BAB 14

8.3K 342 5
                                    

Zio mengajak Lyra dengan paksaanya ke kantin, meski Lyra sempat menolak keras tapi karena ancaman Zio yang akan menciumnya di tengah tengah lapangan membuatnya mendengus pasrah.

"Kamu mau pesan apa sekarang" tawar Zio memandang lekat Lyra membuat Lyra jengah.

Sungguh perubahan perilaku Zio, jauh dari bayanganya yang akan berubah seperhatian ini denganya.

"Gak aku masih kenyang Kenzio..." kesal Lyra.

"Makan pokoknya kamu harus makan Alyra" balas Zio.

"Kamu kenapa sih Zi, selalu maksa aku" Lyra berdiri dari duduknya dia lelah dengan sikap Zio yang seperti ini, dia takut terperangkap lagi dengan permainan Zio.

"Maaf aku hanya ingin memperhatikanmu aku tak ingin kamu kesusahan lagi Ly, apalagi karena aku" lirih Zio menunduk membuat Lyra merasa bersalah.

"Huft...Kenzio dengerin akull, kamu gak pernah ada salah sama aku ok" Lyra kembali duduk menghadap Zio.

"Bohong Ly aku gak pernah ada salah sama kamu, salah aku banyak Ly" bantah Zio

"Yes that's i know but aku gak pernah kamu berbuat salah sama aku Zi, karena apa buat apa kita mengingat kesalahan orang lain jika masih ada kebaikan dalam diri orang itu" Zio menatap Lyra wajah lelah gadis itu menunjukan senyum yang sungguh manis.

"Kenapa kamu bisa sebaik ini Ly" pertanyaan Zio membuat Lyra bingung dengan maksud Zio.

"Kenapa kamu bisa semudah ini memaafkan Ly...dan dengan mudahnya kamu melupakan kesalahanku" ulang Zio dengan ucapanya membuat Lyra tersenyum dan menghembuskan nafasnya pelan.

"Um...kita hidup di tengah tengah masyarakat buat apa kita mengingat kesalahan orang Zi, itu gak baik yang membuat tumbuh sikap dengki di hati" tutur Lyra.

"Betul...betul....betul..." sahut Aden menimpali yang baru datang bersama Shenal dan Teddy.

"Pergi gak lo pada" usir Zio merasa terganggu saat dirinya bersama Lyra.

"Ngusir nih ceritanya ok fix's kita bukan teman lagi" alay Aden mencari meja lain.

"Kalian boleh kok duduk sini, soalnya aku mau ke kelas" Lyra merasa tidak enak hati.

"Nggak biar mereka yang pergi kamu duduk sini aja" cegah Zio menatap teman temanya tajam.

"Tap...tapi..." kikuk Lyra.

"Udah Ly lo temenin Zio disini kita bisa cari yang lain" ucap Shenal memilih duduk di meja sebelah Zio dan Lyra.

"Sekarang kamu makan gih...atau gak biar aku yang pesenin makanan" tawar Zio.

"Nggak Zi, aku mau ke kelas lagian habis ini ada pematerian guru yang di berikan ke aku" tolak Lyra halus.

Zio sekarang semakin merasakan kalau Lyra semakin menjauh darinya, dulu ia yang selalu mengelak untuk apapun bersama Lyra tapi sekarang semuanya berbanding terbalik.

"Ok terserah kamu" lirih Zio pasrah melepaskan pegangan tanganya di pergelangan tangan Lyra.

"Huft...ok biar aku pesan makan sekarang" putus Lyra mulai membuka buku menu kantin.

"Aku pesan soto sama es jeruk aja" ucap Lyra menutup kembali menu bukunya.

"Ok...bentar aku pesenin di kiosnya dulu" Lyra terperangah melihat Zio yang mau memesankan makanan hanya untuk dirinya, sebelumnua Zio tak pernah sampai berdiri dari duduknya yang selalu menyuruh anak buahnya.

Zio berdiri dari duduknya dan Lyra melihat Zio yang rela berdesak desakan.

"Zio kenapa sih" heran Lyra mengetuk meja dengan tanganya.

"Nih makan dulu..." Zio datang membawa makanan.

"Thank Zi..." Lyra mulai memakan makanan dari Zio pesan.

Zio hanya mengangguk dan mulai memakan pesananya.

"Aku mau bayar bentar" Lyra berdiri dari duduknya tapi di halangin lagi oleh Zio.

"Biar aku" Zio langsung berdiri dari duduknya dan melihat jika uang yang di berikan papanya semakin menipis.

"Berapa semua" tanya datar Zio.

"Tiga puluh lima ribu den" jawab penjaga kios.

Zio memberikan uang pas karena kembalian uang dia setelah naik angkot.

"Makasih den" Zio hanya mengangguk dan meninggalkan kios itu.

"Thank ya Zi, kalau gitu aku mau balik kelas dulu nanti aku ganti uang kamu" Lyra sungguh merasa tidak enak hati.

"Nggak usah itu mau aku jadi kamu mending nurut aja, ok ayo" Zio menarik tangan Lyra pergi dari kantin.

"Zio...Zi habis ini bel masuk bunyi aku mau masuk kelas dulu ah..." Lyra kesal dan menghempaskan tanganya.

"Huft...persetan ama bel bunyi Alyra" ucap Zio kesal membuat Lyra tak tau jalan pikir Zio.

"Zi kamu memang dari keluarga terpandang dengan keturunan dari darah keluarga Melvino dengan gampangnya kamu ngomong gitu dan aku yakin meski kamu pikir belajar tidak penting masa depan kamu sudah terjamin. Sementara aku Zi aku hanya anak tukang ukir kayu yang harus berjuang untuk sukses dengan belajar itu jalan suksesku satu satunya jika aku berpikir seperti kamu mau jadi apa aku nantinya" Lyra memandang Zio dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Maaf...." lirih Zio menatap Lyra sendu.

"Huft...lebih baik kamu kembali ke kelas kamu belajar dengan benar jangan anggap kamu anak orang terpandang bisa mengandalkan orang tua kamu atau nama keluargamu" Lyra meninggalkan Zio pergi.

Meski Lyra tidak berteriak tapi Zio merasakan sekali lagi rasa kecewa marah Lyra terhadap Zio.

"Zio...apa yang lo lakuin goblok, lo udah bikin Lyra marah tau nggak bodoh" Zio merutuki kebodohanya sendiri.

"Akh..." Zio menjambak rambutnya kasar dan berjalan ke arah lain.

"Lyra...ly" teriak Zio mengejar Lyra.

"Kenapa dia selalu menganggap remeh semuanya huh..." dengus Lyra kesal mengusap bekas air matanya.

"Lyra inget Zio anak orang kaya jadi mudah saja dia menganggap semuanya remeh" gerutu Lyra memasuki kelasnya dan mulai membuka buku tugas yang di berikan untuknya agar ia menerangkan depan teman temanya.

"Permisi guys....sekarang perhatiin apa yang kita pelajari hari ini" Lyra maju ke depan kelas dan mulai menerangkan materi yang di ajarkanya.

VOTE & COMEENT

sekali lagi aku tegaskan KESADRAN DIRI !!!
untuk menghargai sesuatu milik orang lain , dan emang aku gak maksa sih tapi aku selalu ingetin kesadaran diri itu penting....

PENYESALAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang