33 ||Jangan Bahagia

3.6K 685 110
                                    

Yang sering ngasih vote dan komentarnya makasih banyak ya, secara nggak langsung kalian udah ngasih support buat authornya 😘 tetap loyal ngasih votementnya ya ☺️☺️☺️

























Instagram : unianhar

Vella menyeka air matanya yang terus berderai, sekuat apapun menahan dirinya untuk tidak menangis tetap saja air matanya tidak bisa ia bendung. Bukannya ia ingin menyakiti kedua anaknya, Vella tidak bermaksud. Ada alasan kuat kenapa ia memutuskan untuk berpisah dengan suaminya, bukan hanya untuk dirinya tapi juga untuk kehidupan normal anak-anaknya.

Vella duduk di sofa, menunduk menumpukan kedua sikunya di lutut, kedua tangannya menutup wajahnya yang basah.

"Sudah Vella, semuanya sudah terjadi! Kamu tidak harus menangisi akibat dari pilihan yang kamu ambil!" Diana mengelus punggung putrinya turut bersedih. Diana tidak menyangkah jika rumah tangga putrinya harus berakhir dengan perceraian.

"Sekarang kamu hanya perlu fokus menyelesaikan semuanya dan bicara baik-baik pada Matteo dan Suri, jelaskan semuanya tanpa ada yang ditutupi! Mereka sudah besar, mereka berhak tau alasan kalian memilih jalan ini." Terang Diana tak hentinya mengelus punggung Vella. Dalam keadaan seperti sekarang Diana hanya bisa memberinya dukungan, ia tidak ingin menghakimi sebab ia tidak tau kehidupan rumah tangga putrinya. Mungkin selama ini dari luar mereka baik-baik saja tapi tidak ada yang tau di dalamnya seperti apa.

Vella menggeleng sesugukan, kalaupun ia memberitahu anak-anaknya Vella tidak yakin mereka akan mengerti, "Se...sekarang bukan waktu yang tepat bu, mereka mas...."

"Waktu yang tepat itu kapan, ma?" Potong Matteo berjongkok di depan mamanya, meraih kedua tangan mamanya dan meremasnya seraya mendongak menatap mamanya gamang, "Jangan tunggu waktu itu tiba kalau sekarang mama bisa ngomong yang sebenarnya! Kami bisa mengerti kalau emang masuk akal, dan kalaupun kami masih nggak ngerti kami akan tetap berusaha ngerti pilihan mama. Jangan biarin Matteo dan Suri kaya gini terus, ma." Bujuknya merunduk, kepalanya ia letakkan dipangkuan mamanya.

Selama ini Matteo hidup dalam masalah pelik. Kedua orang tuanya tahap bercerai, ia dan Suri memiliki misi menggagalkan perceraian mereka disaat impiannya di depan mata membuatnya gelisah, di tambah dengan alasan mama dan papanya berpisah masih menjadi abu-abu, mereka bilang ini demi kebaikan mereka, tapi kebaikan seperti apa? Matteo tidak mengerti sama sekali meski selama ini ia berusaha mengerti dan menunggu kapan mama dan papanya mengatakan yang sebenarnya.

"Matt,"

"Kalau alasan mama demi kebaikan kami maka mama salah, sebaik-baiknya keputusan orang tua seharusnya tidak ada kata cerai diantara mereka" seraknya menutup mata merasakan tangan mamanya mengelus kepalanya, "Jadi ma, berikan alasan yang logis agar Matteo bisa ngerti, agar Matteo bisa nerima keputusan mama dan agar Matteo bisa berlapang dada nerima semuanya meski sejujurnya itu sakit."

Hiks.....

Vella memeluk putranya erat dengan tangis pecah, rasanya menyesakkan mendengarnya. Kedua anaknya mengatakan perasaannya yang sebenarnya. Vella mengakui kesalahnnya, mengambil keputusan dengan alasan demi kebaikan mereka tanpa meminta pendapat, niatya untuk kebaikan mereka malah menyakiti mereka sedalam ini.

"Matt, sejujurnya mama dan papa nggak saling cinta," isak Vella tergugah memeluk Matteo erat, "selama ini kami nggak saling cinta, Matt hiks...." imbuhnya mengurai pelukan mereka menangkup wajah Matteo yang menatapnya bingung. Kalau mereka tidak saling cinta lantas bagaimana Matteo dan Suri bisa hadir diantara mereka?

RUMAH KITA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang