TIM 26(Versi Baru)

271 7 0
                                    

"lo yakin mau ngejalanin rencana ini?".

Rion menghisap rokok yang diapit menggunakan kedua jarinya itu lalu mengepulkan asap rokok tersebut tepat di depan wajah seorang remaja perempuan hingga membuat perempuan tersebut terbatuk-batuk.

"Gue yakin, kita sama-sama butuh Albarkan? Jadi gimana? Lo terima tawaran gue gak?".

Rion mengedikkan bajunya sejenak lalu memilih untuk bersandar di sebuah sofa yang terdapat di balkon apartemen mewahnya.

"Ya bisa aja sih rencana lo itu, tapi kalo ketahuan gue masuk penjara lagi dong hahahaha", ujar Rion terkekeh seolah tak ada takut-takutnya dengan kata 'penjara'. Ya, apa yang harus di takuti dari penjara? Bagi Rion penjara itu sudah seperti rumah kedua untuknya.

"Ayolah Rion, tujuan kita tuh sama dan kalo gue bisa dapetin Albar maka gue bisa kok bujuk dia buat berpihak ke TheBlackboys".

Rion kembali terkekeh mendengar penuturan tersebut, belum tau saja perempuan di sampingnya ini seberapa keras kepalanya si Albar itu.

"Lo kok yakin banget sih setelah kita nyingkirin Alia, maka Albar bakal nyantol ke elo gitu?".

"Ya iyalah!".

"Hahahaha, Syasya-Syasya!! Lo lucu!, Pemikiran lo pendek, lo gak mikir apa? Sebelum Alia sama Albar, lo udah berusaha payah deketin tuh cowok bukan? Tapi yang terjadi apa? Albar gak milih elu hahahahaha".

Perempuan yang ternyata adalah Syasya itu tampak kesal melirik Rion dengan tatapan sinisnya, oke ia kalah. Mungkin ia yang terlalu percaya diri kali ini, tapi apa salahnya sih coba lagi, toh kegagalannya untuk mendapatkan Albar itu juga karna adanya kehadiran Alia.

"Ck', jadi lo mau atau enggak nih?", Tanya Syasya kesal menatap Rion.

"Ya sebenarnya resikonya besar sih di kita berdua kalo ketahuan, tapi mumpung ini juga menguntungkan buat gue jadi maybe gue setuju sama penawaran lo", jawab Rion seketika membuat mata Syasya berbinar menatapnya.

"Serius?!!".

"Heum!".

"Oke jadi besok lo ke sekolah kita temuin Alia bareng-bareng!".

"Okey!".

______

Albar dan Alia masih memilih untuk berdiam diri di dalam mobil sejak tadi mereka sampai di pekarangan sekolah. Tak ada sepatah kata yang dikeluarkan oleh Albar maupun Alia sendari tadi mereka berdua tetap betah untuk menutup mulut masing-masing. Entahlah Alia juga tak tau ada apa dengan Albar hari ini, pria itu tampak dingin terhadapnya bahkan sejak tadi menegur dan mengajak bicara dengannya saja tidak.

"Al!", Albar bersuara terlebih dahulu untuk mencairkan suasana hening ini.

"Hm?".

Albar meraih tangan Alia lalu membawa tangan gadis itu menuju ke arah pipinya.

"Maafin aku soal yang tadi ya!".

Alia menatap Albar, pria itu tampak benar-benar merasa bersalah karna telah mendiami Alia hanya karna mimpinya akan kejadian satu tahun yang lalu itu yang hingga kini membuatnya terus saja di hantui rasa bersalah.

"Memang kamu tadi kenapa?", Tanya Alia membuat Albar menggelengkan kepalanya.

"Cuman mimpiin Zena!"

"Deg!".

Cuman katanya? Tapi perkataan Albar barusan membuat  hati Alia sakit sekaligus sesak ia rasakan, apakah Albar belum sepenuhnya melupakan Zena seperti yang ia bilang waktu itu? Jika benar itu berarti Albar masih ragu terhadap dirinya sendiri.

Tetangga,it's Mine!(NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang