42. hasil pencarian

2.3K 93 10
                                    

"Pesawat yang ditumpangi keluarga kamu hilang kendali dan jatuh di bukit."

Keyrina tak kuasa menahan tangisnya setelah mendengar penjelasan dari Wijaya yang tadi memastikan kabar tersebut. Keyrina belum siap untuk kehilangan keluarganya, beberapa bulan yang lalu neneknya yang pergi, apakah sekarang keluarganya harus juga menyusul kepergian neneknya.

"Yang sabar ya, key!" bisik Cicha, dia mencoba menenangkan Keyrina bersama Icha di rumah Keyrina.

"Mama, Papa dan Reynan bakalan baik-baik aja kan, Om?" tanya Keyrina sambil menangsi tersedu-sedu.

Wijaya Hanya tersenyum miris, "Semoga saja. Kita hanya perlu berdoa agar keluarga kamu baik-baik saja," ujar Wijaya sambil mengusap surai Keyrina.

"Kalau Mama, Papa, dan Reynan nggak baik-baik aja, aku nggak punya siapa-siapa lagi di sini," lirih Keyrina yang berada di pelukan Cicha.

"Ssttt kamu nggak boleh ngomong kayak gitu! Kamu harusnya doain biar keluarga kamu selamat, Erin!" tukas Icha yang berada di belakang Keyrina. Keyrina tak merespon perkataan Icha, dia hanya terus menangis.

Wijaya menepuk sebelah bahu Keyrina sambil tersenyum menatap Keyrina, "Kamu harus tenang, key! Om akan ikut pergi cari keluarga kamu, kamu tungguin di sini dan berdoa biar keluarga kamu cepat ditemukan," ujarnya kepada Keyrina. Kemudian Wijaya mengalihkan pandangannya menjadi menatap Icha dan Cicha, "Icha, Cicha, jagain Keyrin, ya! Dan bantu doanya juga!" pinta Wijaya kepada kedua anak kembarnya.

Icha dan Cicha mengangguk, "Semoga Reynan, om Richard,  dan tante Lily cepat ditemukan," ujar mereka berdua dengan serempak kemudian bergantian menciumi punggung tangan Wijaya. Setelah itu, Wijaya pergi keluar kamar Keyrina.

"Kenapa aku malah nggak ikut mereka pergi, ya? Kenapa aku malah nurut aja waktu Papa suruh buat tinggal di sini? Gara-gara aku nggak ikut, mereka jadi kecelakaan." tangisan Keyrina kembali pecah setelah menyelesaikan kalimatnya.

"Enggak, Key! Ini semua bukan gara-gara kamu, ini semua udah ditakdirkan Tuhan jadi begini. Kamu jangan salahin diri kamu sendiri!"

Keyrina kembali menunduk, "Tapi Icha ... Kalau tadi aku larang mereka buat pergi karena aku udah dapat pertanda akan ada hal buruk, mungkin ini semua nggak akan terjadi."

Kemudian Icha dan Cicha mendekap Keyrina lagi, "Udah jangan terus-terusan nyalahin diri kamu sendiri! Ini bukan sepenuhnya salah kamu." Keyrina hanya terdiam sambil menangis setelah mendegar perkataan Cicha. Memang benar ini bukan salah Keyrina.  walaupun Keyrina terus-terusan menyalahi dirinya, semua ini tak akan kembali seperi semula.

Setelah keheningan melanda mereka bertiga, mereka bertiga mendengar suara pintu kamar Keyrina di buka dengan keras, "KEYRIN!!"

Keyrina, Icha, dan Cicha menoleh ke arah pintu kamar di sana mereka melihat Jeslyn, Alasya, dan Dito berlari menghampiri Keyrina sambil menangis. Icha dan Cicha langsung melepaskan pelukannya, membiarkan Keyrina memeluk ketiga sahabatnya itu.

"Mama, Papa, Reynan ....," lirih Keyrina yang berada di pelukan ketiga sahabatnya memberitahu sahabatnya itu apa yang terjadi dengan menyebutkan anggota keluarganya.

Mereka bertiga mengangguk, mengetahui tentang apa yang terjadi terhadap keluarganya Keyrina.

"Gue takut ....," ujar Keyrina lagi.

"Keluarga lo bakalan baik-baik aja, Key. Percaya sama gue!" Dito mengelus surai Keyrina sambil tersenyum memandang Keyrina.

"Bener kata Dito, keluarga lo bakalan baik-baik aja. Lo nggak usah takut!" Alasya membenarkan ucapan Dito. Dia berkata demikian agar Keyrina tidak terus-terusan khawatir dan menangis.

I'm Nerd? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang