𝙵𝚛𝚒𝚎𝚗𝚍 𝚣𝚘𝚗𝚎
🍁
Setelah Aurel keluar dari ruangan IGD. Dia langsung dipindahkan ke ruangan VVIP. Aurel mendapatkan jahitan di perutnya lumayan banyak karena lukanya cukup dalam. Tetapi, untungnya tidak mengenai organ vitalnya.
Suara mesin yang mendeteksi tekanan jantung bergema di seluruh ruangan menciptakan suasana hening.
Mata Arsen hanya tertuju pada satu titik, yaitu wajah pucat Aurel yang dimana sekarang terbaring di kasur. Sudah dua hari gadis itu belum terbangun karena luka dan terlebih penyakit ginjalnya yang semakin hari semakin parah membuat kesehatannya menurun drastis.
Arsen selama dua hari ini menemani Aurel. Cowok itu bahkan izin sekolah hanya untuk menemani Aurel yang masih belum tersadar. Arsen ingin saat Aurel terbangun yang pertama kali dilihatnya yaitu dirinya.
Arsen menyentuh jemari Aurel yang begitu dingin. Ia menggenggamnya dengan erat agar menghangat. "Bangun, Aurel. Aku kangen," gumamnya lirih.
Arsen menatap wajah kekasihnya dengan bola mata yang sudah berair. Sejauh ini, cowok itu tidak pernah mengeluarkan air matanya.
Arsen selalu mencoba bersikap tegar melihat keadaan Aurel walaupun hatinya terasa begitu sakit, hatinya begitu hancur melihat sang kekasih yang begitu lemah tidak berdaya. Andaikan saja ia bisa menukarkan posisinya dengan Aurel, Arsen tentu akan suka rela menggantikannya. Arsen tidak ingin orang yang di cintai nya merasakan penderitaan kembali, biarlah ia yang menanggungnya.
"Hei..." ucap Aurel tiba-tiba nyaris tanpa suara.
Seketika kepala Arsen mendongak dengan mata membulat. Mata mereka berdua saling tatapan. Aurel telah sadar dari komanya.
Arsen masih terkejut dan langsung menekan tombol pemanggil dokter agar bisa segera periksa keadaan Aurel.
Aurel tersenyum tipis, sangat tipis. kekasihnya itu sudah mengeluarkan air matanya membuat Aurel ingin sekali memeluknya namun, ia tidak bisa. Tenaganya tidak ada.
Hal yang Aurel lakukan hanya tersenyum sambil membawa tangannya kearah wajah Arsen namun, sama Arsen di tahan. Malah Arsen yang mendekati wajahnya ke Aurel.
Aurel tersenyum dan menghapus cairan bening di wajah cowok itu.
Wajah mereka berdua sangat dekat, bahkan Aurel bisa merasakan hembusan napas dari Arsen.
Arsen menatap manik mata Aurel lekat.
Chup!
Arsen mengecup bibir Aurel yang kering dan pucat. Hanya diam saja. Setelah 30 detik berlalu, Arsen melepaskan dan tersenyum. "Aku bahagia kamu telah sadar," ucapnya dengan kedua mata berkaca-kaca.
tidak lama dokter datang dan langsung periksa keadaan Aurel.
"Gimana dok?" tanya Arsen cemas, saat melihat dokter selesai memeriksa keadaan Aurel.
"Boleh ikut saya," jawab dokter terlihat serius.
Arsen melirik Aurel sekilas. "Baik dok, tetapi saya bilang ke kekasih saya dulu," jawab Arsen.
Dokter tersenyum. "Baik, saya tunggu," pamit dokter keluar ruangan.
Arsen kembali menatap Aurel. "Aku keluar sebentar. Kalau ada apa-apa tekan ini ya." Pesan Arsen lembut dengan memberikan alat darurat.
Aurel mengangguk sangat pelan, karena dia masih sangat lemah.
Arsen tersenyum dan mengecup kening Aurel cukup lama. "Aku keluar," pamitnya dan keluar ruangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
FRIEND ZONE [END]
FanfictionSahabatan bertiga? Semuanya jadi asik, seru Tapi.... Pasti salah satu dari mereka harus ada yang mengorbankan perasaannya, siapakah dia? # 3 Hwanghyunjin DitaSr, 2019