Yoojung tersenyum lebar saat menemukan sosok lelaki yang teramat dirindukannya melambaikan tangan dari arah sebrang. Pertemuan yang memakan waktu lama hingga tidak sanggup ia menutupi air mata. Park Jimin terlihat begitu tampan dengan gaya kasualnya—celana Jeans hitam, kaos putih polos yang dibalut oleh denim jaket dan dipadukan dengan sepatu kets putih. Rambutnya terlihat sedikit panjang berwarna grey, kemudian anting-anting gaya khas dirinya sebagai aksesoris pelengkap. Rasanya ia merasakan jantungnya berdegup kencang.
"Apa yang kau lakukan, kau membuat orang-orang berpikir aku telah mencampakanmu."
Jimin segera menghapus air mata Yoojung, lalu memupuk pelan pucuk kepalanya.
"Jimin-ah!" Seru Yoojung kemudian segera memeluk Jimin. "Aku sangat merindukanmu."
"Aku tahu, aku tahu. Ayo kita cari tempat yang nyaman."
Jika saja bukan karena jadwal photoshoot-nya yang terbilang padat, Yoojung akan menemui Jimin sejak awal dari kepulangannya. Pun ia memang tidak pernah kehilangan kontak dengan Jimin, karena itu mereka dapat bertemu dengan mudah. Tidak seperti seseorang di sana.
Mereka berdua kemudian duduk di bangku paling sudut di sebuah Coffee Shop dekat kantor Jimin mengajar, itu atas saran Jimin yang peduli jika Yoojung saat ini bukan orang biasa yang tidak dapat diajak ke mana saja dengan leluasa. Keadaan mereka kini memang jauh berbeda.
Nostalgia adalah kalimat yang paling mewakili di antara temu mereka. Yoojung merasa seperti mimpi karena dapat melihat sosok pahlawannya itu dengan nyata, tidak hanya sebuah foto yang rutin Jimin kirimkan saat mengabari Yoojung.
"Kenapa terus memandangku seperti itu? kau bisa jatuh cinta kepadaku, kau tahu?" Ledek Jimin yang kemudian menutupi wajah Yoojung dengan tangannya.
Yoojung tertawa seraya menangkap tangan kekar Jimin.
"Kau tahu, dari dulu pun harapku begitu. Jika bisa memilih jatuh cinta, maka kau adalah pilihanku. Nahas, hatiku begitu buta," keluh Yoojung.
Jimin kemudian terkekeh. Yoojung tidak pernah berubah sedikit pun.
"Aku yakin, jika kau menjelaskan pada Taehyung, dia akan memaafkanmu."
"Aku tidak ingin membahas itu ketika bertemu denganmu."
"Lalu?" Godanya
"Emm ... " Yoojung berpikir, kemudian meneguk sisa Moccacinonya. "Bagaimana dengan murid-muridmu?"
Jimin menggelengkan kepala. "Seperti senjata makan tuan."
Tidak seberuntung Taehyung yang dapat bersinar terang bersama mimpinya, sebab Jimin terpaksa menyerah. Akibat latihan berlebih serta berbahaya yang dilakukannya dulu saat training di salah satu agensi, kaki kanan Jimin mengalami cedera dan tidak dapat melakukan gerakan berlebih.
Namun, dia adalah orang yang selalu memiliki hati putih dan bersih yang entah memiliki amarah atau tidak di dalam emosinya. Di banding menyerah, Jimin terus berusaha agar bisa dekat dengan mimpinya. Kemudian setelah fokus belajar dan mendapat gelar sarjananya, ia berhasil di terima di sekolahnya dulu sebagai guru seni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living with annoying boy Season 2 - KTH [END]
FanfictionSetelah 5 tahun putus akhirnya mereka bertemu lagi dan harus bekerjasama. Lagi-lagi Taehyung kembali seperti dulu yang sering mengganggu Yoojung. Dari mulai membuat Yoojung tidak nyaman syuting dan membuatnya menangis. Tapi Taehyung dapat saingan ba...