-08-

5K 553 22
                                    

𝙵𝚛𝚒𝚎𝚗𝚍 𝚣𝚘𝚗𝚎

🍁

"Rel, lo mau makan apa. Gue beliin deh," ucap Arsen tiba-tiba.

Aurel menaikan alisnya, tumben sekali seorang Arsen membelikannya makan.

"Serius lo?" tanya Aurel memastikan.

"Serius gue. Buru mau pesan apa?" tanya Arsen.

"Nasi goreng minumnya es teh manis," jawab Aurel

Arsen mengangguk dan kini tatapannya beralih pada Senata. "Kamu mau apa?"

"Samain aja sama punya kamu," balas Senata dengan senyuman.

Arsen mengangguk dan menuju ke penjualan makanan. Beberapa menit kemudian, ia kembali dengan nampan di tangannya dan satu piring di bawa penjual makanan.

"Nih," ucap Arsen dengan memberikan nasi goreng yang ia bawa pada Aurel.

Aurel tersenyum tipis. "Terima kasih," balasnya. Matanya berbinar saat melihat hidangan di depannya terasa begitu menggugah selera makan.

Arsen mengangguk dan tersenyum. Sedangkan milik Senata, di bawakan oleh penjualan nasi goreng.

Mereka bertiga makan dengan nikmat, sesekali Aurel melirik pada Arsen yang duduk tepat dihadapannya. Sedangkan Arsen sedang asik dengan Senata. Mereka saling melempar tatapan dan sesekali tersenyum.

Aurel menunduk dengan tersenyum miris. "Sesak juga ternyata lihat Arsen bersikap lembut sama Sena," ucapnya dalam hati.

Tidak lama makanan Aurel telah habis lebih dulu. Segera Aurel bangun dari duduknya."Gue balik ke kelas," pamit Aurel.

"Gue antar," tahan Arsen.

"Ehh? Ngapain? Sena mau lo tinggal?" tanya Aurel balik. Ia bisa melihat raut wajah cewek itu yang berubah sendu.

Arsen melirik Sena sebentar dan selanjutnya menggeleng kepala.

"Gue bisa sendiri. Duluan," pamit Aurel langsung keluar kantin. Sejujurnya, Aurel ingin Arsen mengatarnya tetapi, ia tahu diri. Senata adalah pacar Arsen, jadi cewek itu adalah prioritasnya.

Di sepanjang koridor sekolah banyak yang menyapa Aurel. Karena memang Aurel terkenal di sekolah.

Di sisi lain. Dua orang cowok sedang memperhatikan Aurel.

"Aurel cantik. Tapi sayang cueknya minta ampun," ucap seseorang dengan menepuk pundak Delvin.

Delvin menatap Aurel yang baru saja melewatinya. Gadis itu berjalan santai dengan tatapan datarnya.

Senyum tipis tercetak di bibir Delvin. "Gue suka cewek kaya dia. Nggak gampang untuk didekati," celetuk teman Delvin lagi.

Delvin mendesis dan melangkah mengikuti Aurel. "Duluan," pamitnya pada temannya.

"Hai, Rel," sapa Delvin saat sudah berjalan di sebelah gadis itu.

"Hmm," balas Aurel singkat dan memilih masuk kelas.

FRIEND ZONE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang