BAB 33

10.1K 293 5
                                    

7 tahun kemudian

Hingar bingar flash kamera sudah menjadi keseharian seorang gadis yang kini jadi seorang model ternama dan desainer di dunia fashion.

"Lion...kamu lebih menatap Tian lebih dalam" ucap sang fotografer.

"Dan Tian yups...seperti itu" fotografer itu dengan segera memotret mereka berdua.

"Yups pemotretan hari ini selesai" seru salah satu staff.

"Thank you" ucap kedua model itu.

Lelaki itu bernama Lional Qivaro Amerta salah satu model ternama laki laki yang sedang melakukan pemotretan dengan model cantik sexy, Alyra Septian Zatmiko ya gadis itu adalah Lyra yang kini kerap dipanggil Tian potongan dari nama lengkapnya

"Mau jalan sekarang..." tanya Lion seraya membantu melepaskan riasan dirambut Lyra.

"Sure...kita akan kemana hm" Lyra saat di belakang kamera akan menjadi Lyra gadis biasa berbeda saat dia sudah depan kamera dia akan menjadi sosok Tian yang angkuh, dingin, arogant.

"Kamu yang milih terserah untuk hari ini, pokoknya this my time for you" Lyra tertawa menanggapi.

"Seriously..." seru Lyra mengelus wajah tampan bahkan sangat tampan didepanya.

"Yes seriously, dan kapan aku pernah bohong sama kamu" Lyra mengangguk dan mengalungkan tanganya di leher Lion.

"Thank you" bisik Lyra membuat seuluas simpul senyum tercetak di bibir Lion.

"Dan sebelum bersenang senang..." Lyra kaget karena Lion menggelitikinya.

"Lion...stop...Lion haha stop'it" semua orang yang melihat keduanya ikut bahagia.

"Ternyata tunangan seorang Lional Qivaro Amerta punya senyum manis banget yang bisa bikin diabetes" Lyra mengangguk dan tersenyum.

Benar mereka tidak hanya sepasang rekan kerja melainkan memiliki hubungan lebih jauh dari sekedar pacaran yaitu tunangan, Lional mengikat Lyra dalam ikatan pertunangan sejak satu tahun lalu.

Lyra memberanikan diri untuk orang seperti Lion karena Lion rela berjuang selama tiga tahunan, dan Lyra tahu kalau Lion tidak main main denganya.

Cowok humoris, ramah, tampan, receh, perhatian terutama Lion tipe orang yang tidak suka bertele tele yang membuat Lyra berani menerima dirinya.

"Terus kalau kita quality time kamu gak kantor gitu" dengus Lyra melihat Lion yang rela melakukan apapun untuknya.

"Seorang CEO dari Amerta group gak masuk sekali gak bakal bikin bangkrut perusahaan" Lion berkali kali menaik turunkan alisnya.

"Terserah anda tuan Amerta..." Lion tertawa melihat wajah kesal Lyra.

"Ya jelas dong nona Alyra Septian Amerta" Lyra memutar bola mata malas dan melepaskan tangan Lion di pingangnya.

"Awas aku mau ganti baju dulu" seru Lyra membuat Lion dengan jahilnya semakin mengeratkan pelukan di pingangnya.

"Lyra...yuhu..." Lyra semakin memutar bola mata malas mendengar suara meneriaki namanya, siapa lagi kalau bukan Anne bersama anak kecil berusia lima tahun di gandenganya.

"Tante Lyra" sapa bocah kecil cantik dan imut itu.

"Hai cantik" Lyra mencium pipi gembil gadis kecil itu.

"Ly nanti malam kamu kerumah mbak ya soalnya suamiku lagi ke canada" ajak Anne diangguki Lyra.

"Sekarang kalian berdua mau kemana" tanya Anne melihat Lyra tetap di rangkulan Lion.

"Ya mau kencan lha mbak" seru Lion mencium pipi Lyra secepat kilat.

"Aish...kamu nih, udah aku mau ganti baju dulu" Lyra malu dan langsung melepaskan rangkulan Lion.

"Haha mbak percaya sama kamu Lion dan kamu berhasil naklukin hatinya, mbak harap kamu selalu buat dia bahagia" Anne bangga dengan perjuangan Lion untuk mendapatkan hati Lyra yang tak mudah.

"Wosh...gak usah ditanya seorang Lion putra tunggal dari keluarga Amerta jelas siap lahir dan batin membahagiakan seorang, tuan putri seperti Alyra septian Zatmiko" Anne sungguh melihat Lion sangat berbeda jauh dengan Zio yang dingin datar.

"Terserah lo...yaudah gue mau nemuin yang lain" Lion mengangguk dan juga melepaskan kostum dibantu stylist.

"Lha mbak Anne tadi mana" tanya Lyra sudah dengan pakaian casual.

"Nemuin yang lain, yaudah sekarang jalan yuk atau mau kemana terserah kamu" Lion mencubit pipi Lyra dan mengelusnya lagi.

"Aku mau kita dinner aja di rooftop salah satu cabang restaurant milik suaminya mbak Anne, sumpah disana itu indah banget..." Lion mengangguk karena kebetulan sudah menjelang malam.

"Siap...cuma diner mah gampang, kalau perlu nikahain dan halalin kamu sangat gampang" Lyra tertawa sungguh dia bahagia hanya karena ucapan receh Lion yang gak ada faedahnya.

"Beneran bisa" tanya Lyra menggoda.

"Ngode nih ceritanya...kalau aku sih siap banget tinggal nanti ke rumah ayah udah kan tunangan udah tinggal nikahan" Lyra malu dan memalingkan mukanya.

"Udah ayo" Lyra menarik tangan Lion pergi.

Lion menjalankan mobil mewahnya membelah jalanan negara yang disebut paman sam itu.

Semua orang menyapa Lion dan Lyra dengan sopan ramah.

"Mau pesen apa" tanya Lion.

"Samain sama kamu aja pokoknya aku mau makan penutupnya molten chocolate cake" ucap Lyra selesai membaca buku menu.

"Pelayan saya pesan, fillet mignon dua, hot chocolate dua, molten choclate satu, and white wine" selesai mencatat pelayan itu kembali lagi ketempatnya.

"Are you happy sweety" tanya Lion tersenyum manis ke Lyra.

"Sure i am happy and i want to talk to you,
thank for helping me open my heart again and can make me to love you" Lion berlagak memegang bagian hatinya seolah olah terpana.

"Gak usah ngelawak deh..." dengus Lyra membuat Lion nyengir.

"Excuseme, this is your food order" ucap pelayan yang baru datang membawa pesanan Lion.

"Thank..." ucap Lion dengan senang hati.

"Selamat makan..." seru Lyra melahap makananya.

"Besok aku jemput kamu soalnya ada makan malam besar keluarga dirumah, kata mama mau ketemu kamu dan pasti nanti mama bakal ngomong gini mama udah gak sabar jadiin kamu mantu mama" Lion memparodikan bicara mamanya yang kocak dan gokil itu, disela sela makanya.

"Bilangin sama mama kamu kalau putra tunggalnya suruh nyebar undangan sama nikahin dulu" Lyra sudah sangat akrab dengan keluarga Amerta bahkan pertama kali bertemu semua keluarganya langsung suka.

"Ya jelas mungkin bulan depan deh kita bakal sebar undangan biar gak lama lama" seru Lion membuat Lyra kaget.

"Are you seriously" Lyra menunjuka Lion dengan pisau potongnya.

"Yes i am serious sweety" Lyra percaya dengan ucapan Lion, karena sekali Lion berbicara pasti akan di lakukan seperti mereka tunangan dulu Lyra kira Lion bercanda dengan ucapanya ternyata salah Lion langsung membuktikanya.

"Cheers..." Lion mendentingkan gelas wine putih dengan Lyra.

"Thank you, for the day ok" Lion berdiri dan mengulurkan tanganya dan disambut baik oleh Lyra.

Setelah membayar mereka meninggalkan restaurant itu, tak lupa Lion akan mengantarkan Lyra pulang ke rumah Anne sesuai permintaanya tadi.

VOTE & COMEENT

PENYESALAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang