-34-

5.1K 459 20
                                    


𝙵𝚛𝚒𝚎𝚗𝚍 𝚣𝚘𝚗𝚎

🍁


Aurel terbangun dari tidurnya, ia tidur di kamar Arsen sedangkan cowok itu tidur di kamar tamu. Tidak tau kenapa Arsen tidak mengizinkan Aurel untuk tidur di kamar tamu,  dan sekarang Aurel sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Aurel memandang wajahnya di kaca, terlihat pucat dan banyak lebam.

Menghela napas panjang. "Boleh pinjam bedak bunda Yora nggak, ya? Ketara banget kalau nggak di tutup," gumam Aurel dengan mendekatkan wajahnya pada cermin.

Clek!

Pintu kamar Arsen terbuka dan menampilkan, wanita paruh baya cantik yang tersenyum pada Aurel.

"Kamu mau sekolah? Tubuh kamu nggak lemas?" tanyanya lembut.

"Ehh, iya bun. Aurel masih kuat kok," jawab Aurel membalas senyuman wanita paruh baya itu.

Yora menghela napas dan masuk, mendekati keberadaan Aurel dan berdiri di belakang gadis itu.

"Kalau kamu nggak kuat, kasih tau Arsen, ya," ucap Yora dengan mengelus surai hitam Aurel. Wanita itu, begitu menyayangi Aurel.

"Iya, bun," jawab Aurel.

"Eum, bunda. Aurel boleh pinjam alat make up bunda nggak? Buat tutup luka Aurel. Peralatan make up Aurel di rumah," izinnya dengan menunduk.

Yora tersenyum. "Tunggu sebentar, ya. Bunda ambil dulu," balasnya dan keluar kamar Arsen.

"Iya, bun."

Aurel menunggu kedatangan dan beberapa saat kemudian, ketukan pintu terdengar. Aurel menoleh ke arah pintu, ia menemukan Arsen yang sedang bersandar di pintu.

"Mau sekolah? Kalau masih sakit nggak usah masuk aja," tanya Arsen dengan melangkah mendekati Aurel.

"Mau masuk, sudah banyak ketinggalan pelajaran dan gue nggak mau ketinggalan tambah banyak," jawab Aurel.

Arsen mendengus. "Rel. Ngomongnya pakai aku-kamu dong," serunya cemberut membuat Aurel tersedak ludahnya sendiri.

"Ha-hah ?" Aurel spontan dan mengedipkan matanya.

Arsen tertawa kecil dan mengusap wajah Aurel. "Biasa aja muka kamu."

"Ihh, tangannya bau!" kesal Aurel memanyunkan bibirnya. Aurel hanya berbohong. Ia bersikap seperti itu karena ingin menahan rasa gugupnya.

Arsen mencium tangannya sendiri. "Bau apaan?! Wangi gini juga," balas Arsen tidak terima.

"Tapi aku nggak suka baunya. Perfume yang biasanya kemana?" tanya Aurel.

Arsen tersenyum saat mendengar Aurel mulai bicara padanya dengan kalimat aku-kamu. "Sudah habis, belum beli lagi. Nanti aku beli lagi deh perfume yang biasanya," jawabnya. "Kamu tau aja semua tentang aku. Bahkan bau perfume juga di kenal," lanjutnya senang.

Aurel memutar bola mata malas. "Aku sudah kenal kamu lama. Nggak mungkin, kalau nggak tau tentang kamu," balasnya.

Tidak lama Yora kembali dengan peralatan make up nya.

"Sini," seru Yora menarik tangannya Aurel agar duduk di pinggir kasur bersamanya.

Arsen menaikan alisnya heran. "Aurel mau di apakan, bun?"

"Tutup lukanya, kasihan nanti banyak yang tanya Aurel," jawab Yora yang mulai menutupi lebam di wajah Aurel mengunakan beberapa make up yang di punyanya dengan perlahan.

FRIEND ZONE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang