Instagram : unianhar
Rambutnya yang tergerai panjang kini dikuncir, baju putih seragam serbah putih bersabuk hitam itu kini terpasang pada tubuh Suri yang menutup pintu lokernya. Suri mengencangkan sabuknya sembari berbalik keluar dari ruang ganti menuju tempat latihannya.
Suri tersenyum melihat sekitar 30 orang yang bersegam sama tengah bersiap-siap menunggu pelatihan mereka dimulai. Kebanyakan diantara mereka adalah karateka senior yang sudah lama di pelatnas dan 10 diantaranya sudah berpangalaman di turnamen-turnamen besar sekelas Asian Games. Untuk atlet seperti Suri yang baru bergabung di peltanas akan merasa tidak percaya diri melihatnya.
Bayangkan saja jika disana ada Zigi Mahesa peraih mendali emas 4 kali berturut-turut diajang Sea Games dan Asian Games, ada Adipati Ernadi juga berhasil menyambet gelar juara di Belanda bulan lalu, dan tak lupa ada Allysia Harahab selalu jadi tumpuan tim karate putri nasional, mereka adalah karateka-karateka kebanggan negara, tanpa harus melewati seleksi penentu yang akan bertanding nanti mereka sudah lolos akan mengikuti ajang dua tahunan itu di Thailand.
Dibandingkan dengan mereka Surinala hanyalah atlet bau kencur yang tidak memiliki pengalaman sama sekali. Suri tidak menapik jika ia merasa tidak percaya pada dirinya sendiri tapi tiap kali perasaan itu datang ia selalu mendoktrin dirinya sendiri jika ia mampu. Untuk menembus pelatnas Surinala tidak hanya mengalahkan ratusan orang tapi ribuan.
"Hai!" Suri menepuk bahu gadis didepanya seraya memamerkan gigi putihnya, "liatin apa?" Tanya Suri mengarahkan padangannya kedepan mencari objek yang sama.
"Demi gue nikah sama Chanyeol sumpah bang Adi keren bener," tandas Talita menatap sosok itu penuh kagum. Suri melihat kearah Adipati Ernadi yang akrab disapa Adi. Cowok bertubuh tinggi dan berbadan tegap itu mengobrol bersama Zigi serius tiba-tiba seseorang datang menggandeng lengan Adipati yang bertengger dipinggang, Suri kembali menatap Talita prihatin.
Talita mendesah pelan mencibirkan bibirnya, "Iya tau. Gue kan cuman ngomong keren." Cicitnya tiba-tiba tidak bersemangat, "Mbak Lysa beruntung banget deh." Suri terkekeh menarik lengan Talita masuk barisan mengikuti yang lain.
Suara teriakan dan aba-aba bergemuruh di gor, para karateka mengambil posisi yang sudah diajarkan pada saat pelatih memberi aba-aba. Mereka melakukannya disertai dengan keringat bercucuran, rasa capek melanda dengan harapan suatu hari nanti mereka bisa mendapatkan hasil sesuai yang diinginkan. Selesai latihan mereka langsung membubarkan diri bersiap untuk pulang.
Suri mengambil handuknya dari dalam tas untuk menghapus keringat disekitar kening dan lehernya, lalu mengambil botol tupperwarenya yang berisi air. Rasanya ia benar-benar lelah seharian beraktivitas. Suri mendongak meminum airnya melirik Talita yang baru datang duduk disampingnya.
"Lo nggak cepek?" Talita meraih botol minuman ditangan Suri seraya menetralkan napasnya yang ngos-ngosan, gadis berparas ayu itu meminum air milik Suri tanpa meminta.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH KITA (Tamat)
Teen Fiction(PART MASIH LENGKAP) Suri benci Matteo. Matteo benci Suri. Kedua kakak-beradik itu saling membenci. Mereka tidak seperti layaknya kakak-adik pada umumnya, setiap kali mereka bertemu akan ada suara teriakan yang terdengar, baik Suri maupun Matteo sam...