——————————
LILY: The Little Lone Child
(Previous Chapter: LILY - Chapter 29)Emma tertegun sejenak. Ia melangkah mendekat dan membisikkan sesuatu pada Reta. "Pemuda itu adalah penyihir."
——————————
Olav menghela napas pelan. Ia melepaskan perban yang membalut luka pada tangan kanannya. Olav membuang perban yang berwarna merah hampir keseluruhannya karena terkena darahnya. Pemuda itu mengalihkan pandangannya pada Lily yang sudah tertidur pulas. Ia tertawa kecil saat mengingat raut wajah Lily yang kebingungan yang tidak mengerti perkataan Reta. Olav kembali mengalihkan pandangannya pada pintu di depannya. Ia membuka pintu tersebut, lantas berjalan keluar, mencari perban untuk membalut lukanya. Setelah menemukan perban tersebut, Olav kembali masuk ke kamar.
Tanpa disadarinya, ternyata sedari tadi ada seseorang yang mengawasinya. Ia tertegun saat melihat luka pada lengan kanan Olav.
Benar! Dia benar!Olav menghela napas pelan. Ia melepaskan perban yang membalut luka pada tangan kanannya. Olav membuang perban yang berwarna merah hampir keseluruhannya karena terkena darahnya. Pemuda itu mengalihkan pandangannya pada Lily yang sudah tertidur pulas. Ia tertawa kecil saat mengingat raut wajah Lily yang kebingungan yang tidak mengerti perkataan Reta. Olav kembali mengalihkan pandangannya pada pintu di depannya. Ia membuka pintu tersebut, lantas berjalan keluar, mencari perban untuk membalut lukanya. Setelah menemukan perban tersebut, Olav kembali masuk ke kamar.
Tanpa disadarinya, ternyata sedari tadi ada seseorang yang mengawasinya. Ia tertegun saat melihat luka pada lengan kanan Olav.
Benar! Dia benar!
—LILY: The Little Lone Child—
Lucy mengusap matanya pelan. Ia mengerjap beberapa kali, lantas mengubah posisinya dari berbaring menjadi duduk di atas kasurnya. Dengan segera, Lucy beranjak dari kasurnya lalu membersihkan dirinya. Lucy mengenakan sebuah gaun berwarna merah muda dan tiara kecil pada kepalanya. Ia berjalan mendekati jendela. Semilir angin menerpa wajah putih bersihnya, membuat Lucy memejamkan matanya sejenak. Lucy kembali membuka matanya. Ia tertegun saat melihat orang berjubah itu lagi. Tidak, bukan orang yang menyerang kastilnya kemarin. Namun, seseorang yang mengenakan jubah dengan kertas dan pensil pada tangannya. Tanpa pikir panjang lagi, Lucy segera mengambil langkah seribu, mencari orang tuanya.
Ibu dan Ayah berada dimana? Ah, ruang makan! batin Lucy.
Gadis berusia sembilan tahun itu mempercepat larinya, walau sulit karena dirinya mengenakan gaun. Beberapa pelayan dan penjaga menunduk hormat begitu sang Putri melewati mereka. Lucy menuruni anak tangga dengan perlahan, takut menginjak gaun merah mudanya dan terjatuh dari tangga. Sesampainya di ruang makan, Lucy mengecup singkat pipi ibu dan ayahnya.
"Ibu, ayah! Ayo ikut Lucy!" ucapnya seraya menarik tangan ibu dan ayahnya.
"Lucy, lebih baik kita sarapan terlebih dahulu," tutur Ratu Vanessa.
Lucy menggeleng. "Ini penting, Bu! Dia datang! Seseorang dengan jubah itu kembali!"
Ratu dan Raja Alexander saling pandang sebelum mengikuti Lucy. Lucy berlari terlebih dahulu menuju taman belakang kastil, diikuti oleh orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LILY: The Little Lone Child
Fantasy- LILY: The Little Lone Child - "Salahku. Ini salahku." Lily tidak bisa berhenti menyalahkan dirinya sendiri. Seandainya ia tidak keluar dari kamarnya saat itu. Seandainya dirinya tidak menemui wanita itu. Semua ini kesalahannya. Makhluk itu d...