BAB 34

10.1K 306 5
                                    

Lyra memasuki rumah Anne dan terlihat Anne yang nonton tv di malam malam seperti ini.

"Mbak Anne kok belum tidur" Lyra duduk disebelah Anne.

"Masih belum ngantuk" jawab Anne masih fokus pada tvnya.

"Kamu bahagia sama Lion?" tanya Anne membuat Lyra bingung.

"Maksud mbak" tanya balik Lyra.

"Ya kamu selama ini bahagia gak menjalin hubungan sama Lion atau gamon sama yang dulu" Lyra mengerti dan mengangguk.

"Bahagia...Lion haha...hanya lelaki biasa yang nyatanya seorang pengusaha, dimataku Lion itu seperti seorang guru karena Lion yang membantuku untuk melupakan masa lalu, mengajarkanku membuka sesuatu hal yang baru seperti mengenalkan ku dengan cinta lagi seperti sekarang cinta itu adalah Lion sendiri, hanya dengan humor receh kocaknya bisa buat aku bahagia, cowok yang tidak suka main main dengan ucapanya itu Lion"

Anne dapat melihat pancaran bahagia di mata Lyra sejak kenal Lion, yang awalnya hanya sebatas teman kuliah partner kerja dalam modeling karena Lion selain seorang pengusaha dia juga terjun ke dunia model yang semakin memperetakan Lion dan Lyra.

"Kamu sekarang udah dewasa bukan Lyra dulu yang hanya gadis lugu, masih polos terhadap segalanya, yang dengan bodoh..." ucapan Anne terpotong oleh suara Lyra.

"Mbak bener semakin dewasa aku paham betapa kerasnya dunia dan sekarang aku bukan hanya Lyra gadis biasa tapi Tian seorang model sekaligus desainer, aku bersyukur bisa ketemu mbak kalau nggak mungkin cuma Lyra gadis yang bisa terinjak injak kelakuan orang orang yang semena mena" Anne menggeleng.

"Itu semua juga kerja keras kamu, karena awal mulai kontrak itu sampai selesai  adalah usaha kamu buat mempertahankan eksistensi kamu yang bisa buat kamu sukses sekarang di industri fashion" Lyra mengangguk dia sendiri bersyukur dengan pencapaian tingginya sekarang.

"Sekarang kamu tidur gih, besok kamu kan sibuk melihat penjahitan di pabrik" Lyra mengangguk dan masuk ke kamar yang disediakan Anne ketika Lyra menginap di rumahnya.

Lyra tersenyum dan memejamkan matanya hingga terlelap ke alam mimpi.

"Tante Lyra..." panggil seorang gadis kecil memasuki kamar Lyra di pagi hari.

"Hai...Shivan keponakan tante yang cantik ini" Lyra keluar dari kamar mandi dan menggendong Shivan duduk di king sizenya.

"Wow...tante Lyra sangat cantik, dan nanti kalau aku udah besar aku mau jadi gadis cantik seperti tante Lyra" Lyra tersenyum menanggapi.

"Untuk sekarang Shivan fokus saja sama sekolah sayang karena masa depan Shivan masih sangat panjang, terus buat papa sama mama Shivan bangga"

"Jadi kita harus sekolah sampai selesai ya tan" Lyra membawa Shivan di gendonganya keluar.

"Itu Shivan tau" Lyra gemas sendiri dengan anak sekecil ini sudah menginginkan jadi dewasa.

"Mbak Anne aku berangkat dulu, Shivan tante berangkat dulu ok" ucap Lyra bertos ria dengan Shivan.

"Hati hati Ly" Lyra mengangguk dan menaiki mobilnya.

Drtt...drrtt..
Lyra tersenyum melihat panggilan telphone itu yang dari Lion dengan segera Lyra memasang headset mini

"Hallo...udah mau ke butik" tanya langsung Lion tanpa basa basi.

"Hai...ini mau otw ke butik" jawab Lyra.

"Ngapain ke butiq, harusnya ke butiq itu sama aku" Lyra dibuat bingung dengan ucapan Lion.

"Maksudnya" beo Lyra.

"Ialah buat fitting baju pengantin" Lyra tertawa keras mendengarnya.

"Hei tenang itu udah urusan aku biar aku sendiri yang merancang baju pengantin, apa kamu lupa kalau tunanganmu ini seorang desainer" seru Lyra dan bisa membayangkan gimana cengiran khas Lion.

"Kamu itu serba guna tau nggak dan ajaib semua bisa kamu lakukan dan ya pokoknya nanti malam aku jemput sekarang bye dulu aku mau meeting" Lyra menganggun dan sambungan di matikan Lion.

Lyra sampai di gedung menjulang tinggi yang adalah butik mewah miliknya.

"Good morning miss Tian" ucap karyawan diangguki Lyra.

Lyra memasuki ruanganya yang penuh kertas kertas rancanganya yang menempel di dinding.

"Jadwal bertabrakan..." gumam Lyra diantara harus ketemu klien dan memantau penjahitan baju.

"Hanna kamu nanti ke pabrik saja biar saya yang ketemu sama klienya" Lyra menghubungi Hanna asistenya yang terpercaya.

Lyra keluar menuju ruang tamu yang disediakan untuk pertemuan dengan klienya.

"Nona klien anda sudah menunggu didalam" Lyra mengangguk dan masuk kedalam.

"Maaf..." Lyra kaget melihat siapa klienya.

"Kamu..." tunjuk Lyra kaget terbengong di tempat.

"Lo..." keduanya segera berpelukan, wanita itu adalah Anggera.

"Lyra ini lo" kaget Lyra melepas pelukanya.

"Ia ini gue" Anggera menggeleng tidak percaya melihat siapa di depanya ini.

"Ternyata bener kalau Tian model sekaligus desainer itu lo" Lyra mengangguk dan mengajak Anggera duduk.

"And who he is" tanya Lyra melihat anak kecil berusia satu tahun.

"Anak gue namanya Chio" Lyra kaget melihatnya dan wajahnya mengingatkan dia kepada salah satu seseorang di masa lalunya.

"Kok mirip Teddy...."tebak Lyra teringat Teddy.

"Emang ini anaknya, semenjak lo gak ada gue lebih sering ngabisin waktu sama dia" Lyra menggeleng tak percaya.

"Gila pantesan aja mirip" Lyra mengelus pipi Chio, hingga membuat pandangan Anggera jatuh ke cincin mewah Lyra di jari manisnya.

"Lo udah nikah..." tanya Anggera sontak Lyra mendelik.

"Belum...do'ain sebentar lagi, ini tuh cincin tunangan doang" Lyra tertawa kecil.

"Jadi bener juga kalau Tian itu kan lo kalau berhubungan lebih lanjut sama pengusaha sekaligus model Lional Qivaro Amerta" Lyra mengangguk menanggpi dan sibuk menjahili Chio.

"Syukurlha gue seneng banget dengernya, akhirnya lo temuin kebahagian lo sendiri" Lyra juga sendiri bahagia di hidupnya sekarang.

"Kamu kesini penerbangan jauh jauh mau ketemu aku kan soal urusan apa" tanya Lyra balik ke topik bisnis.

"Cuma minta tolong buatin gaun untuk pemotretan keluarga biasa" Lyra tercengang dengan ucapan Anggera.

"Cuma itu jauh jauh kamu kesini cuma mau gaun dari brand aku" cengo Lyra.

"Gue lihat majalah sering keluar brand milik lo bagus bagus dan itu bikin gue tertarik" Lyra menghela nafas kesal.

"Ok...tapi gak ada kata diskon atau apa harga real kalau mau" goda Lyra membuat Anggera mendengus.

"Ra...maaf bukanya ngusir niatnya aku kesini cuma nemuin klien yang ternyata kamu, dan ya setelah ini aku mau pergi" karena Lyra setelah ini akan mencari kado untuk ia bawa saat datang ke makan malam keluarga Amerta.

"Ia gue tau kok gak usah gak enak gitu kali, dan kini gue paham betapa sibuknya jadi lo" tutur Anggera membuat Lyra menggosok tanganya yang tak gatal.

"Yaudah gue pamit" Lyra mengangguk merasa tidak enak hati beneran.

VOTE & COMEENT

THANKKKK BUAT KAKA KAKA YANG UDAH DUKUNG CERITA INI, CERITA YANG MASIH BELUM BISA SEMPURNA TAPI BERUSAHA UNTUK JADI SEMPURNA DENGAN BELAJAR

PENYESALAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang