𝙵𝚛𝚒𝚎𝚗𝚍 𝚣𝚘𝚗𝚎🍁
"Thanks," ucap Aurel saat sudah tiba di rumahnya.
"Sama-sama," balas Delvin dengan senyuman.
"Gue masuk. Lo hati-hati," ucap Aurel lagi dan masuk ke rumahnya dengan tatapan datarnya.
Delvin mengangguk dan menatap kepergian Aurel. "Masih dingin aja," gumamnya kemudian, ia kembali melajukan motornya meninggalkan rumah Aurel.
Aurel memasuki rumahnya dan melihat ibu tirinya yang seperti sedang menunggu di bawah tangga.
Aurel menghela napas jengah, ia harus mempersiapkan diri. "Minggir," seru Aurel karena ibu tirinya menghalangi langkahnya yang ingin menuju kamarnya.
"Buatkan saya makan siang," ucap wanita itu tegas.
Aurel menatap dingin wanita itu. "Memangnya saya pembantu. Anda punya tangan bukan? Buat sendiri sana," balasnya malas.
Wanita itu menatap tajam Aurel kemudian, langsung menarik surai hitam Aurel hingga Aurel mendongakkan kepala.
"Aww! Sakit! Lepas!" ringis Aurel berusaha melepaskan tarikan wanita itu.
"Makannya nurut sama saya!" balas wanita itu masih dengan tangannya yang menarik rambut Aurel.
"Lepas!" bentak Aurel.
Plak!
Tangan wanita yang satunya lagi digunakan untuk menampar pipi Aurel.
Aurel tersentak kaget, begitupun sang bibi yang baru saja datang. "Ya ampun nyonya lepas! Nona Aurel kesakitan," teriak bibi saat mendengar keributan.
"Bibi nggak usah ikut campur!" ucapnya marah.
"Saya tidak akan ikut campur kalau nyonya tidak melukai nona Aurel," balasnya tegas dan berusaha melepaskan tangan wanita itu dari rambut Aurel.
Bruk!
Terlepasnya tangan wanita itu saat Aurel menendang kakinya, menyebabkan dia jatuh ke lantai.
Segera bibi membawa Aurel menuju kamarnya, meninggalkan wanita itu yang mengerang kesakitan.
"Awas kamu!"
Bibi tidak peduli, ia menuntun Aurel untuk menuju kamar, setelahnya mendudukkan Aurel di pinggir kasur.
"Tunggu ya non. Saya ambil obat dulu. Pipi non bengkak," ucap Bibi khawatir.
"Iya, bi," jawab Aurel.
Bibi keluar kamar Aurel sedangkan Aurel membaringkan tubuhnya di kasur. Kepalanya terasa begitu pusing, pipi nya sangat perih dan nyeri karena tamparan wanita itu tadi.
"Capek Aurel, bun," gumamnya dengan memejamkan matanya menahan rasa sakit di kepala.
Tak lama bibi datang dengan baskom kecil, handuk dan beberapa obat di tangannya.
Di kompres nya pipi Aurel oleh bibi. "Tahan ya, non," ucap bibi melihat Aurel meringis kesakitan.
Aurel mengangguk pelan. "Sudah selesai," lanjut bibi setelah mengoleskan salep memar di pipi Aurel.
"Non makan ya. Bibi bawakan makanan ke sini," ucap bibi.
"Bibi sudah masak?" tanya Aurel.
"Sudah, baru saja selesai."
Aurel mengangguk. "Ya, sudah."
Bibi keluar kamar Aurel untuk mengambil makanan. Sedangkan Aurel bangun dari duduknya dan berjalan ke arah balkon.

KAMU SEDANG MEMBACA
FRIEND ZONE [END]
FanfictionSahabatan bertiga? Semuanya jadi asik, seru Tapi.... Pasti salah satu dari mereka harus ada yang mengorbankan perasaannya, siapakah dia? # 3 Hwanghyunjin DitaSr, 2019