya adalah istri kedua sang ayah setelah ibu kandung Aurel meninggal dunia.
Aurel sangat tidak menyukai wanita itu sampai kapanpun karena jahat, licik, tukang adu domba dan keras kepala. Hubungan ayahnya menjadi renggang karena ulah wanita tua itu. Kalau saja wanita tua itu tidak datang ke kehidupan ayahnya. Aurel yakin, hubungan Aurel dan ayahnya pasti akan baik-baik saja dan bahagia layaknya keluarga walaupun tanpa seorang ibu.
Aurel kembali melanjutkan langkahnya, menuruni anak tangga menuju ruang makan. Ia hanya ingin pamit pada sang ayah.
"Ayah," sapa Aurel dengan melirik sekilas ibu tirinya. "Aurel pamit berangkat sekolah," lanjutnya yang ingin menggenggam tangan ayah nya namun, pria itu menjauhkan tangannya.
Aurel menarik napas pelan, menahan sesak di dadanya kemudian, tersenyum tipis. Berusaha untuk tidak terlihat lemah. "Aurel pergi, yah" pamitnya tanpa mau berpamitan dengan ibu tirinya. Karena Aurel sampai kapan pun tidak mengakui wanita itu adalah ibu-nya.
"Anak nggak ada sopan santun," gumam Arkham dengan mengoleskan selai pada roti yang di pegangnya.
Aurel tidak peduli. Ia memilih melanjutkan langkahnya. Aurel sudah terbiasa mendengar kalimat seperti itu dari bibir ayahnya.
Keluar rumah, Aurel tersenyum saat melihat sang supir yang sudah bersiap.
"Selamat pagi, non Aurel," sapa pak Agus. Pria paruh baya yang sudah bekerja selama 20 tahun sebagai supir pribadi keluarganya.
"Pagi pak," balas Aurel ramah.
"Sudah siap berangkat sekolah?" tanya Pak Agus.
Aurel mengangguk kecil. "Aurel berangkat bareng sama Arsen. Bapak jemput Aurel aja nanti pulang sekolah," ucapnya.
"Ohh, ya sudah. Hati-hati non," ucap pak Agus mengerti.
"Iya pak, Aurel berangkat dulu, ya," pamit Aurel dengan melangkah keluar gerbang rumahnya dan pergi menuju rumah yang hanya lima langkah dari rumahnya.
"Arsen!" panggil Aurel dari luar gerbang rumah cowok itu.
"Pagi non Aurel," sapa satpam rumah Arsen dengan membukakan pintu gerbang hitam besar.
"Pagi pak."
"Silahkan masuk. Sepertinya den Arsen sedang sarapan," ucap pak satpam itu ramah.
Aurel mengangguk dan memasuki rumah keluarga Mahardika.

KAMU SEDANG MEMBACA
FRIEND ZONE [END]
Hayran KurguSahabatan bertiga? Semuanya jadi asik, seru Tapi.... Pasti salah satu dari mereka harus ada yang mengorbankan perasaannya, siapakah dia? # 3 Hwanghyunjin DitaSr, 2019