BAB 10

12.3K 408 2
                                    

Lyra sedang debat dengan Anggera karena, Lyra susah diajak untuk ke mall bersama Anggera.

"Ly...please temenin gue, janji deh cuma beli sepatu" bujuk Anggera saat Lyra merapikan buku bukunya ke dalam tas.

"Nggak aku nggak percaya sama kamu, ngomongnya cuma mau beli ini ternyata kamu malah muter muter milih gak jelas" tolak Lyra.

"Nanti gue traktir makan deh please ayo lha" mohon Anggera.

"Ngaak Anggera, makasih tawaranya tapi aku bisa masak sendiri dirumah gak perlu beli" Anggera kesal dengan Lyra yang susah sekali bujukanya.

"Gak lama kok...nanti kalau udah ketemu sepatu yang cocok kita bayar langsung pulang" Anggera mengayunkan tangan Lyra yang lelah dengan sikapnya.

"Huft...ok tapi gak lama, kalau lama aku tinggal kamu pulang duluan" pasrah Lyra yang kasihan juga melihat Anggera terus memohon denganya.

"Ok...promise. Sekarang ayo berangkat" Anggera menarik tangan Lyra membuat Lyra berjengkit kaget.

"LYRA..." teriak seseorang membuat Lyra noleh ternyata Zio yang memanggilnya.

"Kenapa lo" ketus Anggera yang menyahuti.

"Gue cuma punya urusanya sama Lyra bukan sama lo" peringat Zio.

"Pulang bareng gue" ketika Zio hendak menarik tangan Lyra tapi segera di tepis secara kasar oleh Anggera.

"Lo apa apaan sih pakai narik narik anak orang, gini ya Lyra bakal pulang sama gue jadi mending lo pergi" usir Anggera dengan seketika Zio menatap Lyra penuh penjelasan.

"Aku pulang sama Anggera Zi, jadi mending kamu pulang duluan lagian kita gak ada hal pentingkan sampai pulang bareng" ucapan spontan Lyra tanpa sadar membuat hati Zio merasa sakit.

Lyra menatap polos Zio yang menatapnya datar.

"Awh..." dengus Lyra saat Zio menarik kepelukanya membuat Anggera yang melihatnya kaget.

"Kalau udah sampai rumah kabarin aku" bisik Zio membuat Lyra mendongak menatap Zio karena tinggi Zio yang  180 cm itu sementara Lyra yang hanya 165 cm itu membuatnya mendongak menatap Zio yang menatap lurus kedepan tanpa memperhatikan kekesalanya.

"Bukan urusan kamu mau aku sampai rumah atau nggak" Zio menatap tajam Lyra.

"Ngomong sekali lagi gitu, siap siap aku cium di depan umum" ancam Zio membuat Lyra bergidik ngeri.

"Hih...jijik ayo Ang katanya mau ke mall" sekarang giliran Lyra yang menarik tangan anggera membuatnya hampir terjatuh karena tiba tiba Lyra menariknya.

Zio terkekeh saat melihat sikap Lyra yang menggemaskan saat kesal, apalagi baby facenya itu membuat Zio ingin mencium pipinya yang berisi itu.

"Huh dasar squishy" celetuk Zio tanpa sadar.

"Lo udah baikan sama Zio" tanya Anggera saat menyetir mobilnya.

"Lha emang aku kenapa, emang sih aku sempet benci sama Zio tapi setelah aku pikir pikir gak ada gunanya benci seseorang tuh yang malah bikin hati malah jadi sempit memaafkan" ucap Lyra seperti tidak pernaha ada masalah.

"Terus lo balikan gitu sama Zio" Lyra menggeleng polos saat menjawab pertanyaan Zio.

"Nggak aku gak balikan cuma teman biasa" ucap Lyra sambil memakan coklat di dashboard Anggera.

Mereka sampai di mall dan turun dari mobil Anggera untuk segera mencari sepatu yang di inginkan Anggera.

"Kamu mau pilih yang mana Ang, ini bagus" tunjuk asal Lyra pada sepatu bermotif harimau.

"Lo kira gue mau manggung" dengus Anggera.

"Ya salah lagi" gerutu Lyra padahal dia hanya memberikan saran.

"Kalau ini gimana" tanya Lyra mengangkat sepatu dengan hills didepan.

"Lo kira gue mau muncak" Lyra mendengus ketika pilihanya selalu salah.

"Terserah kamu lha mau pilih yang mana" kesal Lyra yang akhirnya memilih duduk dengan cemberut.

"Ini bagus gak" tunjuk Anggera pada sneakers hitam berkombinasi putih dan pink.

"Bagus tapi berapa harganya" heran Lyra tak mungkin sepatu sebagus itu dengan harga murah kaya di pasar, pikir Lyra.

"Um...murah sih cuma dua juta setengah" mata Lyra mendelik kaget.

"Kamu bilang segitu murah, astaga Anggera itu cuma sepasang sepatu kamu bilang murah" pekik kaget Lyra tak terima hanya sepasang sepatu harga semahal itu.

"Ang...itu tuh cuma menang merek" keluh Lyra mengambil sepatu di tangan Anggera.

"Udah yang penting aku suka dan nyaman di pakai, yaudah mbak ini bungkus ya" Anggera langsung menyerahkan sepatu ke pelayanya.

"Dua juta setengah cuma buat sepatu sepasang mending beli di mamang mobil pick up lima puluh ribu dapat dua" koment Lyra.

"Udah lha..." pekik Anggera lelah mendengar kritikan Lyra.

"Ang itu mbaknya kenapa ya kaya ngamuk gak jelas" bisik Lyra menunjuk cewek yang sedang kesal.

"Yaudah samperin aja gih" usul Anggera dan diangguki Lyra.

"Permisi mbak, maaf mbak butuh bantuan" sopan Lyra menepuk pundak wanita itu.

"Ekh...maaf, nggak saya cuma kesal sama model saya dari tadi di tungguin gak datang terus ternyata dia kirim pesan gak bisa datang dan ambil job dari saya" Lyra hanya mengangguk walau merasa kasihan.

"Kalau gitu mbak yang sabar aja" Lyra membalikan badanya tidak tahu akan menasehati apa lagi.

"Ekh...tunggu, sini kamu" panggil wanita itu membuat Lyra dan Anggera membalikan badanya.

"Mbak manggil saya atau teman saya" tunjuk Lyra pada dirinya sendiri.

"Coba sini kamu" Lyra berjalan mendekat ke orang itu.

"Kenapa mbak" tanya Lyra gugup ketika Ririn melihat Lyra dari atas hingga bawah.

"Kamu mau jadi model cover majalah sekaligus model parfum peluncuran terbaru saya" Anggera dan Lyra mendelikan matanya saat mendengar tawaran orang itu.

"Oh...ya perkenalkan nama saya Anne, kalian bisa panggil saya Anne" Anne tertawa kecil saat belum mengetahui nama gadis di depanya.

"Saya Lyra mbak dan ini Anggera teman saya" kikuk Lyra.

"Nama yang bagus. Jadi kamu Lyra saya harap kamu mau membantu saya untuk jadi model saya dan saya berani gaji kamu semau kamu minta berapa" Lyra semakin tidak enak hati.

"Pasti dong mbak teman saya ini pasti siap kok, ia kan Ly?" ceplos Anggera membuat Lyra tak suka dengan Anggera yang nengambil keputusan se enaknya.

"Yaudah kalau gitu kamu bisakan sekarang" ajak Anne.

"Bisa kok mbak" bukan suara Lyra melainkan Anggera menarik Lyra untuk mengikuti Anne.

"Frisa bawa semua keperluanya sekarang kita langsung menuju studio saya" ucap Anne pada asistenya.

"Saya langsung suka dan klik sama kamu tuh karena kamu sesuai kriteria saya" Lyra hanya menanggapi dengan senyum di dalam mobil Anne, sementara Anggera dia membawa mobilnya sendiri bersama pembawa rancangan make up semua.

"Mbak tapi saya ini gak cantik, masih cantikan teman saya" elak Lyra.

"Kata siapa kamu gak cantik, kamu ini sangat cantik Lyra bahkan saya yang wanita langsung suka sama kamu gimana laki laki coba" Anne tertawa kecil melihat Lyra yang sepertinya tidak tanggap di bidang seperti ini.

"Saya yakin kamu gak cuma paras yang cantik tapi hati kamu juga cantik" Lyra tertunduk malu sungguh dia gugup tidak pernah membayangkan seperti ini.

VOTE & COMEENT

PENYESALAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang