23 || Pilihan Untuk Bahagia

3.9K 618 22
                                    

Instagram : unianhar

Pukul 06.21 jam walker berbunyi nyaring membuat sang empunya yang bergulum nyaman didalam selimut bergegas bangun memasuki kamar mandi membersihkan diri, hampir 10 menit ia keluar dari sana menggunakan handuk kecil melilit tubuhnya mencari seragam yang akan ia gunakan hari ini. Kurang lebih 15 menit seragam itu sudah terpasang rapi ditubuhnya. Sebelum beranjak dari kamar ia menyempatkan berkaca di meja rias untuk memastikan semuanya sudah beres.

Pintu terbuka lalu tertutup bersamaan dengan seseorang dari kamar sebelah juga keluar dari sana dengan buru-buru. Keduanya saling tatap lalu mengangguk, mereka sama-sama menuruni tangga menuju meja makan untuk sarapan bersama.

Mereka mendadak terhenti menatap bingung kearah meja makan, bi Mayang yang menyiapkan menu sarapan melihat kearah kedua majikannya dengan senyum pelan, "Tuan sudah sarapan dan nyonya bilang akan sarapan di butik" ucap bi Mayang berhasil membuat mereka mencelos. Suri menatap bi Mayang sendu lalu berbalik meninggalkan meja makan disusul Matteo yang berpamitan pada bi Mayang.

"Sekarang gimana? Kalau gini terus gue rasa mustahil bu...."

"Nggak ada yang mustahil. Kalau hari ini gagal maka kita masih punya 1001 cara buat menuju roma" sela Matteo membuka pintu mobil mempersilahkan Suri masuk lebih dulu dan menyusulnya setelah menutup pintu mobil dan meminta pak Ahmad jalan.

"Kita masih bisa datang ke kantor atau butik mama. Kita bisa minta mereka makan siang diluar atau makan malam diluar bareng" Matteo optimis bisa melakukannya, "pulang sekolah kita bisa minta mereka makan siang bareng"

"Bukannya lo mau ke club sepulang sekolah?" Tanya Suri cepat. Matteo menepuk keningnya lupa akan rencananya hari ini menemui pihak club. Matteo sudah mengambil keputusan kalau ia akan menerima tawaran itu meski tanpa diskusi pada kedua orang tuanya.

"Oh iya, gimana kalau nanti malam aja?"

"Ok" sahut Suri jutek menyilangkan kedua tangan didepannya menatap jalanan di keluar sana. Matteo mengangguk lalu menoleh kesamping memperhatikan pengendara diluar sana, ia harap rencananya bersama Suri berhasil. Mungkin gelas bisa saja terjatuh hingga pecah tapi sebelum itu terjadi maka ia dan Suri bertekad akan jadi jembatan agar gelas itu tidak terjatuh dan pecah.

Keduanya sama-sama diam larut dalam pikiran masing-masing. Meski berbeda, pikiran mereka tertuju pada keluarga mereka. Bagaimana jika semuanya benar-benar terjadi? Apa yang akan terjadi pada keluarga mereka dan setelahnya nasib mereka bagaimana? Apakah mereka akan ditinggalkan begitu saja?

Keduanya turun dari mobil dan berjalan beriringan menelusuri koridor, sepanjang jalan mereka mengobrol tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Demi menjaga keutuhan keluarga, mereka fokus menyusun rencana sampai keduanya tidak melihat reaksi dari orang-orang.

Suri dan Matteo? Jalan bersama? Mengobrol selayaknya saudara kembar yang normal?Apa Tom dan Jerry memutuskan untuk berdamai?

"Lo setuju?" Matteo memasuki kelas melewati Marco, Arman, Delo dan Anya yang berdiri didepan pintu, mereka melongos heran menatap Matteo dan Suri yang berbeda hari ini. Tumben mereka akrab?

"Oke, kalau rencana lo nggak berhasil kita harus pake rencana gue!" Kata Suri berjalan kearah kursinya. Matteo setuju lalu berjalan kearah kursinya yang paling belakang melewati teman-teman sekelasnya yang cengo, apa hari ini hari baik bagi keduanya?

****

Matteo berdiri meraih uluran tangan didepannya dengan senyuman lebar, akhirnya hari ini tiba. Meski hanya berada di level junior setidaknya ia sudah punya jalan untuk bergabung ke club senior dan menjadi bagian dari timnas sepak bola Indonesia.

RUMAH KITA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang