-02-

6.3K 627 22
                                    

𝙵𝚛𝚒𝚎𝚗𝚍 𝚉𝚘𝚗𝚎

🍁

Sekarang Aurel sudah berada di kamar tidurnya setelah pulang menggunakan transportasi umum.

Aurel ingin bersih-bersih karena badannya yang sudah lengket. Bayangkan saja, pulang naik bus dengan jam yang sama saat pulang kerja. Otomatis Aurel harus berdesak-desakan untuk bisa pulang ke rumahnya.

Setengah jam berlalu, Aurel keluar kamar mandi dan bersiap untuk tidur karena Aurel adalah tipe cewek yang gak bisa tidur terlalu malem paling malem juga jam 9 itupun terpaksa harus belajar karena ada ulangan harian

Aurel menghela nafas lelah dan merapihkan tempat tidurnya. Pintu balkon Aurel sengaja tidak pernah di kunci karena Aurel tahu akan ada seseorang yang datang.

Bruk!

Aurel menghempaskan tubuhnya di kasur empuknya. Aurel mulai menarik selimut, memeluk guling dan mulai memejamkan mata.

Baru saja Aurel memejamkan mata, tiba-tiba terdengar ketukan dari luar pintu balkon kamar Aurel.

Aurel mendengkus kesal dan memilih tidak memperdulikan. Ia tahu siapa pelaku di balik pintu kamar balkonnya. Namun suara ketukan semakin kencang dan mengganggu tidur Aurel.

Aurel berdecak. "Ganggu aja sih!" gerutunya kesal dan bangun dari tidurnya, berjalan malas ke arah pintu balkon.

Pintu kamar balkon terbuka. Seseorang telah berdiri tegak dengan senyumannya. Dia, Arsen.

Sudah menjadi kebiasaan seorang Arsen yang selalu berkunjung ke rumah Aurel lewat balkon kamarnya yang memang jarak balkon keduanya sangat dekat. Arsen selalu bertamu ke rumah Aurel saat malam hari.

Aurel memutar bola mata malas. "Udah malan tahu nggak. Gue ngantuk," serunya kesal.

Bukannya merasa bersalah. Arsen semakin masuk ke dalam kamar Aurel. "Masih sore, tahu," balasnya santai.

Aurel menghela napas. "Pulang sana. Udah jam sepuluh malam, gue harus tidur," usirnya langsung dan mendorong bahu Arsen yang ingin tidur di kasurnya.

Tetapi, Arsen tidak peduli. Cowok itu semakin mendekati ranjang dan setelahnya merebahkan tubuhnya di kasur milik Aurel.

Aurel berdecak. "Arsen, gue ngantuk beneran!"

"Lo tidur aja. Gue mau disini. Kalau gue udah ngantuk, gue bakal balik ke kamar," balas Arsen yang mulai sibuk dengan ponsel.

Aurel menghela napas jengah dan memilih kembali tidur. Berusaha mengabaikan cowok nyebelin itu. Suasana hati Aurel masih buruk karena Arsen telah mengingkari janjinya tadi sore.

"Terserah lo! Awas macam-macam sama gue!" ancam Aurel dan mulai membaringkan tubuhnya di samping Arsen.

"Kalau gue cium pas lo tidur nggak apa-apa, kan?" tanya Arsen jahil dengan menaikan turunkan alisnya.

Aurel menoleh dengan tatapan tajam. "Nggak!" tolaknya dan memejamkan mata, berusaha untuk terlelap ke dalam mimpinya.

Arsen tertawa dan mulai mengusap surai hitam Aurel lembut.

"Rel."

"Hm?" jawab Aeri walaupun matanya sudah tertutup tetapi, Aurel masih sadar.

Arsen menatap Aurel yang sudah memejamkan mata. "Gue suka sama seseorang," ucapnya yang sontak membuat Aurel membuka matanya.

Arsen kembali tertawa akan respon Aurel yang seperti terkejut. Gadis itu memiringkan tubuhnya dan menahan kepalanya dengan tangan kirinya.

"Suka— sama siapa?" tanya Aurel dengan tatapan lekatnya.

Arsen ikut menatap Aurel, mereka saling tatapan beberapa detik. "Lo," jawab Arsen membuat kedua mata Aurel melebar.

"Bohong gue," lanjut Arsen dan menyentil kening Aurel pelan.

Aurel memutar bola matanya dan memejamkan mata dengan memeluk gulingnya.

"Senata Feronika."

Seketika mata Aurel terbuka dan tidak berkedip beberapa detik. "Gue suka sama Senata," lanjut Arsen yang membuat Aurel tersenyum kecut. Aurel harus menahan kenyataan dan rasa sakit di hatinya.

"Ohh."

Arsen mendesis. "Dih! Kok gitu doang sih respon lo!" Kesalnya dengan mencubit hidung mungil Aurel.

Aurel mendengkus dan mengusap hidungnya. "Lo suka banget sama dia?" tanya Aurel lirih, mencoba setenang mungkin untuk tidak menangis.

"Suka," jawab Arsen. "Sejak kapan?" tanya Aurel lagi.

Arsen berfikir sejenak. "Eum, waktu pertama kali ketemu dia kelas satu SMA," jawabnya jujur.

"Ohh," jawab Aurel dan memilih memutar tubuhnya. Membelakangi Arsen. Hati Aurel benar-benar sakit.

Rasanya Aurel ingin menangis, orang yang dia sayang dan cintai menyukai perempuan lain yang ternyata sahabatnya sendiri, Senata Feronika.

"Sen, lo pulang sana gue mau tidur," usir Aurel lembut.

"Bentaran, gue masih mau disini. Lo tidur aja, nanti kalau gue udah ngantuk baru balik," tolak Arsen dan kembali memainkan ponselnya.

Aurel menghela napas. "Terserah deh, nanti lo keluar jangan lupa tutup pintu balkonnya," pesan Aurel dan memejamkan mata. Tanpa sadar, kedua air mata Aurel jatuh.

"Siap bos!" balas Arsen.

Aurel mulai tidur dengan membelakangi Arsen, yang nyatanya menahan tangisan. Aurel berusaha tidur agar apa yang di dengarnya tadi hanyalah sebuah mimpi.

🍁

Vote, share and comments
Thanks

FRIEND ZONE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang