Instagram : unianhar
Di dalam ruangan yang temaram itu Suri duduk di bangku panjang berwarna putih, di belakang dan di depannya ada lemari laci berjejeran mengapit kursi yang ia duduki. Suri duduk bak patung, menunduk menatap kakinya yang dibalut kaos kaki putuh semata kaki, sepatunya yang ada di lantai sengaja belum ia pasang. Ia masih asyik duduk membiarkan mereka semua keluar dari ruang ganti meninggalkannya sendirian.
Matanya mengerling, tangannya meremas pinggir bangku membiarkan rasa sakitnya, kecewanya dan sedihnya beradu di dalam sana. Sesaat ia mengendalikan emosinya yang ingin meledak. Ia tidak boleh menangis di tempat itu, akan sangat memalukan jika ia melakukannya. Suri memang kecewa dengan hasil yang ia terima tapi bukan berarti ia menangisi semuanya di tempat itu.
Sekian lama di dalam ruang ganti akhirnya ia meraih sepatunya, memakainya dengan mengikat talinya tanpa tenaga. Tetapi niatnya harus ia urungkan setelah melihat sepatu seseorang di depannya, ia mendongak melihatnya bersamaan dengan pria itu berjongkok membantunya mengikat tali sepatunya tanpa bicara apa pun. Saat meraih sebelahnya Suri memundurkan kakinya ke belakang membuat pergerakan pria itu berhenti, mendongak menatap Suri yang merunduk menatapnya.
"Gue bisa sendiri."
"Lo nggak bisa" sahutnya kembali menarik kaki Suri untuk ia masukkan ke dalam sepatu, "jangan gerak sebelum gue ngiket!" Titahnya sarat akan perintah, mau tidak mau Suri mengurungkan niatnya ingin menarik kakinya.
Suri mengigit bibir dalamnya memusatkan pandangannya pada tali sepatunya yang terlilit diantara lubang-lubang kecil disetiap sudutnya. Rasa sesak menggerogoti hatinya yang sedang terluka parah.
"Nggak apapa. Lo udah lakuin yang terbaik." Cetus Zigi fokus mengikat tali sepatu Suri, setelah itu mendongak meletakkan tangannya di bangku, dikedua sisi tubuh Suri.
"Tahun depan ada Sea Games, gue yakin lo bakal fight di sana. Jadi jangan nyerah, ini bukan akhir dari segalanya" timpalnya tersenyum menatap manik Suri yang meredup. Hatinya berdenyut nyeri melihat tatapan itu, ingin rasa ia merengkuhnya tapi ia takut Suri menganggapnya kurang ajar.
Zigi berdiri mengulurkan tangan pada Suri yang menatap uluran tangan itu. Dalam beberapa detik Suri menggeleng tanpa bicara sepatah kata pun. Mulutnya seakan dilem erat. Zigi meraih tangannya, menariknya untuk berdiri tidak membiarkan Suri menolak ajakan.
"Ayo, gue anter pulang" ucapnya menggandeng tangan gadis itu tetapi Suri menyentakkan tangannya, membawanya ke belakang punggungnya tidak ingin Zigi meraihnya.
"Aku mau pulang nanti."
"Suri,"
"Kakak pulang duluan aja!"
"Lo bakal sendiri di si---"
"Nggak apapa," Suri mengangkat kepalanya membalas tatapan Zigi padanya, "Aku udah biasa sendiri." Lanjutnya bergetar menahan tangisnya, ia kembali menunduk di depan Zigi yang masih diam mencerna pernyataannya yang entah kenapa mengganggunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH KITA (Tamat)
Teen Fiction(PART MASIH LENGKAP) Suri benci Matteo. Matteo benci Suri. Kedua kakak-beradik itu saling membenci. Mereka tidak seperti layaknya kakak-adik pada umumnya, setiap kali mereka bertemu akan ada suara teriakan yang terdengar, baik Suri maupun Matteo sam...