BAB 21

6.2K 235 6
                                    

Lyra memasuki kelasnya dengan wajah periang dan senyum yang terus mengembang di bibirnya.

"Ra....suruh ke kelas 11 ips tiga sama bu Tiwi tadi chat gue orangnya" Lyra mengangguk dan langsung ke kelas 11 ips 3 buat memenuhi panggilan dari guru kimia itu.

"Permisi bu..." salam Lyra saat sampai depan kelas 11 Ips 3.

"Silahkan masuk" seru bu Tiwi.

"Kamu sudah selesai dengan bab ini, kalau sudah ibu minta sama kamu tolong jelasin cara ini sama mereka" Lyra sontak kaget dan tatapanya bertemu dengan mata Zio, ya kelas ini adalah kelas Zio.

"Saya memang sudah bu tapi maaf kenapa harus saya" ragu Lyra.

"Karena saya lihat perkembangan kelas kamu dalam bidang kimia sangat maju, dan cara kamu mengajarkan ke mereka adalah sebagai teman bukan sebagai guru sehingga mereka tidak akan segan untuk bertanya" jelas bu Tiwi membuat Lyra mengangguk ragu.

"Terimakasih ya Lyra, anak anak sekarang Lyra yang akan menjelaskan dan saya harap karena Lyra seumuran sama kalian jadi kalian tidak akan segan untuk bertanya" seru bu Tiwi berdiri dari duduknya.

Sementara banyak yang menatap Lyra tidak suka setelah bu Tiwi pergi meninggalkan kelas.

"Ekh....lo mending pergi dari kelas gue deh dan anggep aja kalau tugas lo udah selesai" ucap seorang gadis dengan sombongnya.

"Maaf mbak saya tidak akan melakukan apa yang anda inginkan dan saya akan melakukan amanat bu Tiwi yang telah diberikan kepada saya" santai Lyra menanggapinya.

"Jangan sok sombong lo, sepinter apa sih bu Tiwi sampai nyuruh lo" seru gadis bername tag Erika itu.

"Er stop, sekarang gini aja kalau lo bisa ngalahin gue dalam lomba ngerjain soal kimia lo boleh ngelanjutin tugas lo dan kalau kagak lo boleh pergi"ucap Gita cewek paling cerdas di kelas itu.

Lyra mengerti tatapan Zio yang penuh amarah tapi Lyra menatapnya seolah semua akan baik baik saja.

"Saya siap menerima apa yang mbak katakan" ucap mantap Lyra.

"Ok kalau gitu biar gue yang beri soal sama kalian dan lo bisa duduk disini" ucap Sava ketua kelas berdiri dari duduknya.

Lyra duduk di salah satu bangku kelas ini dan memperhatikan Sava menuliskan soal yang sangat sulit bagi murid lainya.

Semua melihat soal yang dituliskan Sava membuat seluruh seisi kelas, pusing hanya untuk melihat soalnya saja.

"Waktunya lima belas menit, dimulai dari sekarang" seru Sava dan seketika suasana hening.

Lyra dengan cepat teliti menghitung tanpa memegang penghapus sama sekali, karena menurutnya menghapus saja memakan waktu.

"Ini..." semua dibuat melongo saat Lyra menyerahakan lembaran kertas itu.

"Wow...otaknya gercep juga" bisik salah satu teman Zio.

Sava melihat jawaban Lyra yang panjang dan detail, dan menatap Lyra yang masih tersenyum manis.

"Ini punya gue" Gita juga baru menyelsaikan miliknya.

"Ta soal lo bener jawabanya tapi cara penulisan tandanya yang salah jadi sorry Lyra masih unggul" ucap Sava menunjukan kesalahan tanda jawaban Gita.

"Jadi seperti sebelumnya, Lyra bisa melaksanakan amanat dari bu Tiwi" ucap Sava sehingga seluruh kelas mendengus.

"Makasih, maaf jika tidak ada yang suka tapi saya harus melakukan ini karena amanat dari bu Tiwi dan saya tidak akan menjadi sok menggurui jadi disini kita sama sama belajar jika saya ada salah bisa kalian benarkan dan begitu juga sebaliknya" ucap lantang Lyra.

Tanpa Lyra ketahui sedari tadi Zio tidak fokus tentang apa yang di jelaskan Lyra, melainkan Zio fokus sama Lyra.

"Ra jika ini negatif berarti..." Lyra sangat suka menanggapi berbagai pertanyaan.

"Ia jadi kita bisa dahulukan atau kelompokan dulu..." jelas Lyra dan semua mengangguk mengerti.

"Dan ya sama seperti soal yang aku berikan ini..." Lyra menjelaskan dengan detail.

Kring ..kringg...
Bel tanda istirahat tanda berbunyi semua murid saru persatu bubar meninggalkan kelas.

"Ayo kantin..." suara berat itu menginstrupis Lyra saat akan meninggalkan kelas.

"Kamu duluan aja soalnya aku habis ini mau ke perpustakaan dulu" ucap Lyra menatap lekat Zio.

"Nggak kamu bilang nanti nanti tapi tidak pernah dilakukan" sindir Zio.

"Nggak sadar diri banget ya, rakyat miskin mau deket sama konglomerat" ucap Erika yang masih tidak suka dengan Lyra karena berdekatan dengan Zio.

"Lo pakai pelet apa sih ups....mungkin jual tubuh ya" Lyra mencoba menahan kemarahanya.

"Erika sekali lagi lo nggak bisa diem..." ucapan Zio terpotong oleh ucapan Lyra.

"Zio diam biar aku yang nyelseinya, emang benar aku dari rakyat miskin yang tidak punya nama seperti keluarga Melvino, tapi aku tidak serendah dan menjijikan jika harus jual tubuh karena untuk cantik dan aku bersyukur tuhan sudah berikan itu kepadaku" biarkan kali ini Lyra untuk sombong untuk membela dirinya.

"Kamu cantik tapi sayang tidak dengan otak dan hati kamu yang selalu iri terhadap apapun" seru Lyra masih dengan senyum manisnya yang membuat Erika mengepalkan tanganya.

"Jaga ucapan lo itu, lo nggak tau apapun soal gue"Erika menunjuk tepat depan mata Lyra.

"Emang aku tidak tahu apapun tentang kamu, tapi apa kamu tahu dari cara kamu berbahasa sudah terlihat kalau kamu tidak baik dan bukanya aku menyalahkan dilarang melihat dari covernya, tapi sepertinya itu tidak berlaku buat kamu" Zio kaget dengan ucapan Lyra yang kali ini sangat berani.

"Zio kamu mau ke kantin kan yaudah kamu duluan aja, aku mau ke perpus dan Zio patuhi aku untuk sekali ini" Lyra menatap lekat Zio.

"Ok tapi aku tidak mau dengar kabar kalau kamu sakit" tutur Zio diangguki Lyra.

VOTE & COMEENT

Maaf aku updatenya lama karena dari beberapa hari yang lalu aku sakit, kondisi ku juga down semua dan maaf baru update sekarang....

PENYESALAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang