𝙵𝚛𝚒𝚎𝚗𝚍 𝚉𝚘𝚗𝚎🍁
Aurel tiba di rumah dan saat ingin membuka pintu. Aurel mendengar bunyi pecahan kaca dari dalam rumahnya, buru-buru ia berjalan cepat dan mencari tahu siapa yang memecahkan barang. Saat tahu siapa pelaku pemecahan barang, kedua tangan Aurel terkepal. Wanita tua itu yang memecahkan guci kesayangan bundanya.
"Kenapa anda pecahkan guci kesayangan bunda saya?!" ucap Aurel marah.
"Ganggu pemandangan saya tahu nggak. Mending di singkirkan," jawabnya santai dengan menendang pecahan guci kehadapan Aurel.
Aurel yang melihatnya geram. Seketika Aurel melayangkan tangan kanannya untuk memberikan tamparan ke wanita tua itu tetapi, tangannya di tahan seseorang.
Aurel menoleh dan mendapatkan sosok ayahnya yang sedang menatap tajam dirinya.
"A-ayah," gumam Aurel tertahan.
"Apa yang kamu lakukan Aurel?!" Bentaknya.
Aurel mengerjap. "A-ayah, dia memecahkan guci kesayangan bunda. Aurel tidak terima," jawabnya berusaha menahan emosi.
"Maaf sayang, ibu sudah bilang tidak sengaja. Ibu akan ganti, janji," ucap wanita itu dengan wajah sendunya. Tentu saja berakting di depan ayahnya Aurel.
Aurel melebarkan matanya, wanita itu berbohong. "Bohong ayah! Dia senga—"
PLAK!
"Seharusnya kamu yang pantas dapat tamparan karena sudah tak sopan dengan orang tua!" Bentak sang ayah dengan melayangkan tamparan ke pipi kiri Aurel.
Aurel mengepalkan tangannya dan melirik wanita itu, Aurel bisa melihat dengan jelas wanita itu menyeringai ke arahnya.
"A-ayah lebih percaya sama dia daripada Aurel?" tanyanya lirih dan menahan tangisnya.
"Iya! Saya lebih milih istri saya daripada kamu!"
Dada Aurel terasa sesak, hatinya kembali terluka. Luka yang tadi siang saja belum tertutup namun, luka kembali di terima Aurel.
Aurel memejamkan matanya menahan emosi sekaligus kecewa.
"Pergi ke kamar! Sebelum saya melakukan sesuatu lagi padamu!" usirnya.
Aurel mengigit bibirnya. "Permisi," ucapnya dan pergi dari pada kembali merasakan sakit.
Tiba di kamar, Aurel langsung mencari obat penenang nya yang berada di laci meja. Di buka laci mejanya namun, obat penenang nya sudah habis.
Aurel menggerang dengan melemparnya tempat obat itu. Aurel butuh obat itu.
Bruk!
Prang!
Barang-barangnya yang berada di kamarnya di jatuhkan dan selanjutnya, tubuh Aurel meluruh ke lantai dengan tangisnya. Kedua lututnya di tekuk dengan kepalanya yang tenggelam diantara lututnya.
Kamar Aurel sudah seperti kapal pecah. Barang-barang terjatuh di lantai, banyak pecahan kaca karena vas bunga.
"Bunda, Aurel lelah," lirihnya dengan isakan. Aurel benar-benar lelah, gadis itu tidak punya seseorang yang bisa di jadikan pelindungnya.
Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Aurel tidak peduli dengan siapa yang membuka pintu.
Seseorang yang masuk langsung menutup mulutnya saat melihat kamar tidur Aurel sangat berantakan.
"Ya ampun! Non Aurel kenapa?!" tanya bibi khawatir dan mendekati ke tempat Aurel. Ia tidak mengetahui pertengkaran Aurel dengan majikannya karena baru pulang dari super market.
"Non Aurel," panggil bibi dengan mengusap punggung Aurel namun, tak ada respon darinya. "Non, jangan buat bibi takut," lanjutnya dan saat mengecek keadaan Aurel, bibi langsung berubah panik.
Suhu tubuh Aurel sangat tinggi. "Non, non Aurel masih sadar?" tanyanya.
Aurel hanya bergumam, tanpa mau mengangkat kepalanya.
Bibi sedikit merasa lega." Bibi bantu ke kasur. Ayuk, jangan di sini. Non Aurel sedang demam," serunya dan merangkul bahu Aurel agar segera menuju kasur.
Aurel mengangguk kecil dan berusaha berdiri agar tidak menyusahkan bibi.
Saat sudah berada di ranjang, bibi langsung merawat Aurel. Mengobati demamnya dengan mengompres dengan air dingin.
Bibi menatap Aurel sendu, keadaan majikannya begitu menyedihkan bahkan ayahnya sendiri tidak tau perbuatan ibu tirinya terhadap putri semata wayangnya. Ingin sekali ia membawa Aurel pergi dan tinggal bersama dirinya, ia sungguh tidak sanggup melihat Aurel selalu disiksa oleh ibu tirinya. Tetapi, karena faktor ekonomi yang membuat bibi tidak bisa membawa Aurel bersamanya.
"Bunda, Aurel ingin ikut bunda...." lirih Aurel mengigau membuat bibi merasa kasihan. Tangannya dengan pelan menghapus keringat yang keluar di pelipis dan leher gadis itu. Ia juga mengompres pipi Aurel yang sedikit membengkak.
Air mata turun ke pipi Aurel, ia kembali mengigau sambil menangis dan tangisannya begitu pilu di dengar oleh bibi. Tidak ada pilihan lain, bibi harus menelpon tuannya dan memberitahu bahwa anaknya telah sakit.
Telpon tersambung. Bibi mengigit bibirnya saat mendengar suara majikannya di sebrang sana.
"Halo?"
"Maaf tuan, saya telah menganggu. Saya hanya ingin memberitahu kalau nona Aurel sekarang sedang sakit demam tinggi," ucap bibi menjelaskan, diliriknya Aurel yang masih gelisah dan mengigau tak lupa tangan satunya lagi yang menganggur menghapus keringat yang keluar dari wajah Aurel yang terlihat sangat pucat.
"Bi, saya baru saja tiba di bandara mau ke Australia. Bagaimana dia bisa sakit? Apa sudah di kasih obat?" tanyanya dengan nada datar, seperti tidak terdengar khawatir.
"Sudah tuan, tetapi suhu tubuh nona Aurel tidak juga turun. Wajah non Aurel juga sangat pucat. Saya takut terjadi sesuatu dengan non Aurel, tuan," jawab bibi.
Terdengar helaan napas dari ayahnya Aurel di sebrang sana. "Bawa saja ke rumah sakit. Saya tidak bisa ke sana, urusan saya lebih penting."
Bibi menatap Aurel sendu. Sangat malang nasib gadis cantik ini. "Tapi tuan—"
"Maaf bi, saya ingin take off. Saya tutup telponnya," ucapnya dan sambungan telpon terputus.
Bibi tak percaya dengan tuannya lebih mementingkan pekerjaan daripada putrinya yang sedang sakit.
Dengan cepat bibi meminta bantuan dari supir rumah tuannya yang kebetulan baru tiba dari mengantarkan tuannya untuk membawa Aurel ke rumah sakit.
Aurel di gendong sang supir untuk menuju mobil di ikuti bibi dengan wajah paniknya.
"Aurel kenapa bi ?" tanya ibu tiri Aurel penasaran saat tidak sengaja berpapasan di pintu keluar rumah.
Bibi menoleh dan menatap nyonya dihadapannya dengan amarah. "Ini semua karena ulah anda," jawab bibi. Hilang sudah kesabaran dirinya terhadap majikannya yang tidak tahu diri ini.
Tanpa balasan dari wanita itu, bibi segera melangkah keluar rumah dan menyusul Aurel yang sudah di bawa ke dalam mobil untuk di bawa ke rumah sakit.
🍁
Vote, share and comments
Thanks

KAMU SEDANG MEMBACA
FRIEND ZONE [END]
FanfictionSahabatan bertiga? Semuanya jadi asik, seru Tapi.... Pasti salah satu dari mereka harus ada yang mengorbankan perasaannya, siapakah dia? # 3 Hwanghyunjin DitaSr, 2019