"Ibu! Ibu! Bisakah Ibu menceritakan sebuah cerita pengantar tidur?" tanya seorang gadis kecil bersurai hitam dengan semangat.
Seorang wanita bersurai kecokelatan itu menoleh, lantas mengangguk singkat dengan senyuman yang terukir pada wajahnya. Ia duduk tepat di samping anaknya yang sedang berbaring di kasurnya.
"Um ... cerita apa yang ingin kau dengar?"
Gadis kecil itu berpikir sejenak, lantas berkata, "entahlah ... mungkin, sebuah cerita yang pernah nenek ceritakan pada Ibu?" jawabnya tak yakin.
"Cerita yang pernah Ibu ceritakan," gumam wanita tersebut, "oh! Ibu punya sebuah cerita yang telah diceritakan turun-temurun oleh orangtua ibu."
Gadis kecil itu semakin mendekati ibunya. Ia memeluk erat lengan sang Ibu.
"Baiklah, jadi ... berpuluh-puluh tahun yang lalu, ada sebuah keluarga bangsawan yang memerintah di suatu kota," mulai sang Ibu, "pada suatu hari, sang Putri pertama diculik seseorang ...."
—LILY: The Little Lone Child—
"Kakak, bagaimana kabarmu? Apa Bibi Andraya merawat kakak dengan baik? Kalau tidak, kakak bisa pulang dan kita bisa bermain bersama lagi!"
"Kakak! Hari ini ulang tahun Lucy yang ke-16! Kata Ibu, Lucy menjadi lebih cantik, cerdas, dan tentu saja lebih tinggi daripada kakak, hihihi!"
"Kakak! Kakak tahu tidak? Lucy akan menikah, 3 bulan lagi! Pria itu benar-benar baik hati dan tampan! Lucy mohon doa dari Kakak agar pernikahan Lucy berjalan dengan lancar, hehe. Kakak juga harus tetap menjaga diri Kakak baik-baik, ya! Lucy sayang kakak!"
"Nak, bagaimana kabarmu? Kau baik-baik saja, bukan? Pintu kastil masih terbuka lebar jika kau ingin kembali. Ibu dan Ayah pasti akan menerimamu, terutama Lucy. Tolong, jaga dirimu baik-baik. Kami semua menyayangimu, Lily."
Gadis bersurai kecokelatan tersebut menyeka air matanya. Lily menatap nanar tumpukan surat yang dikirimkan oleh keluarganya. Lily tersenyum kecil, lantas mengalihkan perhatiannya pada Lulu yang berada di sampingnya.
"Membaca ulang surat-surat dari keluargamu lagi?"
Lily berbalik dan mendapati Andraya yang tengah berdiri di ambang pintu. Lily sedikit menunduk, lantas menganggukkan kepalanya.
Andraya tersenyum kecil. Wanita itu mendekati Lily dan mengelus surai kecokelatan milik gadis itu. "Mengenang mereka sebenarnya tidak salah. Namun, kau juga harus belajar mengikhlaskan kepergian mereka, Lily ...."
Lily mengangguk singkat. "Iya, aku tahu ... aku, aku hanya tidak percaya jika mereka akan pergi secepat itu."
Andraya mengangguk. Wanita itu mengalihkan pandangannya pada sebuah menara tinggi yang terlihat dari jendela kamar Lily. Terpancar sinar keunguan pudar yang mengelilingi menara tersebut. Andraya kembali mengalihkan pandangannya pada Lily yang juga menatap menara tersebut.
"Sepertinya segel itu melemah," gumam Andraya, "kau ikut?" tanyanya yang dibalas anggukan oleh Lily.
"Oh, ya ... Bibi, biasakah aku ingin mengunjungi mereka? Hanya sebentar saja," tanya Lily seraya mengambil beberapa buku kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
LILY: The Little Lone Child
Fantasy- LILY: The Little Lone Child - "Salahku. Ini salahku." Lily tidak bisa berhenti menyalahkan dirinya sendiri. Seandainya ia tidak keluar dari kamarnya saat itu. Seandainya dirinya tidak menemui wanita itu. Semua ini kesalahannya. Makhluk itu d...