Instagram : unianhar
Langkah Suri berhenti, menarik napas sebelum membuangnya pelan, kepalanya menoleh ke dalam restoran dengan tatapan emosi dan terluka bersamaan. Wajahnya memerah, bibirnya berkedut bergetar menahan raungan yang kerap kali keluar belakangan ini. Napas Suri tersendak sampai harus memukul-mukul dadanya yang sesak, begitu sakit sampai ia merasa lelah memperjuangkan semuanya. Apa ia harus menyerah dan membiarkan keduanya memilih jalan masing-masing? Lalu bagaimana dengan dirinya dan Matteo?
"Egois" desisnya pelan, mendengkus memalingkan wajah meninggalkan tempat itu. Di dalam sana kedua orang tuanya tetap pada pilihannya, bahkan untuk kembali memikirkan keinginannya pun tidak, Suri tidak punya alasan untuk bersama mereka disaat merekalah yang melukainya sedalam ini.
Siang menjelang Sore itu matahari tampak meredup, kendaraan disepanjang jalan mulai padat, suara bising terdengar dipenjuruh jalan, polusi menyeruak kemana-mana menusuk indera penciuman orang-orang yang berjalan diatas trotoar, seperti Suri misalnya. Gadis itu menutup hidungnya dengan telapak tangan sambil berjalan cepat diantara orang-orang yang baru kembali bekerja.
Keringat muncul disekitar kening dan leher, kedua kakinya mulai pegal berjalan jauh menelusuri jalan menuju rumahnya, andai saja Suri memiliki uang ia tidak perlu capek-capek melakukan ini dan andai saja ponselnya tidak ketinggalan di restoran maka ia memastikan saat ini sudah berada di rumah dengan memesan gotek. Suri merutuki dirinya, kenapa ia harus lupa mengambil ponselnya di meja?
Suri berhenti di depan lampu merah bersama dua orang lainnya menunggu lampu buat pejalan kaki berubah hijau, berdehem merasakan tenggorokannya kering, hari ini benar-benar menyebalkan untuknya. Suri mengedarkan pandangannya hingga mata bulatnya menangkap sesosok pria berada di kafe tepat dibelakangnya dimana lampu merah berada.
Andai saja hanya Suri yang melihat ia akan pura-pura tidak melihatnya tetapi itu hanya andai sebab pria itu tampaknya lebih dulu menyadari kehadiran Suri disana hingga tatapan mereka kini beradu. Pria itu tidak sendiri, disana ia duduk bersama ketiga sohibnya dengan posisi saling berhadapan sedangkan dia duduk menyamping tepat didekat jendela menatap keluar kearah Suri.
Meski tidak memiliki mood Suri berusaha untuk tersenyum, selain dia seniornya di pelatnas pria itu baik padanya, terakhir kali Suri diantar pulang. Memutuskan kuncian tatapan mereka Suri kini berbalik menunggu lampu berubah. Belum sampai semenit punggung Suri merasa panas, ia reflek berbalik mendapati pria itu kini berjalan mendekat, Suri mencuramkan alis kebingungan kenapa dia mendekat?
Bunyi dari lampu merah terdengar, lampu pejalan kakinya menyala, seketika Suri dilanda dilema, wajahnya sudah kebingungan dengan bola mata bergerak kiri-kanan, memilih melangkah mengikuti mereka yang sudah berjalan diantara garis berjejeran sampai diujung jalan seberang atau menunggu orang itu sampai? Bunyi peringatan lampu mulai terdengar, waktu perlahan habis membuat Suri kalap. Dia kesana belum tentu mau menyamparinya.
Memutuskan untuk pergi adalah pilihan Suri, berjalan cepat ketengah jalan sebelum lampu berubah lagi, Suri sudah kehausan, capek fisik dan batin membuatnya tidak punya tenaga untuk menunggu orang yang tidak pasti datang untuknya. Suri yang masih mengenakan seragam sekolah dengan rok diatas lutut berlari pelan dengan kaki dibungkus dengan sepatu hitam, berkaos putih 5 cm diatas mata kaki.
Baru saja menginjakkan kaki diatas trotoar seberang tiba-tiba lengannya dicekal memaksanya untuk berbalik, Suri yang memang memiliki reflek bagus melayangkan tangan ingin memberinya pelajaran karena mengganggunya. Sebelah tangannya masih dicekal dan sebelahnya lagi yang melayang diudara tertahan, Suri memang jago dalam masalah membela diri tapi orang didepannya lebih jago dalam bertahan dan menyerang.
"Mau mukul?" Tanyanya berhasil menahan tangan gadis didepannya yang mengangguk lalu menggeleng, "Nggak sopan sama senior sendiri" cibirnya menurunkan tangan mereka yang terangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH KITA (Tamat)
Teen Fiction(PART MASIH LENGKAP) Suri benci Matteo. Matteo benci Suri. Kedua kakak-beradik itu saling membenci. Mereka tidak seperti layaknya kakak-adik pada umumnya, setiap kali mereka bertemu akan ada suara teriakan yang terdengar, baik Suri maupun Matteo sam...