BAB 25

6.7K 233 7
                                    

Semua teman teman Zio memandang Lyra kagum malam ini, Lyra yang biasanya hanya gadis biasa malam ini menjelma jadi seorang putri.

"Ekh...princess gue cantik banget sih pingin gue nikahin deh" ucap Teddy tanpa memperhatikan Zio yang menatapnya tajam.

Bug...
Teddy meringis kesakitan saat Zio menendang tulang keringnya.

"Sakit goblok..." umpat Teddy.

"Lo nya juga goblok sih, ngapain pakek ganggu punya orang" ucap Shenal tertawa melihat Teddy kesakitan.

"Zio...kasihan Teddy nya kesakitan" dengus Lyra yang ngilu melihat tendangan Zio yang cukup keras.

"Lo bisa ngerasain sakit Dy emangnya" tanya Zio dengan tertawa kecil.

"Mati sekarang juga bisa keknya" ucap Aden yang baru datang.

"Baru datang lo" Shenal menepuk pundak Aden.

"Sorry tadi pakek ada acara ngisi bensin dulu" ucap Aden diangguki Zio.

"Zio..." Zio menoleh mendengar seseorang memanggilnya.

"Ngapain lo kesini" ketus Zio melihat Erika yang ternyata datang ke acara orang tuanya.

"Orang tua gue kan diundang kesini, tapi tunggu ngapain lo kesini" sinis Erika menatap Lyra yang tersenyum kearahnya.

"Oh...itu aku juga di undang kok sama Zio" ucap santai Lyra membuat Erika menatap marah Zio.

"Zio lo sadarkan apa yang lo lakuin, kok lo pakek undang upik abu kesini sih" Erika mengguncang tubuh Zio.

"Jangan pernah sentuh gue" sentak Zio melepaskan tangan Erika dengan keras.

"Zio sumpah gue gak nyangka kalau lo bakal undang manusia sampah ini kesini" Erika menatap jijik Lyra.

"Berhenti lo menghina Lyra atau lo akan tau akibatnya..." tegas Zio menahan amarahnya.

"Kalau mau pansos yang bermutu dikit mbak, jangan datang datang langsung ngehina" celetuk Aden menatap sinis Erika.

"Heh siapa yang pansos yang pansos tuh bukan gue tapi si upik abu noh, udah tau dia gak pantes datang ke acara konglomerat tetep aja datang kan gak tau malu banget" sentak Erika.

"Maaf kalau nggak salah nama kamu Erika kan, gini ya aku kesini diundang langsung oleh Zio dan juga orang tuanya jadi kenapa aku gak pantes buat datang" ucap santai Lyra tapi berhasil membuat Erika bungkam.

"Belagu banget ya lo meski lo di undang langsung ama orang tua Zio, tapi gue yakin kalau derajat lo masih rendah di kalangan orang orang terpandang" sinis Erika dijawab senyuman Lyra.

"Mbak yang tau dimana derajat kita itu hanya tuhan bukan manusia" Erika sungguh muak dengan Lyra yang selalu bisa melawan perkataanya.

"Dengerin tuh..."sorak Aden diangguki Shenal.

"Lo kalau mau cari masalah mending pergi deh jangan pernah deket deket gue atau lo berani sentuh Lyra sedikitpun" tegas Zio mendorong tubuh Erika karena sedari tadia ia diam dan muak melihat tingkahnya.

"Zio...lo dorong gue" kaget Erika dengan perlakuan Zio.

"Kalau ia kenapa, masalah buat lo inget ya gue gak bakal pandang siapapun mau itu cewek atau cowok sekalipun kalau udah berani nyentuh Lyra maka gue sendiri yang turun tangan" gertak Zio menatap tajam Erika.

"Akhh.." teriak Lyra yang terjebur ke kolam renang.

"Zio tolong...tolong" teriak Lyra yang tidak bisa berenang.

Byur...
Semua orang kaget saat melihat Erika mendorong Lyra ke dalam kolam renang.

"Lo..." Zio menunjuk Erika dan langsung ikut masuk kolam renang.

"LYRA..." teriak Jovana yang kaget dan langsung menuju sumber keributan.

"MINGGIR..." bentak Zio keluar dan membawa keluar Lyra di dekapan boponganya.

"Zio kamu bawa Lyra ke dalam sekarang biar bunda yang chek sekarang, Lix kamu kondisikan tamu tamu" ucap Jovana ke Felix.

"Ok kamu periksa dulu keadaan Lyra takutnya kenapa napa" tutur Felix dengan segera Zio membawa Lyra masuk.

"Lo perusak tau nggak" tuding Teddy ke Erika.

"Kenapa semua jadi belain upik abu hah...awas lo upik abu" geram Erika.

"Lyra hey kamu bangun ok" ucap Zio merebahkan tubuh Lyra di kamar tamu.

"Zio...zi..." nafas Lyra tersenggal senggal.

"Kalian keluar jangan mengkerubung disini,  biar bunda yang ngechek kondisi Lyra" ucap Jovana menatap Zio mohon.

"Tapi bunda..." pekik Zio masih ingin menemani Lyra.

"Zio keluar sayang" ucap Jovana penuh penekanan.

"Ok bunda" dengan lemas Zio keluar dari kamar meninggalkan bundanya dengan Lyra.

"Usir dia dari sini" ucap datar Zio ke teman temanya.

Zio masih menunggu depan kamar tamu dan was was kalau bundanya keluar membawa berita buruk.

"Bunda gimana sama Lyra" tanya Zio saat Jovana bundanya keluar dari kamar.

"Dia masih syok dan keadaanya sudah mendingan sebaiknya kita turun dulu buat ketemu sama para tamu, dan biarkan Lyra istirahat kasihan dia jika harus banyak gerak sekarang lagian bunda udah gantiin bajunya tadi agar dia tidak sakit atau demam" Zio mengangguk lemah mendengar penuturan bundanya.

"Tapi beneran kan bun Lyra gak papa" tanya lagi Zio.

"Lyra nggak papa kok Zio, yaudah sekarang ayo turun sama bunda" ajak Jovana dan Zio memutuskan untuk meninggalkan Lyra sebentar agar bisa beristirahat.

"Gimana jo" tanya Felix membawa Jovana kepelukanya.

"Lyra it's ok kok...yaudah aku mau ke bang Bryan dulu, terus itu teman teman kamu juga udah datang" tunjuk Jovana pada teman temanya Felix.

"Udah kamu nggak usah khawatir" Felix menepuk pundah Zio yang sekarang tingginya sudah melampaui dirinya.

"Nggak kok pa" elak Zio mengambil minuman.

Acara orang tua Zio kembali berjalan dengan semestinya, sementara Zio terus berfikir kapan acara ini selesai.

"Bunda aku langsung ke atas ok" ucap Zio saat acaranya sudah selesai dan tamu undangan rata rata sudah pulang.

Cklek...
Zio membuka knop pintu dan terlihat Lyra yang terbaring lemah.

"Aku khawatir sama kamu" gumam Zio duduk di pinggir ranjang dan mengusap rambut Lyra.

"Zi...Zio" ucap Lyra mengerjapkan matanya.

"Lyra..." Zio kaget dan langsung memeluk Lyra, membuat Lyra kaget yang merasakan punggung tanganya basah karena Zio.

"Kamu ngapain nangis hm..." gumam Lyra membenarkan duduknya.

"Aku khawatir sama kamu, aku takut terjadi sesuatu sama kamu" Zio menatap lekat manik mata Lyra dan mengelus pipinya.

"Aku nggak papa kok Zio, jadi nggak usah nangis nangis lagi" pekik Lyra.

"Gimana aku gak sampai nangis lihat kamu udah hampir kehilangan nafas gitu..." Zio mengacak rambut Lyra dan membawanya ke dekapan Zio.

"Terserah lha" dengus Lyra

VOTE & COMEENT

PENYESALAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang