Happy Reading ..... jangan lupa vote dan koment, makasih 😘
Instagram : unianhar
"Ujannya makin deras, gimana ini?" Cicit Suri mengulurkan tangan keluar halte merasakan hujan menyentuh telapak tangannya, mata bulatnya menengadah ke atas sana melihat langit sangat gelap, tidak ada bintang seperti malam-malam sebelumnya.
"Bentar lagi juga berhenti" sahut Matteo duduk anteng di belakang Suri bermain game.
Suri berbalik duduk di samping Matteo menunggu hujan redah. Saat ini mereka berada di halte bus tidak jauh dari gor pelatnas berteduh karena dihadang oleh hujan yang tiba-tiba deras, mereka tidak bisa menerobos hujan sebab penglihatan Matteo akan terganggu.
Kedua kakak-beradik itu duduk berdampingan, alih-alih mengobrolkan banyak hal keduanya malah sibuk sendiri-sendiri. Matteo dengan gamenya, Suri dengan pikirannya yang bercabang tentang pelatnas, orang tua dan wanita yang ada di apartemen papanya. Kepala Suri berdenyut membuatnya menghela napas kasar.
"Nyi blor...." selintas bayangan Zigi yang ingin menghajarnya membuat nyali Matteo menciut memanggil Suri Nyi Blorong, Matteo bergidik ngeri, "Lo kenapa bisa berakhir sama dia di sana, lo nggak abis ngapa-ngapain, kan?" Selidiknya menatap Suri curiga, mustahil bagi cewek dan cowok tidak melakukan apapun saat berada di tempat sepi.
Tidak ada sanggahan, Suri hanya berdecak kasar memalingkan wajah merutuk, ia tidak sebodoh itu melakukan apa yang tidak pantas dilakukan. Matteo masih memicing memperhatikan penampilan Suri yang terkesan berbeda.
"Berhenti natap gue kaya gitu!" Geramnya tidak nyaman, meski berusaha tak acuh Suri tetap tidak bisa melakukannya. Matteo mencibik memalingkan wajah kembali sibuk dengan gamenya yang sempat tertunda.
Ada rasa yang berbeda diantara mereka dan keduanya menyadari itu. Mereka saudara kandung tapi tidak ada kedekatan diantara mereka selayaknya saudara normal, mengobrol bersama mengenai banyak hal, bercanda bersama, menghabiskan waktu bersama di luar sekolah atau sekedar duduk di sofa sambil ngemil sama sekali tidak pernah mereka lakukan. Mereka tidak pernah berharap demikian sebab mereka tidak sedekat itu.
"Suri," panggil Matteo tetap memainkan gamenya, Suri menoleh mencuramkan alis melihat Matteo dari samping, mimik wajahnya yang tampan berubah serius membalas tatapan Suri, "Nggak jadi" timpalnya memalingkan wajah ke depan.
"Nggak jelas lo" desis Suri, Matteo mengedikkan kedua bahunya tak acuh.
Keduanya kembali terdiam membiarkan suara hujan dan hawa dingin menelingkupi keduanya, Suri meringkuk melipat kedua tangan di dada erat merasakan rimbunan hujan menerpah tubuhnya. Mata bulatnya memandang sayu, bibir dan dagunya bergetar disertai dengan tubuh bergetar kaku merasakan hawa dingin menembus tulangnya.
Decakan kesal terdengar, Matteo membuka jaket kulitnya mengulurkan pada Suri, "gini nih kalau ngeyel, udah dibilangin pulang aja bareng si ono masih ngotot pulang bareng gue" hembusnya setelah Suri meraih jaketnya.
"Ono siapa?" Suri memakai jaket Matteo yang kebesaran ditubuhnya.
"Yang pengen nonjok gue tadi, siapa lagi namanya?" Tanyanya pura-pura lupa padahal otaknya ingat jelas nama orang itu. Kejadian tadi bagaikan mimpi buruk yang ingin Matteo lupakan, untung tinjunya belum mengenainya.
"Kak Zigi maksudnya?" Seloroh Suri
"Iya kali, lupa gue" jutek Matteo.
Suri memajukan bibir bawahnya memicing, Matteo masih baper padahal Zigi cuman menarik kerah bajunya belum menonjoknya.
"Baperan" Suri mencemooh mengira Matteo sudah melupakan kejadian tadi.
"Lebih tepatnya hati gue itu selembut pantat bayi" sanggah Matteo merasa baperan bukan kata yang cocok untuk kepribadiannya, "Lagian ngapain minta gue jemput lo kalau bareng dia," gerundelnya heran, pria itu juga tidak mungkin meninggalkan Suri di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH KITA (Tamat)
Ficção Adolescente(PART MASIH LENGKAP) Suri benci Matteo. Matteo benci Suri. Kedua kakak-beradik itu saling membenci. Mereka tidak seperti layaknya kakak-adik pada umumnya, setiap kali mereka bertemu akan ada suara teriakan yang terdengar, baik Suri maupun Matteo sam...