27 || Harapan dalam Lara

3.6K 690 41
                                    

Instagram : unianhar

Beep

Pintu kembali tertutup, Matteo melepaskan sepatunya dan meletakkannya di lemari berisi puluhan sepatu pantofel yang didominasi warna hitam dan coklat.

"Udah datang?" Suara bariton menyapa Matteo yang memasuki ruang tamu, Leondaru berbalik memegang cangkir berisi kopi dan sendok kecil menyambut kedatangan Matteo di apartemennya.

"Papa udah makan?" Tanya Matteo meletakkan tas ranselnya di sofa lalu melangkah ke pantry membuka kulkas mencari minuman.

"Belum, papa nunggu kamu. Papa udah order makanannya" jawab Leondaru mengikuti Matteo ke pantry, "Kamu nginap?" Lanjutnya meletakkan cangkirnya di meja lalu membuka kulkas yang hampir tertutup. Matteo menggeleng. Leondaru mengangguk paham.

Sudah seminggu Leondaru tinggal sendiri di apartemen dekat kantornya. Menikmati hari-harinya tanpa keluarga sangat berbeda, rasanya ada rongga kosong di dalam dadanya membuat ia hampa. Untungnya ada Matteo yang sering mengunjunginya, menemaninya makan malam lalu pulang, meninggalkan Leondaru dalam kesepian.

Matteo membantu papanya menyiapkan makan makan malam mereka, menyusunnya di meja lalu meletakkan piring, sendok dan garpu. Mereka makan dan sesekali mengobrol jika memang penting. Rasanya sepi, Matteo menyadari itu. Harusnya ada mamanya dan Suri disana.

"Gimana latihan kamu?" Leondaru menoleh sekilas pada Matteo.

Matteo mengangkat wajahnya membalas tatapan bertanya papanya, "Lancar" sahutnya singkat padat dan jelasnya jika ia tidak ingin membicarakan tentang latihannya. Leondaru mengangguk pelan, setidaknya keputusannya tidak memperngaruhi aktivitas Matteo.

"Suri," Leondaru menjeda kalimatnya menatap kedepan sebelum kembali menoleh pada Matteo yang menunggunya bicara, "Suri apa kabar?" Sudah seminggu Leondaru tidak bertemu Suri semenjak ia meninggalkan rumah. Suri tidak pernah mengunjunginya seperti Matteo, tidak pernah datang ke kantornya, kerap kali ia mengajak Suri bertemu sepulang sekolah atau sepulang latihan namum Suri berdalih jika ia tidak punya waktu. Katanya ia akan menemui Leondaru kalau punya waktu luang.

Matteo diam sejenak sebelum bergeming kembali menunduk mengaduk makanannya, "Kabar seperti apa yang papa mau denger?"

"Tentunya kabar baiknya, Matt" terangnya, sebagai papanya tentunya ia ingin mendengar kabar baik anak-anaknya.

"Dalam keadaan kaya gini papa mau denger kabar baik?" Kekeh Matteo tidak habis pikir, "kenapa papa nggak tanya dia sendiri?" Usul Matteo tanpa ekspresi menatap papanya. Leondaru membalas tatapan Matteo seraya mendesah pelan.

"Kamu nggak ngerti, Matt"

"Dan papa juga nggak ngerti"

"Matt" tekan Leondaru bernada rendah.

"Matt udah selesai" Matteo berdiri membawa piringnya ke wastafel, mencucinya dan meletakkannya di rak piring sebelum melewati Leondaru yang menghela napas pelan menahan emosinya, merubah posisinya menyamping melihat Matteo mengambil jaket dan tas ransel bersiap-siap untuk pulang.

"Besok kamu dateng lagi, kan?"

"Kalau mau makan malam ditemani terus kenapa papa nggak balik aja" ucap Matteo telak menyampingkan tas tanselnya dibahu kanannya. Leondaru terdiam. "Kalau mau tau kabar Suri sebaiknya papa temui sendiri. Jangan nanya sama Matt." Tandas Matteo benar-benar berlalu meninggalkan Leondaru dalam keterbungkamannya.

Sedangkan ditempat lain, Suri membuka pintu sebuah ruangan dimana seorang wanita berambut digerai sibuk dengan lembaran kertas dihadapannya tidak sadar akan kedatangan Suri yang mendekati meja kerjanya.

RUMAH KITA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang