BAB 31

8.3K 291 2
                                    

Lyra melihat ayahnya sedang menggosok kayu, melihat itu Lyra merasa kasihan dia tahu ayahnya pasti lelah tapi ketika Lyra menyuruh ayahnya untuk berhenti bekerja tetap tidak mau.

"Ayah..." panggil Lyra sambil membawakan teh untuknya.

"Kenapa hm" tanya ayah Lyra setelah menyeruput teh buatan Lyra.

"Aku pingin bicarain sesuatu sama ayah" gugup Lyra takut ayahnya akan marah.

"Apa tumben kamu kayak gini seolah olah mau bicarain hal yang sangat serius gitu" tanya Ilham ayah Lyra.

"Itu...yah itu..." gugup Lyra hingga terbatah batah.

"Itu yah aku dapat tawaran kontrak jadi model brand ternama di Amerika" ucap Lyra tanpa jeda membuat ayahnya kaget.

"Kok kamu gak bilang sama ayah" kini ayah Lyra mulai mengerti arah pembicaraan Lyra.

"Aku takut dan gak sempat ngomong sama ayah, soal kontrak itu yah um..." Ayah Lyra menghela nafas berat dengan Lyra yang berbicara bertele tele.

"Itu sampai lima tahun" celetuk Lyra hati hati.

"Ayah ngerti sekarang, gini ayah nggak larang kalau kamu ngambil kontrak itu tapi inget pesan ayah kamu boleh ambil kegiatan apapun asal gak ganggu pelajaran kamu dan ayah mau kamu bisa kuliah, kedua kesehatan kamu ayah gak mau denger kalau kamu kecapekan gara gara kerja, ketiga tanpa keterpaksaan apapun kamu melakukanya" tutur ayah Lyra membuat Lyra langsung berhambur ke pelukan ayahnya.

"Jadi nanti mbak Lyra ninggalin aku sama ayah" sahut Derend yang sedari mendengar pembicaraan Lyra dengan ayahnya.

"Ya mau gimana lagi, atau gini ayah sama Derend mau ikut ke Amrik" tanya Lyra mencarikan jalan keluar.

"Nggak usah Ly, lagian Derend juga masih sekolah biar ayah sama Derend disini nantikan sewaktu waktu ayah bisa jenguk kamu" Lyra mengangguk mengerti.

"Maafin Lyra yah harus ninggalin kalian" Lyra memeluk ayahnya tak ingin kehilangan momeent ini Derend turut memeluk Lyra.

"Nggak Ly, inget kalau ayah akan selalu dukung apapun yang kamu suka" ayah Lyra menghapus air mata putri semata wayangnya ini.

"Iya mbak kejar dan lakuin apapun yang bisa membuat mbak bahagia tanpa keterpaksaan" Lyra mengangguk dia beruntung punya keluarga yang sangat perhatian dengnya.

"Sekarang kalian tidur gih udah malam besok masih sekolah" tutur ayah Lyra.

"Bentar...yah Lyra punya something buat ayah sama Derend" ucap Lyra pergi ke kamarnya.

"Nih...ya" Lyra memberikan sebuah kunci ke ayahnya.

"Kunci apa ini" bingung ayah Lyra.

"Ini kunci rumah yah, walaupun bukan rumah bertingkat dan hanya rumah sederhana tapi lebih layak di huni aku berikan sama ayah dari Lyra anak pertama ayah" ucap Lyra membuat ayah dan Derend kaget.

"Ia ayah sama Derend bisa tinggal disana tanpa diganggu soal hutang yang allhamdulillah udah Lyra lunasin semua" ayah Lyra langsung memeluk Lyra.

"Makasih...nak, kamu gak perlu lakuin ini semua cukup anak anak ayah bahagia itu udah cukup" Lyra mengangguk dan menatap Derend heran.

"Ngapain kamu terus mandangin kuncinya" bingung Lyra.

"Gini mbak kalau kuncinya aja sebagus ini gimana rumahnya" celetuk Derend yang membandingkan kunci rumahnya dengan kunci rumah baru itu.

"Nggak...untuk saat ini mbak hanya bisa ngebeliin rumah yang sederhana tapi sejuk, indah yang pasti ramah lingkungan" tutur Lyra diangguki Derend.

"Kalian tidur gih sekarang" ucap ayah Lyra diangguki Lyra dan Derend.

Lyra memasuki kamarnya tapi niat akan merebahkan diri justru terganggu dengan getar ponselnya.

"Astagfirullah..Zio...Erika..." pekik kaget  Lyra melihat kiriman foto Zio dan Erika sedang melakukan hubungan intim.

"Zio...kenapa...kenapa kamu lakuin ini" ponsel Lyra terjatuh dan ia tak bisa membayangkan apa yang akan ia katakan besok.

Malam berganti dengan pagi kini Lyra telah siap dengan seragam sekolah khasnya. Semalam Lyra tidak bisa tidur karena memikirkan ini terus dan pagi ini Lyra akan menanyakan kebenaranya.

"Aden, Teddy..." panggil Lyra saat melihat kedatangan mobil mereka berdua.

"Hai princess" sapa Teddy melambaikan tanganya.

"Zio...mana, hah sekarang aku tanya Zio mana" mereka kaget melihat Lyra seperti kesetanan sekarang.

"Itu...tuh mobilnya" tunjuk Aden melihat mobil Zio baru datang.

"ZIO..." teriak Lyra sudah berurai air mata, sakit dan perih ia rasakan saat melihat Zio turun bersama Erika dalam mobilnya.

"Ka...kamu kenapa" kaget Zio melihat Lyra sudah berurai air mata.

Lyra menatap Zio dengan tatapan yang sulit diartikan. Dan langsung menyeretnya menuju taman yang masih sepi.

"Maksud kamu apasih Lyra pakai seret seret begini" kesal Zio.

Plak...
Zio kaget melihat Lyra tiba tiba langsung menamparnya. Aden, Teddy, Erika yang melihat itu jelas tak percaya apa yang dilakukan Lyra.

"LYRA...kamu apa apaan dan berani kamu nampar aku" bentak Zio.

"KALAU IYA KENAPA, MAU LAGI HAH...DAN AKU RASA ITU GAK CUKUP BUAT LELAKI BRENGSEK SEPERTI KAMU ZIO...ITU GAK CUKUP AKU BENCI SAMA KAMU" Lyra menatap nyalang Zio.

"Maksud kamu apa hah" geram Zio.

"MAKSUD AKU....INI ZIO" Lyra menunjukan ponselnya ke wajah Zio.

"Itu...itu gak bener ly" kaku Zio yang mengakui jika itu benar dirinya.

"GAK BENER KAMU BILANG TAPI AKU TANYA SEKALI LAGI INI BENER KAMU KAN..." bentak Lyra, dunianya semakin hancur ketika Zio mengangguk.

"HAHA...AKU KALAH LAGI SAMA PERMAINAN KAMU ZIO...HAHA SELAMAT YA KAMU MENANG UNTUK KEDUA KALINYA, DAN YA BUAT KAMU ERIKA SELAMAT YA SEBENTAR LAGI MUNGKIN KAMU YANG BAKAL JADI NYONYA MELVINO" Zio mendongak tidak tau maksud ucapan Lyra.

"Lyra aku bisa jelasin sama kamu, dan ya itu bukan kemauan aku..." ucapan Zio terpotong oleh ucapan Lyra.

"BUKAN KEMAUAN KAMU IYA, TAPI KEMAUAN KALIAN BERDUA SUDAH CUKUP, aku tau Zio kalau kita hanya sebatas komitmen tapi kamu sama sekali gak menghargai komitmen itu dan ya...aku merasa biasa saja saat kamu mulai acuh, tuduh aku...dan aku bisa diam dengan menahan rasa sesak Zio, TAPI TIDAK UNTUK KALI INI ZIO...TIDAK"

"DAN YA AKU HARAP KAMU TIDAK AKAN KEMBALI KE HIDUPKU LAGI...LUPAKAN KALAU KITA PERNAH SALING KENAL BAHKAN DEKAT...aku benci Zio...aku benci kecewa sama kamu" Lyra meninggalkan Zio begitu saja.

Erika yang melihat itu hanya tersenyum puas tidak sia sia pengorbananya untuk memberikan mahkotanya untuk semua ini.

"Gue kecewa sama lo Zi...sumpah lo tahu kalau lo ngira Lyra gak jengukin lo waktu sakit, lo salah besar Lyra jengukin dan datang kerumah lo bareng gue tapi kami di usir sama jalang lo ini" decih Teddy membuat Zio semakin kaget dan bersalah.

VOTE & COMEENT

PENYESALAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang