38. ungkapan perasaan

2.5K 117 6
                                        

Icha menutup pintu utama rumahnya dengan keras, dia berjalan dengan wajah cemberut ke ruang tengah. Di ruang tengah di dapati anggota keluarganya yang sedang duduk sambil menonton TV.

"Pelan-pelan, Cha, tutup pintunya," ujar Anisa ketika melihat putrinya yang telah memasuki ruang tengah.

Icha menatap anggota keluarganya satu-persatu, "Kenapa nggak ada yang kasih tahu aku?" tanya Icha.

Cicha mengernyit, menatap Kakak kembarnya dengan heran, "Kasih tahu apa?"

"Kenapa nggak ada yang kasih tahu aku waktu Nenek Disa meninggal?" ulang Icha.

"Waktu itu kamu lagi sakit, Sayang. Mama nggak mau bikin kamu kepikiran sama Neneknya Keyrin. Kalau kamu tau, Mama takut kamu drop lagi, apalagi waktu itu kamu lagi tahap pemulihan," jelas Anisa kepada Icha.

"Tapi aku udah bener-bener sehat, Ma! Apalagi waktu itu aku lagi beres-beres buat pulang ke sini. Aku cuman malu sama keluarganya Om Richard, nanti mereka bilang aku nggak peduli sama mereka." iya, itulah yang ditakutkan oleh Icha, dia takut semua orang bilang dia tidak mempunyai rasa simpati.

"Icha, Richard juga tau kalo kamu waktu itu lagi tahap pemulihan, dan Richard sama keluarganya juga memaklumi." Wijaya angkat bicara untuk memberitahu anaknya.

Icha menghiraukan ucapan Wijaya, dia langsung melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Kemudian Cicha menyusul Icha setelah Icha masuk ke dalam kamar Icha.

"Icha," panggil Cicha ketika melihat Kakak kembarnya sedang terduduk di pinggir kasur.

Icha menoleh, "Apa?"

Cicha berjalan mendekat ke arah Icha, kemudian duduk di sebelahnya, "Kamu jangan marah, dong! Kasihan Mama sama Papa. Lagipula Om Richard udah maklum kok," ujar Cicha.

"Iya tapi aku kesel, Cicha! Minimal kalian telpon aku, kasih tau kalo Neneknya Keyrin meninggal," sahut Icha.

"Kamu tau kan kalo Mama sama Papa itu khwatir sama kondisi kesehatan kamu? Mereka cuman nggak mau kamu sakit lagi, mereka pengin cepet-cepet lihat kamu pulang ke rumah ini." Cicha mencoba memberitahu apa yang dirasakan keluarganya ketika Icha masih berada di rumah sakit.

"Iya, maaf!" Icha akhirnya mengerti dengan ucapan keluarganya.

Cicha mengangguk, "Iya enggak apa-apa," jawab Cicha kemudian dia menatap dalam Icha. "Kamu udah kasih tau, Erin?" tanya Cicha dengan malu-malu.

"Udah. Kamu coba deh temuin, Erin! Dia nggak marah kok sama apa yang kamu lakuin," ucap Icha.

Cicha mengangguk, "Kalo kamu marah nggak sama sikap aku selama ini?" tanya Cicha malu-malu.

"Aku sih sedikit kesel waktu tau kamu ngelakuin itu. Tapi, aku tau alasan kenapa kamu ngelakuin itu, jadi aku nggak marah," jawab Icha sambil tersenyum. "Kamu cepet siap-siap sana! Temuin, Erin! Aku kan cuman kasih tau dari sudut pandang aku aja," suruh Icha.

Cicha mengangguk, menuruti perintah Kakak kembarnya itu.

****

"Reynan....," panggil Keyrina sambil mengetuk pintu kamar Reynan.

"Masuk aja!" Keyrina langsung masuk ke dalam kamar Reynan setelah mendengar sahutan dari Reynan. Setelah masuk ke dalam Reynan, di dapatinya cowok itu sedang duduk sambil menatap kosong dinding kamarnya.

"Lo kenapa?" tanya Keyrina.

Reynan menoleh kemudian menggeleng, "Enggak apa-apa. Kalo mau diem di kamar gue, tuh ambil camilan di meja, itu ada kue kesukaan lo," ujar Reynan.

I'm Nerd? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang