BAB 2

13.6K 500 1
                                    

Di hari libur seperti ini malah mengharuskan Lyra bangun sangat pagi, karena harus membantu ayahnya mengangkati kayu ke dalam cikar bersama derend adik lelakinya yang menduduki kelas 9 smp.

"Rend...bangun ayo sholat terus bantuin ayah" Lyra membangunkan Derend yang semalem kelelahan karena mengurus kegiatan di sekolahnya sebagai ketua osis.

"Engh udah jam berapa mbak" lenguh Derend.

"setengah lima bangun gih" Derend bukan lha anak yang sulit di bangunin dengan mudah ia beranjak dari tidurnya meski masih lelah.

Derend keluar dari kamarnya menuju kamar mandi di susul Lyra untuk menyiapkan sholat yang sudah ada ayahnya di tempat sholat.

"Udah dek" tanya Ilham ayah mereka.

"udah yah, ayo" sahut Derend segera mereka melakukan sholat bersama.

"Yah abis ini mau kirim kemana" tanya Derend diangguki Lyra.

"Itu kerumahnya pak Ali" jawab Ilham.

"Rend kamu bantuin ayah anterin barang, biar mbak masak pas kalian pulang udah siap semuanya" seru Lyra menguncir rambutnya di cepol.

"Ok...mbak yaudah yah ayo" seruh Derend di ikuti ayahnya.

"Ayah bangga sama kamu" Ilham mengelus puncak kepala anak gadisnya dan melenggang pergi.

Lyra keluar dari rumahnya ternyata sudah ramai orang membeli sayuran.

"Mau masak apa Ly" tanya salah satu ibu ibu yang sedang berbelanja.

"Gak tau bu, lihat aja nanti belanja apa" Lyra menanggapi dengan senyum dan mulai memilih sayuran.

"Berapa semuanya mang" Lyra menunjuk sayuran yang telah di belinya.

"oh...dua puluh lima ribu neng Ly" penjual sayur saja sudah hapal dengan gadis langananya yang adalah Lyra.

"Makasih ya mang" Lyra menyerahkan uangnya.

"permisi ibu ibu" sopan Lyra inilha hal yang paling disukai orang orang tentang Lyra.

Sementara di tempat lain Zio masih tidur di kasurnya dengan nyenyak.

"Zio...bangun ini papa yang bangunin atau mau bunda kamu yang ngebangunin" ancam Felix melihat malas anak semata wayangnya.

"KENZIO" teriak Jovana dari bawah sudah cukup menjadi sangka kalah Zio.

"Papa kok gak bangunin Zio, kan bunda jadinya yang bangunin Zio" kesal Zio.

"Telinga kamu aja yang budek, papa udah bangunin kamu tapi kamu malah kluget kluget kaya ulat" kesal Felix meninggalkan ruangan Zio.

"Mana tuh anak" tanya Jovana menyiapkan makanan.

"Baru bangun, tuh" tunjuk Felix ke Zio yang masih dengan rambut acak acakan belum cuci muka sama sekali baru keluar dari lift.

"Jorok jangan makan dulu sebelum mandi" tegas Jovana.

"Repot" gumam Zio memasuki kamar mandi dekat dapur.

"Anak kamu tuh" tuding Felix ke Jovana.

"Ya anak kamu juga lha" sewot Jovana.

"Cepet makan" Zio datang langsung duduk di meja makan dengan tenang.

"Kamu mau kemana abis ini" tanya Jovana ke Zio.

"Nge GYM doang" cuek Zio.

"Bawa Lyra kesini gih, biar bunda ada temanya karena papa kamu katanya mau ke Bangkok" seketika Zio menghentikan aksi makanya dan menatap penuh tanya Jovana.

"Biar kamu gak suka sama Lyra bukan berarti kamu gak mau bawa Lyra kesini ingat itu, bunda hanya minta bawa Lyra kesini bukan meminta kamu untuk menyukainya" tegas Jovana.

"Zio jangan buat Lyra menangis karena tahu kamu permainkan dia hanya sekedar menghindar dari fans fanatik kamu, mending kamu jauhi dia dengan baik baik tanpa tangis dan tak tahu kebohonganmu" Felix takut jika Zio akan melakukan hal yang fatal.

Zio yang mendengar penuturan papanya merasakan rasa bersalah di hatinya, dan tak rela jika itu terjadi dengan cepat Zio menepis pemikiran itu.

"Lix kamu siap siap gih, bentar lagikan keberangkatan kamu" suruh Jovana ke Felix.

"Ho'oh bentar lagi, Jo mungkin aku pulang 3 hari lagi gak papakan" Felix selalu memenuhi ucapanya jika berpergian kemana mana.

"Gak papa asal kamu pulang dengan selamat sentosa aku udah seneng banget" Zio yang melihatnya merasakan bahagia melihat kedua orang tuanya tetap mesra menjalani pernikahan bertahun tahun.

"Zio kamu jaga bunda kamu, papa pamit dulu" Zio menyalimi tangan Felix begitu juga dengan Jovana tak lupa Felix mencium kening istrinya.

"Hati-hati" seru Jovana diangguki Felix.

"Sekarang tinggal anda tuan muda, Reynand Kenzio Melvino jemput calon menantu bundamu ini" ucap Jovana penuh penekanan tak lupa melirik Zio.

Dengan pasrah Zio mengambil kontak mobilnya dan keluar dari rumah menyusul Lyra.

Zio sampai di depan rumah sederhana penuh kayu jati ukiran cantik di tambah bunga melati sebagai pagar pinggiran rumahnya.

"Siapa orang itu?" gumam Zio melihat Lyra berbicara dan tertawa bersama laki laki, mungkin setahun lebih tua darinya, ya Zio telah sampai di rumah Jovana.

Zio masih di dalam mobil bergelut dengan pikiranya yang menerawang jauh, selama ini dia tidak pernah melihat Lyra tertawa lepas di depanya.

"Zi...Zio..." kaget Lyra melihat kedatangan Zio, karena Zio sudah lama hampir tak pernah kerumahnya sejak awal jadian.

"Cepet siap siap, nyokap gue mau ketemu sama lo" datar Zio.

"Mak...maksudnya apa" bingung Lyra.

"Udah sekarang lo siap siap, gue tunggu 10 menit harus selesai" Lyra dibuat bertambah kaget.

"Mas aku masuk dulu" ucap Lyra ke cowok yang di panggil mas tadi oleh Lyra, membuat Zio memandang cowok itu tak suka.

"Lo siapanya dia hingga berani tertawa bareng dia?" Zio menatap tajam orang itu.

"Wos...santai bro, gue cuma di kasih makanan ini doang gak ada yang lain" cowok itu menunjukan rantang di tanganya.

"Yaudah gue duluan" cowok itu menepuk pundak Zio yang langsung di tepis olehnya.

"Lho mas Bizar kemana" tanya Lyra setelah keluar dari rumah tak melihat cowok bernama Bizar itu.

Zio terpaku dengan tampilan 10 menit Lyra yang cukup cantik, dengan wajah yang hanya memakai bedak bayi, celana kulot jogger levis, sweeter biru dan rambut yang di kuncir kuda.

"Ayah..." panggil Lyra melihat ayahnya datang bersama derend membuat Zio sadar dari lamunanya.

"Mbak mau kemana, kok cantik gitu ekh...ada mas Zio" Derend menyadari Zio akhirnya mengerti.

"Lho nak Zio kesini toh" kaget Ilham setelah meletakan cikar di samping rumahnya.

"Ia om.." Zio langsung menyalimi tangan Ilham yang sudah cuci tangan.

"Mau kemana toh mbak, mas" tanya Derend bingung.

"Maaf om sebelumnya, boleh saya bawa Lyra ke rumah saya soalnya bunda saya mau ketemu Lyra" Lyra kaget ternyata Zio berani meminta izin.

"Cie yang udah fix restu dari camer" ledek Derend membuat Lyra kaget.

"Derend udah, Yaudah tapi hati hati pulangin Lyra sebelum jam lima sore" ucap Ilham ayah Lyra.

"ia om..." sahut Zio menyalimi tangan Ilham lagi dan bersalaman dengan Derend.

"Yah, Lyra pergi dulu assalamualaikum" Lyra mencium tangan ayahnya dan menyusul Zio ke mobilnya.

VOTE & COMEENT

PENYESALAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang