𝙵𝚛𝚒𝚎𝚗𝚍 𝚣𝚘𝚗𝚎
🍁
Jam pelajaran pertama dimulai, Aurel mulai serius dengan materi yang di berikan guru.
"Ada yang bisa mengerjakan soal di papan tulis ini?" tanya bu Rani, sebagai guru matematika.
Murid-murid di kelas tidak ada yang mengangkat tangannya, karena memang tidak ada yang bisa mengerjakan soal di papan tulis itu.
Aurel menghela napas pelan dan dengan terpaksa mengangkat tangannya. Seketika semua murid yang berada di kelas Aurel menghela nafas lega. Mereka telah di selamatkan karena terhindar dari mengerjakan soal. Jika tak ada yang maju, kemungkinan besar bu Rani akan menunjuk salah satu murid dengan acak untuk maju mengerjakan soal itu.
Aurel maju ke depan dan mulai mengerjakan soal. Dengan mudah gadis itu kerjakan tanpa kendala.
Aurel telah selesai mengisi jawaban dan kembali ke kursi.
Bu Rani tersenyum lebar, dirinya merasa bangga dengan murid kesayangannya karena soal yang di kerjakan gadis itu, benar
"Kamu memang anak kesayangan ibu, Aurel," ucap bu Rani senang
Aurel tersenyum tipis, sedangkan teman sekelasnya banyak yang memuji kepintaran Aurel.
"Okee, sekarang kerjakan soal di buku paket halaman dua belas," ucap bu Rani.
Semua murid mengangguk dan mulai mengerjakan soal, sampai bel istirahat berbunyi.
"Soalnya yang ibu kasih nanti kita bahas di hari selanjutnya," ucap bu Rani. "Assalamualaikum," pamitnya dan keluar kelas diikuti murid lainnya yang sudah bersiap untuk ke kantin. Terkecuali, Aurel.
Aurel menghela napas panjang dan menyenderkan punggungnya pada kursi dengan memejamkan mata sejenak. Aurel memilih untuk tidur. Ia lagi malas hanya untuk keluar kelas, lebih baik tidur dan menikmati keheningan.
Huft!
Aurel merasakan hembusan angin mengenai wajahnya. Segera Aurel membuka mata dan betapa terkejutnya melihat seorang Arsen sedang berdiri di hadapannya dengan jarak yang begitu dekat.
"Ya am—" Hampir saja Aurel terjatuh dari kursi kalau saja Arsen tidak menahan kursi yang diduduki gadis itu.
"Untung ada gue kalau nggak lo jatuh," seru Arsen merasa tidak bersalah. Padahal penyebab Aurel ingin terjatuh karena cowok itu.
Aurel mendengkus dan berusaha membetulkan kursinya dengan berpegangan pada meja agar posisinya kembali seperti semula.
"Lagian lo ngapain tiba-tiba di depan wajah gue. Kaget tahu?" ucap Aurel kesal.
"Gue lihat lo di kelas sendiri. Makanya gue ke sini," jawab Arsen santai.
Aurel melirik kearah pintu kelas. "Sena kemana?" tanyanya heran.
"Nggak tahu. Gue cari di kelasnya nggak ada," jawab Arsen yang sekarang memilih duduk di sebelah Aurel.
"Lo nggak makan?" tanya Arsen menatap Aurel dengan menopang dagu.
Aurel menggeleng kepala. "Nggak lapar," jawabnya singkat dengan meletakan kepala di atas meja dan memejamkan matanya lagi.
"Lo lagi sakit, Aurel. Gue beliin nasi ya?" tanya Arsen sedikit memaksa.
"Nggak mau. Lagi nggak mau makan," tolak Aurel. Padahal tadi pagi dirinya belum sarapan.
Arsen menghela napas. "Nggak ada penolakan. Pokoknya gue beliin nasi," serunya tegas dan bangun dari duduknya dengan mengelus pucuk kepala Aurel lembut. "Tunggu, jangan kemana-mana," lanjutnya dan meninggalkan Aurel untuk kantin.

KAMU SEDANG MEMBACA
FRIEND ZONE [END]
أدب الهواةSahabatan bertiga? Semuanya jadi asik, seru Tapi.... Pasti salah satu dari mereka harus ada yang mengorbankan perasaannya, siapakah dia? # 3 Hwanghyunjin DitaSr, 2019