-22-

5K 498 42
                                    

𝙵𝚛𝚒𝚎𝚗𝚍 𝚣𝚘𝚗𝚎


🍁




Aurel terbaring di ranjang rumah sakit dengan Delvin yang masih setia menemaninya di samping. Sebelumnya, saat tiba di rumah sakit. Dokter langsung menangani Aurel. Gadis itu mendapatkan beberapa jahitan di lengannya karena luka robek yang cukup panjang.

Delvin menatap lekat Aurel. Gadis di depannya sungguh misterius. Delvin ingin tahu banyak tentangnya namun,  sifat tertutupnya membuat Delvin harus sedikit menjaga jarak agar dia tidak merasa risih.

Mata Delvin mengerjap dan langsung berdiri saat menyadari Aurel yang sudah sadar dari pingsannya.

Mata gadis itu perlahan terbuka dan menunjukan ekspresi bingung saat menyadari ia berada di ruangan serba putih.

Aurel menoleh dan mendapati cowok yang selama beberapa hari ini bertemu dengannya.

"Sudah sadar?" tanya Delvin dengan suara lembutnya.

Kepala Aurel mengangguk pelan dan bersiap ingin bangun dari tidurnya, ia harus pulang. Namun sebuah tangan mencegahnya "Lo baru sadar, rel. Sebaiknya istirahat dulu jangan paksain diri lo," ucap Delvin.

"Terima kasih, tapi gue harus pulang," tolak Aurel.

Delvin menghela napas. "Jangan keras kepala, Rel. Lo harus istirahat dulu. Tubuh lo itu masih lemas," ucap Delvin namun, tidak di hiraukan Aurel. Ia tetap bangun dan segera turun dari ranjang, dengan terpaksa Delvin membantunya.

"Lo habis dapat jahitan di lengan. Sayangi tubuh lo," lanjut Delvin menasehati.

Aurel terdiam sejenak dan menatap lengannya yang di perban kemudian, menatap Delvin. "Gue baik-baik aja," balasnya.

Delvin menghela napas panjang. "Ya eudah, gue anterin pulang. Gue nggak mau lo kenapa-kenapa di jalan," ucapnya terpaksa.

"Terima kasih, tapi gue bisa sen—"

"Nurut aja untuk kali ini," selak Delvin membuat Aurel menghela napas pasrah. "Sebelum pulang, dokter memberikan pesan, kalau lo harus bertemu dengannya. Ada yang mau dokter sampaikan," lanjutnya.

Aurel mengangguk dan melangkah menuju ruang dokter.

Tiba di ruangan dokter. Aurel duduk di kursi yang berhadapan dengan dokter.

"Nona Aurel," ucap dokter.

"Iya."

"Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri. Saya dokter Gibran. Saya yang selama ini memeriksa keadaan Nona Aurel selama di rawat di rumah sakit ini," ucapnya memperkenalkan diri. Ia yang menangani Aurel selama Aurel di rawat rumah sakit beberapa waktu yang lalu.

"Saya akan bicara serius dan saya mohon anda mau mendengarkan ucapan saya. Karena ini menyangkut kesehatan anda," lanjutnya.

Aurel mengangguk lemah. "Ada apa dok?"

"Salah satu ginjal anda tidak berfungsi lagi karena mengalami gagal ginjal dan hanya tertinggal satu ginjal yang masih berfungsi di tubuh nona namun, ginjal itu mengalami kerusakan." Penjelasan dokter Gibran membuat tubuh Aurel begitu lemas saat mengetahui bahwa salah satu ginjalnya sudah tak berfungsi lagi dan sekarang ia hanya bisa hidup dengan satu ginjal yang tentu tidak akan bisa bertahan lama.

Aurel hanya mempunyai satu ginjal karena ginjal yang satunya lagi rusak akibat kecelekaan beberapa tahun yang lalu saat bersama sang bunda.

"Saya— harus melakukan apa dok?" tanya Aurel lirih dengan kedua mata berkaca-kaca.

FRIEND ZONE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang