01 ||Matteo Sialan

20K 1K 35
                                    

"MATTEO!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"MATTEO!"

Suara pekikan menggelegar di dalam rumah, suara yang menyiratkan kemurkaan sampai ke taman belakang membuat sepasang suami-istri yang asyik mengurus tanaman hias mereka sontak menoleh dari datangnya suara. Hanya berselang beberapa detik, keduanya terbelalak melihat seorang gadis muncul dengan gaun putih selutut. Rambut berantakan dengan wajah dipenuhi coretan abstrak berwarna merah. Dibalik coretakan itu, wajahnya diselimuti dengan aura suram.

Vella---sang ibu---berdiri meletakkan sekop mininya menghampiri dengan buru-buru. Wajah cantiknya terlihat panik dan resah, Vella memegang bahu putrinya untuk menenangkan. Bagaimana tidak, dada putrinya itu kembang kempis, kedua tangannya terkepal memperlihatkan buku jarinya yang memutih, dibalik gambar abstrak itu, wajahnya memerah padam disertai dengan tatapan berang.

"Suri, ini wajahnya kenapa?"

"Ini ulah Matteo, mama!" Remaja cantik bernama Surinala itu menunjuk wajanya kesal.

"Emangnya ada bukti kalau itu ulah abangmu?" Suri melihat kearah Leondaru sang papa yang sibuk menyiram tanamannya.

"Suri emang nggak punya bukti tapi Suri yakin ini semua ulah Matteo si kadal itu! Nggak ada orang yang berani lakuin ini ke Suri kecuali dia!" Yakin Suri mencak-mencak berharap melihat orang bernama Matteo didepannya agar bisa menghajarnya sekarang juga.

"Suri nggak baik nuduh orang tanpa bukti," peringat Vella mengelus bahu putrinya.

"Tanpa bukti Suri tau siapa pelakunya mama." Suri mendengus berbalik memasuki rumahnya dengan membanting barang-barang disekitarnya. Vella menggeleng putus asa.

Leondaru meletakkan selangnya di rumput lalu duduk dikursi santai meraih kopinya. Vella mengangguk melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.

"MATTEO MAU LARI KEMANA LO?!"

Cangkir kopi ditangan Leondaru oleng hingga isinya tumpah. Vella mengatupkan bibir melihatnya berbeda dengan Leondaru meletakkan gelasnya kasar pada meja seraya menoleh kedalam rumah.

"SURI DIAM SEHARI BISA?!" Gertaknya.

***

Suara riuh terdengar dari siswa-siswi yang baru saja tiba di sekolah. Saling sapa, meledek dan memperhatikan siswi yang berjalan di koridor merupakan salah satu kerjaan yang wajib dilakukan oleh siswa-siswa disana.

Suara gelak tawa terdengar. Seorang siswi yang duduk menggunakan masker menutupi wajahnya menggemelatukkan giginya mendengar tawa soiton menusuk pendengarannya. Seketika pensil ditangannya patah setelah mata sinis menangkap sosok yang selalu menghancurkan hari-harinya itu terbahak-bahak didepan kelas.

"Brisik woy!" Tegurnya menatap keluar kelas. Beberapa siswa yang berdiri disana langsung menoleh ke dalam kelas melihat siapa yang menegur mereka.

"Suri, bro! Suri!" Cowok berbadan gempal dan berkulit gelap itu menepuk-nepuk punggung teman disampingnya.

"Bodoamat" cueknya melambaikan tangan pada cewek yang baru saja melewati mereka, "Eh kenapa pada diem? Mulut kalian pada dilem?" Tanyanya melihat satu persatu temannya yang memilih bungkam.

RUMAH KITA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang