BAB 22

5.9K 244 2
                                    

Terik panas matahari sore Lyra masih beraktivitas paskibra keringat mengucur didahinya.

"Periksa kerapian..." seru Lyra yang sebagai danton dan melihat satu persatu barisan pasukanya.

"Pojok sebelah kanan coba selarasin dan cepat dalam mengikuti yang lain" pekik tegas Lyra.

"Jangan sampai tertinggal dan fokus" Lyra berkeliling melihat barisan dan posisi masing masing.

"Dada jangan bungkuk dibusungkan..." Lyra membenarkan posisi salah satu cewek yang sedikit membungkuk.

"Siap gerak..." titah Lyra berkeliling satu satu.

"Keliling lapangan tiga kali setelah itu kalian boleh istirahat" semua langsung melakukan perintah Lyra.

"Ra.." panggil seseorang membuat Lyra menoleh kearahnya.

Terlihat lelaki dengan jersey basket memperlihatkan lengan kekar dengan kulit mulusnya serta keringat yang masih belum kering.

"Kenapa" tanya bingung Lyra menghampiri lelaki itu adalah Zio.

"Entar pulang sama aku" ucap Zio yang sama sedang ekstra basket.

"ZIO...." teriak seorang gadis dengan pakaian cheerleader sexy itu.

"Nanti pulang sama gue ya soalnya rumah kita searah terus kita selesai ekstranya barengan" gadis itu menatap berharap dengan Zio.

"Apaan sih lo, inget baik baik kapan pun gue kagak sudi bawa lo naik mobil gue atau kendaraan apapun bareng gue" Zio menatap tajam Erika gadis itu.

"Zio jangan gitu...kalau latihan kamu udah selesai kamu boleh pulang dulu, lagian aku masih lama kok" tutur Lyra yang merasa tidak enak hati.

"Mending aku nungguin kamu sampai selesai ketimbang aku nganterin makhluk tak kasat mata" Zio merangkul Lyra dari samping membuat Erika menatapanya tak suka.

"Maaf mbak sebelumnya, memangnya mbak mau dianterin naik angkot sama Zio" Erika bingung dan menatap Zio apa maksudnya.

"Oh bener juga, gue lupa kalau gue udah kagak bawa mobil lagi jadi lo mau gue anter naik angkot berdesekan bau lagi" Zio menatap Erika sinis yang terlihat dari gerak geriknya tak suka.

"Nggak papa sih tapi nanti lama soalnya gue ada acara makan malam sama kolega bisnis bokap gue" alibi Erika terlihat bingung.

"Oh yaudah kalau gitu" Lyra tersenyum manis.

"Zio gue duluan ya..." Erika berlari dan melambaikan tanganya.

"Dasar cewek mata duitan" gumam Zio masih didengar Lyra.

pluk...
Lyra memukul pelan dada Zio dan membuatnya meringis kesakitan seolah olah itu beneran sakit.

"Gak boleh gitu Zio kasihan mbaknya" ucap Lyra belum tau nama Erika.

"Biarin lha kalau spesies belatung kaya gitu dibiarin malah menjadi tau nggak, yaudah aku mau ganti baju dulu" Lyra mengangguk dan Zio pergi setelah merusak posisi topi Lyra dikepalanya.

"Kenzio..." pekik Lyra membenarkan tata letak topinya.

Lyra melihat anak paskibra sedang istirahat dia tersenyum memaklumi.

"Kak Lyra cocok tau nggak sama kak Kenzio" ucap salah satu adik kelas Lyra yang duduk disebelahnya.

"Haha...ngaco kamu, yaudah kembali ke barisan gih..." Lyra selesai minum dan langasung menyiapkan barisan.

"Siap gerak...tanpa penghormatan bubar barisan jalan" ucap Lyra dan semua membubarkan satu persatu.

Lyra sekarang menunggu Zio dan terlihat Zio yang selesai berganti pakaian.

"Udah selesai hm..." tanya Zio diangguki Lyra.

"Pak...berhenti" ucap Lyra pada angkot yang lewat.

"Ra kamu nanti kalau udah lulus sekolah mau kuliah atau kerja" Lyra mengerenyitkan dahinya dengan pertanyaan Zio.

"Kamu tanya gitu...yang jelas semua orang yang ingin meneruskan pendidikanya, pasti menginginkan merasakan pendidikan di Stanford university and i hope aku salah satu manusia bisa mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan disana" ucap Lyra membayangkan mimpinya itu terwujud.

"Terus kita akan berjauhan gitu" ucap Zio tidak suka.

"Sure but kita udah punya komitmen bukan" santai Lyra.

"Kamu gadis cerdas pintar Lyra dan sudah jelas kalau kamu pasti bisa bersekolah lagi disana" Zio menyadari kecerdasan Lyra diatas rata rata.

"Haha kalau kamu kemana" tanya balik Lyra.

"Mungkin aku bakal di London ambil fakultas bisnis karena mungkin aku sebagai anak tunggal yang bakal nerusin bisnis dan perusahaan papa sama bundaku" Lyra mengerti beban Zio yang harus memikul dua perusahaan besar sekaligus.

"Udah akh...itu kan dua tahun lagi bakal terjadi" Lyra memukul pelan lengan Zio.

"Tapi aku ngerasa itu gak lama Ly" gumam lirib Zio, hingga tidak terdengar Lyra.

"Pak berhenti di warung soto tenda merah ya" ucap Lyra karena mengerti Zio belum makan sama sekali.

"Ngapain" bingung Zio menaikan alisnya sebelah setelah turun dan membayar angkitnya.

"Ya makan lha emang mau ngapain lagi" Lyra langsung memasuki warung itu.

"Pak sotonya dua sama es jeruknya dua" pesan Lyra.

"Tapi nanti ngongkos lagi pulangnya" ucap Zio karena ini belum daerah rumah Lyra.

"Nggak kita jalan kaki aja abis ini, itung itung buat olahraga biar lemaknya nggak numpuk" Zio mengangguk karena terbiasa ngeGym dengan papanya jadi ia sudah terbiasa buat olahraga.

"Kamu masih kuatkan kalau buat jalan ini masih jauh dari rumah kamu" ucap Zio memandang Lyra khawatir.

"Nggak tenang ok aku pasti baik baik aja kok, lagian tadi aku udah lari lari dulu pas ngajar paskib" Lyra menerima nampan berisi pesananya.

"I love you" bisik Zio membuat Lyra diam.

"Aku tau kok kamu belum bisa nerima semua lagi dan aku akan menunggu sampai kamu juga bilang gitu juga sama aku" Zio paham dengan Lyra yang masih sedikit trauma hanya sekedar kalimat I love you, tapi sangat berdampak besar baginya.

"Makan cepet keburu dingin" Lyra mengalihkan topik pembicaraan dan langsung memakan soto pesenanya.

"Sampai kapanpun aku pasti nunggu kamu buat mengatakan kalau kamu juga mencintaiku dan mempercayaiku lagi" batin Zio.

VOTE & COMEENT

dan mungkin karena kondisiku gak memungkinkan maka aku akan buat beberapa part lagi buat tamat ending dan kalau kondisiku masih kuat maka aku bakal terusin cerita ini, jadi maaf ya kalau partnya sedikit dan aku harus fokus tahap pemulihan tubuhku yang sampai sekarang masih lemah.

PENYESALAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang