-31-

4.8K 427 45
                                    

𝙵𝚛𝚒𝚎𝚗𝚍 𝚣𝚘𝚗𝚎

🍁

Tibalah mobil Arsen di depan rumah Aurel.

Aurel memandang rumahnya sejenak sebelum melepaskan sabuk pengaman. "Kenapa?" tanya Arsen saat melihat Aurel terdiam dengan memandang ke arah rumahnya.

"Nggak apa-apa," jawab Aurel dengan senyum tipis. "Terima kasih," lanjutnya.

Arsen mengangguk dan mengusap surai hitam Aurel lembut. "Mau gue temenin sampai depan pintu?" tanyanya dengan tatapan teduh.

Aurel menggeleng kepala. "Nggak usah, Sen. Terima kasih. Gue masuk, ya," pamitnya.

Arsen mengangguk dan Aurel keluar mobil cowok itu. Sebelum benar-benar masuk rumah, Aurel menoleh pada Arsen sejenak.

Arsen menaikan alisnya saat melihat tatapan Aurel yang berbeda dari biasanya.

"Gue masuk," ucap Aurel lagi.

Arsen mengangguk pelan. "Pasti ada yang nggak beres. Gue harus cerita ke bunda," ucapnya dalam hati.

Arsen menyalakan mesin dan menjalankan mobilnya ke arah depan rumahnya.

🍁

Aurel masuk rumah dengan membuka pintu perlahan. Aurel berharap wanita itu sedang tidak ada di ruang tengah, agar ia bisa beristirahat karena badannya begitu lemas.

Setelah melihat sekeliling. Aurel bisa bernapas lega. Ia tidak menemukan wanita itu.

Aurel langsung menaiki anak tangga menuju kamarnya. Tiba di depan pintu kamar, Aurel langsung membuka pintu dan meletakan tas ranselnya di kursi belajar dan berganti pakaian di kamar mandi, setelahnya merebahkan tubuhnya di atas kasur. Badannya begitu lemas dan sakit, kakinya juga membiru dan sedikit bengkak.

Tidak lama terdengar ketukan pintu dari luar kamarnya.

"Siapa?" tanya Aurel dengan bangkit dari tidurnya menjadi terduduk.

"Bibi, non," jawab bi Sumi dari luar pintu kamar.

"Masuk bi," ucap Aurel.

Bi Sumi membuka pintu dan masuk dengan membawa nampan berisi makanan di tangannya. "Makan dulu, ya, non. Bibi tau non tidak mau makan bersama ibu tiri non. Makanya bibi bawakan ke kamar non Aurel," lanjut bibi menjelaskan.

"Terima kasih, bi," ucap Aurel dengan sambil menerima nampan dari bibi dan diletakan di atas pahanya.

Aurel mulai makan, setelah makanannya habis. Bibi keluar kamar Aurel. Sedangkan Aurel berjalan ke arah balkon kamarnya memandang langit sore hari.

Aurel melihat pintu balkon kamar Arsen yang tertutup. "Arsen lagi apa ya?" gumam Aurel bertanya. "Apa sudah tidur?" lanjut Aurel lagi dan memilih masuk kamar untuk belajar.

Waktu menunjukan pukul sepuluh malam. Aurel sudah mengantuk karena meminum obat sehabis makan tadi.

Aurel membaringkan tubuhnya di atas kasur dan memejamkan matanya, mengistirahatkan tubuhnya yang terasa begitu lemas.

Uhuk...uhuk....

Tiba-tiba Aurel kesulitan untuk bernapas dan betapa terkejutnya saat ia membuka mata. Di depannya ada sosok ibu tirinya yang sedang mencekik lehernya.

FRIEND ZONE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang