39. pengakuan

2.5K 110 0
                                        

Cicha menghembuskan napasnya setelah turun dari taxi, Dia memandangi rumah megah yang berada di depannya. Cicha sangat takut dan gugup sekarang, pasalnya sekarang dia akan menjelaskan tentang apa yang terjadi kepada Keyrina. Cicha takut jika Keyrina akan marah kepadanya dan tidak ingin berteman dengan Cicha lagi. Tetapi Cicha lawan rasa takut itu, dia melangkahkan kakinya memasuki rumah Richard.

"Assalamualikum ...." Cicha melirik ke dalam rumah yang pintunya telah terbuka.

"Walaikumsalam." sang penghuni rumah menyahuti salam dari Cicha, kemudian dia berjalan ke arah Cicha.

"Reynan, Erinnya ada?" tanya Cicha ragu, ketika Reynan telah berada di hadapan Cicha.

Reynan mengangguk sambil tersenyum, "Ada," jawab Reynan. "Keyrin ....," panggil Reynan sambil menoleh ke belakang badannya.

"Apaan?" itu sahutan Keyrina. Jantung Cicha bergerak tak karuan, tiba-tiba badannya merasa panas, dan merasa oksigen tidak ada di sekitarnya. Apa yang harus Cicha lakukan sekarang? Dia benar-benar merasa takut.

"Ini ada yang mau ketemu sama lo," ucap Reynan nada suaranya meninggi.

"Suruh aja kesini! Gue lagi mager, nih," teriak Keyrina.

Setelah mendengar sahutan dari Keyrina, Reynan membalikan tubuhnya dan menatap Cicha, "Keyrin ada di taman belakang. Lo nggak usah gugup, dia nggak marah sama lo, kok!" cetus Reynan kemudian dia berbalik, melangkahkan kakinya untuk pergi ke dalam kamar tidurnya.

Cicha terdiam sebentar, dia mencoba meyakinkan dirinya untuk segera menemui Keyrina. Kemudian Cicha mengangkat kepalanya dan melangkahkan kakinya berjalan menuju taman belakang untuk menemui Keyrina.

Setelah sampai di taman belakang, Cicha melihat Keyrina yang sedang merebahkan tubuhnya sambil memainkan ponsel di sofa yang berada di depan kolam renang. Ketika Keyrina membenahkan tubuhnya, Keyrina baru menyadari ada Cicha yang sedang memperhatikannya, dengan cepat Keyrina duduk dan tersenyum ke arah Cicha.

"Sini duduk, Cha!" Keyrina menepuk bagian sofa yang kosong untuk mempersilahkan Cicha duduk di pinggirnya.

Cicha mengangguk, kemudian dia berjalan menuju Keyrina dan duduk di sebelahnya. "Em... Gimana kabar kamu, Rin?" tanya Cicha sambil mencoba menatap Keyrina.

Keyrina mengangguk sambil tersenyum, "Baik. Lo sendiri?"

Cicha mengangguk, "Baik-baik aja," jawab Cicha. Kemudian Cicha meraih tangan Keyrina lalu dia meneteskan air mata, "Maafin aku! Aku bener-bener nyesel karena udah ngelakuin hal itu sama kamu," ucap Cicha sambil menunduk.

Keyrina menatap Cicha intens, "Kenapa lo ngelakuin hal kayak gitu? Kenapa harus jadi orang lain?" tanya Keyrina, dia sama sekali tidak marah kepada Cicha.

Mata Cicha berkaca-kaca setelah mendengar pertanyaan dari Keyrina, "Biar aku bisa temenan sama kamu," jawab Cicha pelan.

Keyrina menepuk bahu Cicha, "Cha, gue temenan sama siapa aja, kok! Gue nggak peduli walaupun orang yang mau temenan sama gue itu orang jahat atau orang baik. Asalkan mereka tulus mau temenan sama gue dan nggak ngejerumusin gue," ucap Keyrina dengan suara lembut, tangannya mengusap-usap punggung Cicha.

Air mata Cicha tak dapat dibendung lagi. Dengan cepat Keyrina memeluk Cicha, dia memberikan ketenangan kepada Cicha. "Udah jangan nangis, ya! Gue nggak marah sama lo, kok! Dan juga gue maafin lo," ungkap Keyrina.

"Makasih....," lirih Cicha.

Keyrina mengangguk, "Iya. Udah berhenti nangisnya, ya! Tinggalin sisi buruknya ambil sisi positifnya!"

Cicha masih menangis di dalam pelukan Keyrina. Sekarang, Cicha benar-benar sangat menyesal karena telah berbohong kepada Keyrina dan Reynan bahwa dia adalah Icha. Jika bisa, Cicha ingin mengulang waktu dan tak akan berbohong kepada Keyrina dan Reynan. Tetapi, nasi sudah menjadi bubur, kebohongan itu tak akan pernah terhapus dalam hidupnya.

"Kalo boleh tau, waktu itu kenapa lo bully gue?" tanya Keyrina dengan hati-hati setelah Cicha sudah berhenti menangis.

"Karena kalo aku nggak bully orang lain dan nggak jadi sombong, aku nggak bakalan punya teman," jawab Cicha dengan suara sangat pelan.

Keyrina menepuk bahu Cicha, "Bahkan kalo lo jadi baik, orang-orang bakal seneng temenan sama lo." Pernyataan Keyrina itu terbukti untuk orang-orang, tetapi tidak dengan Cicha.

"Enggak, itu nggak terbukti buat aku! Dulu aku dijauhin sama temen-temen sekolah," bantah Cicha.

Keyrina mengernyit, "Loh? Kenapa?"

Bagi Cicha, sangat sulit untuk menggali masa lalunya yang sudah dia kubur dalam-dalam, yang sudah dia lupakan dari lama. Tetapi, dia ingin berbagi dukanya kepada Keyrina sebab dia belum pernah menceritakan apa yang dia alami dan dia rasakan di masa lalu. Cicha yakin, Keyrina pasti akan mendengarkan penderitaannya dan akan merentangkan tangannya untuk memberikan pelukan kepada Cicha.

"Enggak mau cerita, ya? Nggak apa-apa kalo belum siap cerita, gue bakal nungguin lo sampe lo mau cerita!" Keyrina tersenyum sambil mengelus punggung Cicha.

Cicha menunduk, dia memutuskan untuk membagi cerita masa kelamnya kepada Keyrina, "Dulu, aku selalu iri sama Icha yang selalu di kasih boneka sama Papa karena dia pinter. Aku pernah minta sama Papa buat beliin aku boneka, tapi Papa malah marahin aku dan nyuruh aku belajar biar bisa pinter kayak Icha. Padahal dulu aku nggak pernah minta apa-apa sama Papa...."

".... Dan waktu itu, ketika Papa kasih lagi mainan sama Icha, aku marah banget sama Papa karena aku nggak diberi mainan sama sekali kayak Icha. Ketika aku marah dan Icha ngejar aku, Icha tertabrak mobil." tangisan Cicha tak dapat dibendung lagi, dia menangis sejadi-jadinya.

Keyrina merentangkan tangannya untuk memeluk Cicha.

"Dan kamu tau? Papa sama Mama salahin aku karena Icha tertabrak," sambung Cicha disela-sela isak tangisnya.

Keyrina hanya ikut menangis sambil memeluk Cicha, Dia tidak tahu harus berkata apa untuk menenangkan Cicha. Tetapi walaupun Keyrina tak pernah mengalami kejadian seperti Cicha, Keyrina tahu betul rasanya dituduh seperti itu oleh orangtua sendiri.

"Aku dulu kena gangguan jiwa karena terus-terusan denger suara Papa dan Mama yang selalu nyalahin aku."

Keyrina tertohok setelah Cicha berkata demikian. Sekarang Keyrina dapat menyimpulkan alasan kenapa dulu Cicha menjadi orang angkuh dan sombong di sekolah. Sore ini, hanya terdengar suara tangisan pilu Cicha dan Keyrina di penjuru taman belakang rumah keluarga Richard.

****

Hai, aku kambek:)
Ada yang kangen? Maaf baru update lagi.
Kalau minggu depan aku gak update maaf, ya! Soalnya minggu depan aku ada ujian tengah semester, sekalian doain ya, hehe😆

Buat yang sama bentar lagi ujian tengah semester, ayo sama-sama berjuang! Jangan lupa belajar! Jangan lupa berdoa! Semoga kita sama-sama dapat nilai yang diharapkan.

Udah ah, cuman mau bilang itu aja.
Terima kasih telah membaca:)

Love you Readers❤

I'm Nerd? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang