-PROLOGUE-

661 44 3
                                    

   Sebuah kerajaan indah di Kota Bergen, Norwegia dipimpin oleh Ratu dan Raja yang sangat bijaksana dan baik hati pada para rakyatnya.

   Tapi, dibalik semua itu, terdapat sisi gelap dari kerajaan tersebut. Kerajaan ini cukup terkenal karena sang Raja sering menjatuhkan hukuman-hukuman kejam pada para penyihir yang menetap di kotanya.

   Tidak boleh ada seorangpun yang memiliki sihir menetap di kota tersebut, baik dari keluarga bangsawan maupun warga biasa. Sebuah aturan mutlak yang tidak dapat dicabut oleh siapapun, termasuk sang Raja, pencipta peraturan tersebut.

—LILY: The Little Lone Child—

14 Desember 1840

   Seluruh masyarakat mengadakan perayaan hari kelahiran sang Putri. Begitu pula dengan Raja dan Ratu. Putri mereka sangat cantik, ia menggunakan sebuah gaun kecil berwarna putih. Banyak keluarga kerajaan yang memuji putri tersebut.

   Pada suatu malam, ada seorang wanita paruh baya yang mengenakan jubah datang ke kerajaan. Wanita itu mendesak untuk masuk. Seorang penjaga kastil akhirnya memutuskan untuk memanggil sang Raja.

   "Ada apa ini?" tanya Raja pada para penjaga gerbang

   "Wanita ini bersikeras untuk masuk, Yang Mulia," jawab salah satu penjaga gerbang tersebut. Wajahnya terlihat sangat kesal.

   "Sudah kubilang, aku ingin menemui Raja! Ini penting!" bentak wanita itu pada para penjaga.

   "Apa yang kau inginkan?" ucap sang Raja dingin. Entah mengapa, ia merasa mengenali wanita tersebut.

   "Apa? Kau melupakanku ya?" Wanita itu membuka jubah yang menutupi wajah cantiknya.

   "Kau?!" Raja terkejut. Ia sungguh tidak menyangka. Wanita itu kembali lagi. Ya, Raja mengenalinya.

   "Masih ingat apa yang kau lakukan dulu?" ucapnya seraya menyeringai hingga salah satu gigi taringnya mencuat keluar.

   Jantung sang Raja berdebar kencang. Napasnya memburu. "Usir dia sekarang!" titah sang Raja pada para penjaga.

   "Tidak akan!" Wanita itu mulai menggerakkan tangannya, namun para penjaga berhasil mencekal lengannya lalu menyeretnya keluar kastil.

   "Tutup mulutnya!" Raja memberikan sebuah kain yang cukup panjang, berwarna hitam dan terdapat ukiran-ukiran aneh.

   "Lepaskan aku, sialan!" teriak wanita itu seraya memberontak.

   Para penjaga terlihat cukup kewalahan, namun mereka masih mampu menarik wanita itu menjauh dari kastil.

   "Kalian," ucapnya. Wanita itu mulai menggumamkan sesuatu. Daun-daun pada pohon di sekitar mereka berjatuhan. Wajah wanita itu perlahan-lahan mulai berubah. Iris matanya berubah menjadi hitam keunguan.

   "CEPAT TUTUP MULUTNYA!" titah sang Raja.

   Seorang penjaga tadi berhasil mengikatkan kain itu tepat pada mulut sang wanita. Perlahan, wajah wanita itu kembali seperti semula. Iris matanya kembali berwarna abu-abu. Ia memberontak sekuat tenaga, namun tetap saja ia tidak bisa lolos dari cekalan para penjaga.

   "PERGI!!!" bentak sang Raja dengan suara yang sangat keras dan lantang.

   Beberapa warga yang mendengar keributan dari kastil terbangun dari tidur mereka. Mereka semua keluar dari rumah untuk mencari asal suara tersebut.

Bruukk!

   Para penjaga terjatuh. Wanita itu berusaha keras melepaskan kain itu, tapi tidak bisa. Tangannya terasa seperti terbakar saat menyentuh kain itu.

   "Halangi dia!"

   Para penjaga menghalanginya agar tidak kembali masuk ke kastil. Wanita itu mengerang marah seraya mencakar para penjaga-penjaga kastil. Terjadi keributan di depan kastil tersebut, membuat sang Ratu terbangun dari tidurnya begitu juga dengan sang Putri kecil. Ratu turun dari kamarnya bersama sang Putri yang menangis dalam gendongannya. Ia terkejut saat melihat raja menampar seorang wanita. Wanita tersebut menangis lalu pergi ke dalam hutan, para warga pun pulang ke rumah mereka.

   "Tutup gerbangnya!"

   "Apa yang—" perkataan sang Ratu terpotong oleh bentakan Raja.

   "Masuk ke dalam kastil, sekarang!"

   Ratu sedikit terkejut saat suaminya membentaknya. Ia menatap punggung sang Raja yang berjalan kembali ke dalam kastil. Sebelum gerbang tertutup, sang Ratu sempat mengambil sesuatu yang dijatuhkan wanita tadi. Sebuah bunga lily.

   "Bunga lily?" gumam sang Ratu sembari mengambil bunga tersebut.

   Seketika sang Putri kecil yang berada di gendongannya tertawa seraya menatap bunga putih tersebut.

   "Kamu menyukai nama bunga ini ya? Baiklah, Ibu akan memberimu nama Lily." ucapnya sembari berjalan memasuki kastilnya.

-LILY: The Little Lone Child-

   Manusia sialan! umpat wanita itu di dalam hatinya. Ia mengusap kasar air matanya seraya mengambil sebuah buku kecil.

   "Ibu? Ada apa dengan mulut ibu?" tanya seorang anak laki-laki bersurai kecokelatan.

   Wanita itu tidak mengindahkan kehadiran anak bersurai cokelat itu. Ia hanya fokus pada buku yang ia baca dan sebuah botol kecil yang berisi cairan berwarna hijau terang. Wanita itu terlihat menutup matanya, sebelum menuangkan cairan hijau itu pada tangannya. Ia melepaskan kain yang mengikat mulutnya seraya bernapas lega.

   "Kembalilah ke kamarmu, Olav!" ucapnya dingin.

   Anak laki-laki tersebut terlihat kebingungan, namun ia tetap menjalankan perintah ibunya. Ia segera kembali ke kamarnya, meninggalkan wanita itu sendirian di ruangan serba hitam itu.

   Aku akan membalasmu, batin wanita itu.

   Sejak kejadian pada malam itu, sang Raja tidak memperbolehkan para warga masuk ke kastil untuk sekadar melihat Putri Lily. Hanya keluarga kerajaanlah yang boleh masuk ke kastil tersebut.

 Hanya keluarga kerajaanlah yang boleh masuk ke kastil tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—————————

<Fox-Clan>

-LILY: The Little Lone Child

(Prologue)

——————————

Hai! Terima kasih sudah mampir! Semoga betah, ya!

See you later!

——————————

LILY: The Little Lone ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang