𝙵𝚛𝚒𝚎𝚗𝚍 𝚣𝚘𝚗𝚎
🍁
Arsen yang pertama kali tersadar saat melihat siapa yang masuk, matanya langsung berubah tajam.Arsen melihat ayah Aurel berdiri di ambang pintu, menatap Aurel dengan mata yang memerah seperti habis menangis.
Melihat perhatian Arsen yang tertuju ke arah pintu otomatis semua orang yang berada di dalam kamar mengikuti arah tatapan Arsen. Semuanya sontak terkejut ketika melihat siapa yang datang.
Yora mendesis. "Akhirnya kamu datang juga, Kim," serunya sarkas.
Tangan Arsen mengepal dengan kuat setelah mengingat dimana ayahnya Aurel memperlakukan gadis itu tidak baik, di mana Aurel selalu menjalani hidupnya tanpa kasih sayang dari ayahnya.
Mata Arsen menatap Kim dengan tajam saat ayahnya Aurel melangkah masuk dan mendekati Aurel. Ia mengikuti setiap gerak-gerak pria paruh baya itu.
"Mau apa datang kemari? Apa anda sudah menyadari kesalahan anda selama ini tuan Kim yang terhormat?" ucapan Arsen membuat Kim terhenti untuk menghampiri putrinya, pria itu menoleh ke arah Arsen.
Kim hanya diam, ia tidak tau harus berkata apa, bagaimana pun juga ia pantas menerima ini semua. Ia tidak berhak untuk marah mendengar ucapan anak muda dihadapannya ini.
"Di saat Aurel sakit parah anda baru melihatnya? Apa anda tidak tau selama ini putri anda begitu banyak mengalami kesulitan bahkan di saat ia melewati itu semua, Aurel masih saja mengingat anda!" lanjut Arsen dengan nada sarkatik yang sudah tidak sanggup lagi menahan kemarahannya kepada ayahnya, Aurel.
Sesaat Kim menatap Arsen dengan tajam, namun itu hanya terjadi beberapa detik setelahnya tatapannya kembali tertuju ke arah Aurel.
Matanya menatap lekat ke arah tubuh Aurel yang kurus dan juga pucat, hatinya kembali teriris melihat putrinya seperti itu.
Air matanya kembali jatuh, Kim sekarang sudah mulai meneteskan air matanya tanpa memperdulikan sekitarnya. Ia mendekati putrinya itu yang belum mengetahui kehadirannya, tangannya mencoba menyentuh lembut tangan Aurel yang begitu dingin. Ia menggenggamnya, membuat Aurel yang tadi sedang tertidur perlahan membuka mata, seketika air matanya turun saat melihat kehadiran sang ayah.
"Aurel, putri ayah," ucap Kim bergetar.
Aurel menajamkan pendengarannya saat mendengar suara yang sangat ia rindukan selama ini. Ia menoleh dan seketika senyum kaku terbit di bibir Aurel yang pucat, air mata sudah mengalir di pipinya. Gadis itu tidak menyangka bahwa doa nya akan terkabul untuk melihat ayahnya kembali.
Aurel begitu senang saat melihat ayahnya berada di sini, menggenggam tangannya dan tersenyum padanya.
"A-ayah," ucap Aurel lirih dengan sangat pelan namun, dapat di dengar oleh Kim yang menundukkan tubuhnya untuk mencium kening putrinya.
Aurel sangat bahagia, Ayahnya sekarang berada di sampingnya, menggenggam tangannya dengan erat bahkan berbicara dengannya.
Terima kasih Tuhan. Aurel sungguh bahagia sekarang.
"Putri Ayah. Jangan tinggalkan Ayah sendiri, ya? Ayah menyesal, Ayah menyesal sudah melakukan hal yang jahat padamu. Mohon maafkan Ayah, Aurel," ucap Kim terus mencium kening Aurel. Melepaskan rindu dan rasa penyesalan yang selama ini dirasakannya.
Aurel tidak kuasa menahan air matanya. Gadis itu menangis dengan sesegukan saat mendengar semuanya. Mendengar permintaan maaf ayahnya kepadanya, mendengar ayahnya menyesal, mendengar ayahnya memohon untuk tidak di tinggalkan.
Ma-maafin...Aurel, yah," suara Aurel lirih. Begitu pelan namun, semua orang yang berada di ruangan masih bisa mendengarnya.
Yora menangis di pundak sang suami sedangkan Arsen menatap Aurel lekat. Ia ikut merasakan senang saat Aurel bahagia.
"Kamu tidak salah sayang. Ayah yang salah, maafkan Ayah," ucap Kim penuh penyesalan.
Aurel tersenyum mendengarnya, ayahnya kembali seperti dulu, ia sangat bahagia melihat wajah ayahnya sekarang.
Kening Aurel mengkerut saat tiba-tiba nyeri menjalar di tubuhnya, Aurel meringis dan memejamkan matanya menahan sakit bahkan ia merasakan pusing di kepalanya.
Kim menyadari sesuatu langsung panik. Segera ia memanggil dokter. Arsen yang khawatir mendekati Aurel dan menggenggam tangannya.
"Akhh..."ringis Aurel kembali.
"Aurel, kamu pasti kuat," ucap Arsen sedih. Ia tidak bisa melihat gadis tersayangnya kesakitan.
Tidak lama, dokter datang dan langsung periksa keadaan Aurel.
"Maaf, nona Aurel harus secepatnya mendapatkan pendonor ginjal. Jika tidak, ia akan kehilangan nyawanya. Ginjalnya sudah sangat rusak dan harus segera mendapatkan pengganti," ucap dokter menjelaskan.
Yora dan sang suami saling tatap. Mereka belum bisa menemukan pendonor ginjal untuk Aurel. Berbeda dengan Arsen yang panik.
"Bunda, ayah! Gimana? Kita belum mendapatkan pendonor untuk Aurel," ucap Arsen panik, ia tidak mau kehilangan Aurel.
"Saya yang akan mendonorkan ginjal untuk putri saya," ucap Kim tiba-tiba dengan tegas.
Mata Yora dan Arsen langsung tertuju pada Kim saat mendengar ucapan pria itu yang ingin mendonorkan ginjalnya untuk Aurel.
"Kau yakin Kim?" tanya suami Yora dengan serius.
"Saya yakin, Aurel putri saya. Saya akan melakukan apapun asalkan Aurel bahagia," jawab Kim meyakinkan.
"Ya sudah, kalau begitu tuan kami cek terlebih dahulu kesehatannya. Jika semua sehat, ginjal tuan akan siap didonorkan untuk pasien nona Aurel," ucap dokter menjelaskan.
Kim mengangguk, ia akan mengikuti prosedurnya. Yang terpenting ia harus mendonorkan ginjalnya untuk Aurel.
"Mari ikut saya tuan Kim," ajak dokter ke ruang pengecekan kesehatan.
🍁
Vote, share and comments
Thanks

KAMU SEDANG MEMBACA
FRIEND ZONE [END]
FanfictionSahabatan bertiga? Semuanya jadi asik, seru Tapi.... Pasti salah satu dari mereka harus ada yang mengorbankan perasaannya, siapakah dia? # 3 Hwanghyunjin DitaSr, 2019