34. Penyesalan

2.7K 114 2
                                    

Keyrina memandang kosong pemandangan halaman depan rumahnya lewat jendela kamarnya. Keyrina masih di hantui rasa bersalah, apakah dia mengungkapkan identitas aslinya kepada Cicha dengan sadis? Atau Cicha yang merasa bersalah?

"Ngelamun terus dari kemarin."

Keyrina tersentak ketika seseorang memegang pundaknya dan berbicara kepada Keyrina kemudian Keyrina menoleh, "Ngapain lo masuk ke kamar gue tanpa izin?" Keyrina menatap tajam Reynan.

Reynan mendelik, "Emang nggak boleh masuk ke kamar Ade sendiri?"

"Gue kan bukan anak kecil lagi. Gimana coba kalo gue lagi pakek baju? terus tiba-tiba lo masuk ke kamar gue."

"Iya deh, iya, nggak bakalan di ulangin lagi," jawab Reynan mengalah. "Lo kenapa sih? Dari kemarin ngelamun terus," tanya Reynan.

Keyrina menggeleng, "Enggak apa-apa."

"Jangan bohong sama gue! Gue tau kok lo lagi ada masalah, coba cerita sama gue, Siapa tau gue bisa nolong lo," perintah Reynan.

Keyrina terdiam sebentar, kemudian dia memilih untuk mengungkapkan apa yang dia pikirkan, "Menurut lo, gue terlalu sadis nggak sama Cicha waktu gue kasih tau dia siapa gue yang sebenarnya?" tanya Keyrina.

Reynan menggeleng, "Menurut gue kayak gitu cocok buat kasih tau Cicha. Karena lo kasih tau dia sambil kasih omongan yang bermanfaat agar Cicha nggak nindas orang," jawab Reynan. "Terus masalahnya apa?" tanya Reynan.

"Gue ngerasa punya salah sama Cicha. Gue takut Cicha ngelakuin hal yang Enggak-enggak setelah gue ngomong ke Cicha," jawab Keyrina.

"Lo nggak berlebihan kok kasih tau Cicha," ujar Reynan, kemudian dia menepuk pundak Keyrina pelan, "Kalo gitu sekarang kita ke rumah Cicha aja, ya?" ajak Reynan.

Keyrina menggeleng, "Di rumah Cicha nggak ada siapa-siapa, tadi gue udah kesana sama Aldo," jawab Keyrina.

"Lo positive thinking aja, siapa tau Cicha lagi pergi ke rumah kerabatnya atau kemana," nasehat Reynan.

****

Syilla berlari kecil setelah mendengar seseorang mengetuk pintu rumah dengan keras. Ketika dia membuka pintu rumahnya, betapa terkejutnya dia ketika Satyo, Papanya langsung memeluk Syilla ketika Syilla membuka pintu.

Syilla bergetar takut, "Papa lepasin aku!" perintah Syilla dia mencoba melepaskan tangan Satyo dari punggungnya.

Satyo mengencangkan pelukannya ke tubuh Syilla, "Maafin Papa, sayang, " lirih Satyo sambil menangis.

Syilla terdiam sejenak mencoba mencerna kata-kata Satyo, kemudian Syilla menggeleng lalu melepaskan pelukan Satyo dengan paksa, "Papa apa-apaan, sih?" tanya Syilla menatap tajam mata Satyo.

"Maafin Papa, Syilla! Papa ngaku salah sama kamu, Papa nyesel pernah ngelakuin hal buruk sama kamu," lirih Satyo sambil menatap Syilla dengan rasa bersalah.

"Papa jangan banyak drama, deh! Aku juga tau, Papa cuman pura-pura biar bisa balik ke rumah ini. Emang perempuan mana lagi yang udah porotin Papa? Sampe-sampe perusahaan bangkrut."

Satyo menggeleng, "Enggak Syilla, perusahaan kita nggak bangkrut. Maafin Papa, Papa nggak pura-pura, kok," jawab Satyo.

"Papa mau jual aku lagi? Terus suruh aku nikah sama Om-om yang waktu itu? Iya, kan?" sergah Syilla.

"Kak Syilla, kalo mau marah-marah sama pacarnya jangan disini! Berisik!" teriak Aldo sambil berjalan ke arah pintu utama bersama Diana setelah mendengar Syilla marah-marah sambil berteriak. "Papa ...." ujar Aldo ketika melihat Satyo yang berdiri di depan Syilla.

I'm Nerd? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang