21 || Hilang Fokus

3.9K 606 63
                                    

Seminggu telah berlalu setelah pertengkaran hebat yang terjadi, semuanya berubah seketika, baik Vella maupun Leondaru sama-sama sibuk dengan pekerjaan mereka hingga lupa akan kehadiran dua sosok anak yang berharap akan kepulangan mereka di rumah hanya sekedar makan malam bersama. Tidak masalah jika mereka diam, setidaknya mereka duduk di meja yang sama seperti biasa. 

Siapapun tidak akan menyangka jika ini akan terjadi dalam keluarga mereka. Seolah saling menghindar mereka menyibukkan diri satu sama lain. Lagi-lagi kedua anak mereka makan malam tanpa ada sososk mereka, kursi yang sering mereka duduki tetap kosong, piring dan gelas tetap disusun didepan kursi mereka untuk berjaga-jaga siapa tau mereka pulang dan bergabung bersama kedua anaknya, Matteo dan Suri.

Di meja makan itu hanya terdengar suara dentingan sendok dan piring yang saling beradu, tidak ada suara sama sekali keluar dari mulut mereka, keduanya sama-sama larut dalam makan malam yang hampa bagi mereka untuk kesekian kalinya.

Suapan terakhir tertelan, sendok diletakkan diatas piring dengan posisi terbalik, selesai minum air putihnya Suri berdiri meninggalkan meja makan dengan melewati Matteo begitu saja. Seperti biasa, setelah makan mereka akan masuk kedalam kamar belajar lalu tertidur menunggu hari esok tiba.

Ting

Notifikasi dari ponsel berbunyi, Suri yang sedang belajar meletakkan bolpoinnya diatas buku dan meraih ponsel disamping bukunya memeriksa pesan yang masuk. Merasa tidak ada yang penting Suri kembali meletakkan ponselnya di meja dan kembali larut dalam bacaannya. Sebentar lagi ujian semester, ia harus belajar lebih giat dari pada hanya sekedar bertanya kenapa? Tanpa ada yang menjawab.

****

Matteo bergegas membuka pintu utamanya mendapati ketiga sahabatnya berada disana melambaikan tangan menyapanya. Seraya mengernyit Matteo menunjuk kursi yang berada di sebelah kanan teras meminta mereka duduk.

"Bi Mayang, tolong buatin minum sama bawain cemilan dong," pintanya sedikit berteriak agar bi Mayang mendengarnya, "Lo pada ngapain di rumah gue? Ganggu orang tidur aja" renggutnya duduk di kursi kosong tepat disamping Marco.

"Tidur gundul lo! Baru juga jam berapa?" Balas Arman, wajah cowok itu masih sama dengan kemarin, luka lebamnya sudah memudar tapi luka yang ada dihidungnya masih berbekas, dibandingkan luka Matteo luka Arman yang paling parah sebab cowok bernama Gibran itu memukulnya penuh dendam kesumat karena Arman merebut Rara darinya.

Mengenai Gibran, mereka sudah mengetahui tentangnya. Dua hari setelah penganiayaan yang terjadi pada keduanya, Marco dan Delo mencari tau tentang cowok itu. Berbekal nama sekolahnya tidak butuh waktu lama mereka mengetahuinya. Gibran Arkana, pentolan sekolah seberang yang sampai saat ini masih menyandang status sebagai pacar Rara, yang kini menjadi mantan Arman.

"Ini minuman sama cemilannya, Den. Silahkan diminum." Setelah meletakkannya di meja bi Mayang meninggalkan mereka di teras rumah.

"Makasih ya bi" ucap Delo

"Bi Mayang baik banget deh" timpal Arman

"Wah kita ngrepotin nggak nih, bi?" Marco ikut berceletuk

"Udah tau ngerepotin masih aja datang kesini" sinis Matteo menatap ketiganya menyeleneh. Ketiganya berpandangan seolah tidak mendengarkan ucapan sadis Matteo. Hanya decakan kesal yang keluar dari mulut Matteo mendapati reaksi ketiganya yang menganggapnya tidak ada disana.

"Paan sih nih orang" gerutu Arman memblokir nomor seseorang setelah mendapati pesan darinya berkali-kali. Alih-alih senang seperti sebelumnya, Arman malah kesal bercampur emosi.

Matteo memicing pada Delo disamping Arman yang menyebut nama Rara tanpa suara. Matteo membulatkan mulutnya seakan mengerti sumber kekesalan itu.

"Heh lo beneran putus sama Rara?" Tanya Marco miris, tidak ada yang sesial Arman. Baru pertama kali pacaran malah menjadi selingkuhan.

RUMAH KITA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang