——————————
LILY: The Little Lone Child
(Previous Chapter: LILY - Chapter 4)Raja memeriksa denyut nadi Lily. Syukurlah, anak itu masih hidup. Setidaknya untuk sepuluh tahun kedepan hidup Lily akan aman.
——————————
"Kakak! Bangun!" ucap seorang gadis kecil bersurai cokelat tua pada kakaknya yang masih tertidur pulas di atas ranjangnya.
"Kakak!" teriak gadis itu lagi.
"Hm …."
Gadis kecil itu mengerucutkan bibirnya kesal. Kakaknya ini sangat sulit untuk dibangunkan, padahal ia adalah seorang putri kerajaan. Tanpa gadis kecil itu sadari, ternyata sedari tadi kakaknya sudah bangun. Hanya saja, ia menutup matanya karena memang sengaja ingin membuat adiknya itu kesal.
"Marah, ya?" ucap remaja berusia sembilan belas tahun itu dengan senyum jahil yang terukir di wajahnya. Ia segera memeluk erat adiknya itu.
"Sudah, sudah. Jangan marah lagi, ya?" ucap kakaknya ditengah-tengah pelukannya.
Sang gadis kecil mengangguk singkat seraya membalas pelukan kakaknya. "Lucy sayang Kak Lily," ucap Lucyana Alexander, adik kandung Lily yang lahir sembilan tahun yang lalu. Kini usianya sudah sepuluh tahun.
—LILY: The Little Lone Child—
"Selamat pagi, Ibu … selamat pagi, Ayah," ucap Lucy seraya mengecup pipi ibu dan ayahnya.
"Selamat pagi, Ibu, Ayah." Lily turun dari tangga dan ikut bergabung di meja makan.
Berbagai hidangan disajikan di atas meja makan tersebut. Beberapa pelayan berlalu-lalang seraya membawa makanan, serta minuman. Lucy beberapa kali melempar senyum pada pelayan-pelayan tersebut. Lucy melirik kakaknya yang duduk di sebelahnya itu. Lily terlihat sibuk merapikan poninya hingga menutupi keningnya. Entah mengapa, kakaknya itu sering sekali memperbaiki poninya yang membuat Lucy gemas sendiri karena ia tidak memiliki poni. Muncul ide jahil di benak Lucy. Ia menggeser tempat duduknya perlahan-lahan. Lucy menarik napas dalam-dalam, lalu meniup poni Lily hingga keningnya terlihat.
"Lucy!" bentak Lily yang kesal. Ia pun kembali memperbaiki poninya.
"Hehehe …."
Lucy memerhatikan kening Lily. Ada bekas luka yang memanjang di keningnya itu. Warnanya lukanya juga masih terlihat memerah. "Kak! Itu kenapa?" tanya Lucy seraya menunjuk luka tersebut.
"B-bukan apa-apa." Lily segera memperbaiki poninya dengan sedikit panik, sementara Lucy hanya menatapnya bingung.
"Lucy," tegur Ratu Vanessa seraya menggeleng pelan.
Lucy semakin bingung sekarang. Kakak dan orang tuanya seakan menyembunyikan sesuatu darinya. Kenapa kakaknya terlihat panik saat dirinya menanyakan luka itu? Lucy menghela napas singkat. Lebih baik ia memakan makanan di hadapannya sekarang.
—LILY: The Little Lone Child—
Lily memasuki kamarnya. Ia segera mengunci pintu kamarnya lalu berbaring di atas kasurnya. Pikirannya kembali pada kejadian sepuluh tahun yang lalu. Kejadian saat makhluk itu melukai keningnya. Lily berusaha keras untuk menyembunyikan bekas luka itu. Ia tidak ingin Lucy mengetahui tentang makhluk itu. Dia tidak ingin adiknya hidup dalam rasa takut seperti dirinya. Menghabiskan masa kecilnya dengan mengurung diri di dalam kastilnya. Sejujurnya, Lily masih takut jika makhluk itu akan kembali. Ia masih terlalu takut untuk bertemu makhluk itu lagi. Lily bahkan takut dengan dunia di luar sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
LILY: The Little Lone Child
Fantasy- LILY: The Little Lone Child - "Salahku. Ini salahku." Lily tidak bisa berhenti menyalahkan dirinya sendiri. Seandainya ia tidak keluar dari kamarnya saat itu. Seandainya dirinya tidak menemui wanita itu. Semua ini kesalahannya. Makhluk itu d...