-33-

4.9K 476 29
                                    


𝙵𝚛𝚒𝚎𝚗𝚍 𝚣𝚘𝚗𝚎

🍁

Aurel di bawa Arsen ke kamarnya dan setelah tiba, di baringkan nya Aurel di ranjang king size nya dengan perlahan. Seolah, Aurel adalah barang yang cepat rapuh.

"Bi Imah, telpon dokter!" seru Arsen khawatir saat melihat kondisi Aurel yang terlihat begitu pucat.

"Baik den," jawab bibi dan langsung menelpon dokter keluarga Mahardika.

Menunggu kedatangan dokter, Arsen mencoba menekan pendarahan yang keluar di kepala bagian belakang Aurel. Kemudian, membersihkan darah yang berada di sudut bibir Aurel dan mengompres pipi Aurel yang sedikit membengkak.

"Maaf, gue telat datang," gumam Arsen menyesali dirinya yang telat menolong Aurel. Dugaannya benar, sebelum Aurel masuk rumah. Arsen melihat gerak-gerik Aurel yang berbeda dan terjadi lah kejadiannya sekarang.

Arsen menyentuh kening Aurel dan terasa sangat panas. Aurel mengalami demam. Keringat keluar banyak dari pelipis dan leher Aurel. Arsen mengelapnya dengan handuk.

Beberapa menit berlalu, dokter pribadi keluarga Mahardika telah datang dan langsung menangani Aurel dengan cepat.

Sepuluh menit berlalu, dokter telah selesai periksa Aurel. Gadis itu mengalami beberapa jahitan kecil di kepala bagian belakang.

"Gimana dok?" tanya Arsen cemas.

"Nona ini mengalami demam tinggi dan saya sudah mengobati luka di wajah dan menjahit kecil luka yang terbuka di kepala bagian belakang," jawab dokter.

"Apa luka di kepalanya parah?" tanya Arsen.

"Saya menyarankan untuk dilakukan CT scan. Saya takut luka di kepalanya akibat benturan dengan barang," jawab sang dokter.

Arsen menatap Aurel yang masih belum sadarkan diri. "Saya sudah pasangkan infusan. Usahakan habiskan satu kantung," seru dokter lagi.

"Baik, dok."

"Kebetulan saya bawa beberapa obat. Jadi tuan tidak usah menebusnya di apotik."

Arsen mengangguk. "Terima kasih, dok."

"Sama-sama. Mungkin besok, saya akan mengajukan nona Aurel untuk dilakukan CT scan di rumah sakit tempat saya bekerja," ucapnya sebelum pergi.

"Baik, lakukan yang terbaik untuk Aurel," jawab Arsen.

Dokter mengangguk dan keluar kamar Arsen.

Kini, di kamar hanya ada Arsen dan Aurel.

Arsel mengelus surai hitam Aurel lembut dan menghapus keringat yang keluar dari pelipis gadis itu. "Jangan sakit, Rel. Gue ikut sakit lihatnya," gumamnya sendu. "Setelah ini, gue jamin lo nggak akan pernah merasakan kesedihan lagi. Sekarang lo sudah aman. Gue, bunda sama ayah bakal jaga lo dari keluarga lo yang jahat," lanjutnya dengan mengusap kening Aurel yang masih terasa hangat.

Dada Arsen terasa sesak dan sakit saat melihat Aurel menderita, terlebih lagi keadaannya yang terbilang memprihatinkan. Selama ini, ia tidak mengetahui kehidupan keluarga Aurel yang berantakan. Ia kira, ayah dan ibu tirinya merawatnya dengan kebahagian tetapi, nyatanya salah. Mereka malah membuatnya menderita.

Beberapa saat kemudian, Yora datang dan duduk di pinggir ranjang dengan mengelus surai hitam Aurel. "Gimana? Sudah di panggil dokter?" tanyanya.

"Sudah, bun. Aurel demam dan mungkin besok, Aurel akan dilakukan penanganan CT scan karena luka di kepala bagian belakang," jawab Arsen menjelaskan.

FRIEND ZONE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang