40 [End]

6.6K 434 8
                                        

𝙵𝚛𝚒𝚎𝚗𝚍 𝚣𝚘𝚗𝚎

🍁

Aurel sudah diperbolehkan pulang namun, ia masih harus melakukan pengecekan kesehatan beberapa kali.

Tiba di rumah, Arsen langsung mengantarkan Aurel ke kamarnya. Kali ini, Aurel sudah tinggal di rumah.

"Kalau kamu butuh sesuatu panggil ayah saja ya," ucap Kim lembut.

Aurel mengangguk dan tersenyum. "Iya, ayah."

Arsen memperhatikan setiap gerak-gerik Aurel. "Tenang om, Aurel akan aman bersama saya," sambungnya.

Yora, Mahardika dan Kim tertawa kecil. "Ya sudah. Bunda pulang. Kamu jaga Aurel. Ingat, ya. Tidur di lain kamar," serunya mengingatkan.

"Kim, tolong awasi putraku. Jangan biarkan dia tidur di kamar, Aurel," lanjutnya pada ayahnya Aurel.

Arsen mendesis. "Iya, bun. Arsen masih tau batasan."

Kim tersenyum tipis. "Tenang saja. Saya akan mengawasi mereka."

Yora dan suaminya telah pergi, begitupun Kim yang mengantarkan mereka keluar rumah.

Kini, tersisa Aurel dan Arsen yang berada di kamar.

Araen duduk di pinggir kasur, menatap Aurel yang sudah membaringkan tubuhnya di atas ranjang.

"Besok mau sekolah ?" tanya Arsen dengan mengelus surai hitam Aurel.

Aurel mengangguk. "Iya, aku sudah seminggu lebih nggak masuk sekolah. Pasti banyak yang tertinggal," jawabnya.

"Aku bisa ajarkan kamu, ya walaupun masih pintar kamu, sih," balas Arsen dengan senyuman.

Aurel mendesis. "Tapi, olimpiade fisika kamu juara satu tuh. Siapa yang pintar coba?" ledek Aurel

Arsen menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Fisika aja, Rel. Yang lain aku mah rata-rata," jawabnya. "Tidur deh, kamu pasti capek," lanjut Arsen.

"Belum ngantuk," jawab Aurel dengan mata masih terlihat segar.

"Sini aku tepuk-tepuk," ucap Arsen jahil.

Aurel mendelik. "Emangnya aku bayi pakai segala di tepuk-tepuk."

Arsen tersenyum. "Iya kamu bayi, di mata aku kamu masih kaya bayi," balasnya membuat Aurel cemberut.

"Bibirnya di cemberutin, mau aku cium, ya?" goda Arsen dengan menaikan turunkan alisnya.

Segera Aurel tarik bibirnya ke dalam dan menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

Hyunjin tertawa. "Masih bisa, loh?"

"Bisa gimana? Ini sudah aku tutup padahal?" tanya Aurel polos.

"Coba angkat tangannya," seru Arsen mencoba mengelabui Aurel.

"Hah?" Aurel masih belum menyadari.

Arsen mengangguk agar Aurel menuruti ucapannya. "Angkat tangannya," seru Arsen lagi.

Aurel menurut dengan polosnya. Berbeda dengan Arsen yang tersenyum penuh kemenangan.

Aurel menatap Arsen bingung. "Kenapa, Sen—"

Mata Aurel refleks melebar saat bibirnya merasakan benda lembab yang menempel dan secara tiba-tiba Arsen menangkup kedua pipi Aurel posesif.

Aurel dibuat tambah shock lagi saat benda di atas bibirnya bergerak dengan lembut.

Aurel bener-bener kaget. Badannya mematung dan menahan napas. Tidak bisa bergerak sama sekali. Apalagi saat Arsen beralih menekan tengkuknya dengan tangan satunya sedangkan, tangannya yang lain memegang kepala belakang Aurel.

Aurel sadar kalo mata cowok Mahardika itu sekarang sudah tertutup.

Arsen terlarut ke alur yang dibuatnya.

Dua menit berlalu Arsen mencium Aurel. Kini, Arsen melepas ciuman dan menjauhkan wajahnya dengan senyuman.

Aurel menarik napas sebanyak-banyaknya dan berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdetak tidak karuan.

Arsen menatap Aurel lekat. Mata Aurel masih melebar dan masih berusaha mengatur napasnya.

Arsen mengelus surai hitam Aurel. "Really, I love you," ucapnya dengan senyumannya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




-End-
































Ada lagi kok, hehehe...

FRIEND ZONE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang