EPILOGUE

368 29 13
                                    

"Benturan keras di kepala dapat menyebabkan cedera dan gangguan pada fungsi otak. Hal ini memicu kelumpuhan pada bagian tubuh karena akibat kerusakan pada bagian otak tersebut."

"Maksudnya, Dok, kelumpuhan?"

Sang Dokter menatap pilu, kemudian mengangguk.

"Apa permanen?"

"Kita akan melakukan pemeriksaan secara berkala dan menyeluruh. Butuh kesabaran dan usaha maksimal agar dapat kembali normal. Semua harapan pasti ada asal tidak menyerah. Jadi, dukungan untuk pasien perlu terus disampaikan. Pihak rumah sakit akan berkerja dengan baik untuk membantu proses kesembuhan."

Begitulah suara-suara itu yang terus terngiang di telinga. Membuat sekujur tubuhnya terasa ikut lumpuh. Ia menggumam tiada henti, "Harusnya aku, harusnya aku yang ada di posisi ini."

Lalu hari di mana kengerian itu berlangsung seolah kembali membangunkan lukanya yang masih menganga.

"Apa yang kau lakukan? Kau harus bangun, kau harus bangun!" pekiknya memohon, darah sudah bercampur dengan air mata. "Apa yang kau lakukan? Tidak, tunggu sebentar ambulan akan segera datang."

Tangan gemetaran itu berusaha untuk meraih pipinya, dengan segela kekuatan yang tersisa ia mencoba menghapus tangis dari orang yang ia begitu cintai. Jika ini akhir baginya, sebenarnya yang ingin ia lihat adalah senyum terakhir.

"Ka ... u, ha.. ha.. rus, te.. te.. tetap hi... dup. Ra.. raih, mi.. mim..pimu. Ja.. ja.. jangan.. ber.. hen... ti. De.. mi..aku ja.. ja.. ngan ber..sedih da..n me..na..ngi..s. Be...ri a..ku se..nyum..mu."

"Jangan berkata sembarangan, aku mohon bertahanlah. Jangan tinggalkan aku."

"Aku... men..cin..taimu, Yoojung."

Yoojung hanya kembali menangis, rasanya mimpi buruk ini terlalu lama untuk ia bisa jalani.

"Bagaimana bisa? Bagaimana bisa aku terus maju? Bagaimana bisa aku mengejar mimpiku dengan keadaanmu seperti ini? Aku tidak mampu Taehyung-ah, aku tidak sanggup."

Hari itu Yoojung berpikir jika ia akan mati, dia sudah sepenuhnya pasrah. Akan tetapi, sebuah tangan besar datang memeluknya, dan hangat tubuh yang begitu familiar itu seperti malaikat yang memberinya ketenangan sebelum ajal menjemput. Ia pikir itu hanya sebuah imajinasi yang datang saat rasa takut memenuhi otak. Hingga sebuah fakta yang begitu mengerikan membuatnya sadar sepenuhnya. Tidak ada mimpi, semua itu nyata. Taehyung memang memeluknya, lelaki itu bahkan membiarkan tubuhnya yang mendarat terlebih dahulu agar Yoojung bisa selamat.

Beruntung saat itu ada tumpukan belukar liar yang membiarkan tubuh Taehyung tidak langsung membentur tanah, nahas kepalanya tidak mampu terselamatkan dan harus menghantam batu dengan keras.

Yoojung pun tidak begitu saja selamat, ia tetap menerima luka besar, bahkan tubuhnya begitu sulit digerakan. Lalu saat melihat Taehyung yang sudah bersimbah darah, Yoojung menangis sejadi-jadinya. Ia takut kehilangan, ia takut ditinggalkan. Dan ia tahu, jika Taehyung teramat mencintainya hingga mampu mengorbankan nyawa. Namun, bukankah itu terlambat untuk disadari?

Sebuah tangan lembut menepuk pundaknya. Yoojung terlonjak dan menoleh pada si empu tangan. Sosok itu tersenyum dengan lembut. Lihatlah, bahkan setelah apa yang terjadi pada putranya, mengapa sosok itu tetap begitu baik kepadanya.

Yoojung tertunduk, ia merasa bersalah hingga tidak berani lagi menatap wajah teduh Park Mina.

"Yoojung, hentikan menyiksa diri. Ini sudah 4 bulan lamanya, kau harus bangkit, Nak," ujar Park Mina begitu berwibawa. "Biarkan Taehyung berjuang dan biarkan kau berjuang. Biarkan kalian berdua berjuang bersama saat ini. Aku yakin itu yang diinginkan Taehyung."

Living with annoying boy Season 2 - KTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang