-36-

5K 469 34
                                    

𝙵𝚛𝚒𝚎𝚗𝚍 𝚣𝚘𝚗𝚎

🍁


"Nggak ada, gue udah cari ke gedung olahraga juga tetap nggak ada," ucap Delvin mulai khawatir dengan keadaan Aurel.

Arsen mencoba menelpon Aurel kembali namun, tetap gadis itu di tidak mengangkatnya telponnya.

"Sen, gudang sekolah yang belakang belum kita cek," ucap Delvin baru mengingatnya.

"Masa ada di sana?" ucap Arsen kurang yakin.

"Ya kali aja. Gue punya firasat kalau Aurel lagi dalam bahaya," ucap Delvin serius.

"Ya sudah kita ke sana," final Arsen mengikuti Delvin.

Mereka berdua berjalan ke arah gudang belakang sekolah dan saat  menuju ke sana, mereka berpapasan dengan seorang satpam yang sedang mengecek keadaan sekolah.

"Mau kemana kalian?" tanya satpam menyelidik. Sekolah sudah sangat sepi dan satpam merasa curiga dengan Delvin dan Arsen yang terlihat panik.

"Ini, pak. Teman saya hilang. Saya telpon nggak di angkat. Saya takut terjadi sesuatu sama dia," jawab Arsen menjelaskan.

"Ya sudah, saya bantu cari. Tempat mana yang belum kalian cari?" tanya satpam ikut membantu.

"Gudang belakang sekolah pak," jawab Arsen.

"Ayo, kita ke sana," ucap pak satpam dan melangkah menuju belakang sekolah bersama Arsen dan Delvin.

"Menjauh!" Terdengar suara pekikan dari sebuah ruangan yang tertutup.

"Vin, lo dengar orang teriak nggak?" tanya Arsen menajamkan indera pendengarannya.

"Iya gue dengar."

Arsen segera berlari ke arah gudang belakang di ikuti Delvin dan pak satpam.

"Pak kemana kuncinya?" tanya Arsen mulai panik. Sepertinya, Aurel berada di dalam sana.

"Ya ampun, kuncinya kok bisa hilang. Nggak ada di saya dek," jawab pak satpam baru sadar salah satu kunci yang ia pegang telah hilang. Biasanya selalu berada di gantungan celananya.

Tidak ada pilihan lain.

"Saya dobrak pintunya, ya, pak," ucap Arsen meminta izin sejenak.

Pak satpam menganggu. Ia juga penasaran dengan keadaan di dalam. Takut ada sesuatu yang terjadi.

BRAK!

Arsen dan Delvin menendang pintu gudang hingga pintu terbuka dengan lebar dan terlepas dari engselnya.

"Aurel!" pekik Arsen terkejut saat melihat gadis itu sudah terkulai lemah dengan bajunya ada noda darah di bagian perutnya.

Delvin dan satpam segera menangkap Senata yang berusaha kabur sedangkan Arsen berlari ke arah Aurel dengan panik.

"A-Aurel..." ucap Arsen tertahan saat melihat darah banyak terlihat di baju Aurel pada bagian perut.

Segera Arsen menekan perut Aurel yang tertusuk agar darahnya tidak keluar banyak. Sedangkan Delvin membantu membuka ikatan tangan Aurel dan setelah terlepas, tubuh Aurel seketika ambruk dalam pelukan Arsen.

Arsen sakit melihat Aurel seperti ini. Dadanya terasa sesak melihat Aurel terluka parah.

"Rel, jangan tinggalkan gue," ucap Arsen merasa dunianya telah runtuh.

"Cepat Sen, bawa Aurel ke rumah sakit! Biar gue yang urus cewek psikopat ini!" seru Delvin membuat Arsen tersadar dan langsung menggendong Aurel.

"Aurel tahan. Aku mohon, jangan tinggalin aku!" lirih Arsen yang langsung membawa Aurel ke mobil untuk segera menuju rumah sakit.

FRIEND ZONE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang